Topik perselingkuhan sudah pernah saya bahas tiga tahun lalu dalam postingan yang berjudul Perempuan Simpanan. Silahkan klik di sini kalau ingin baca. Kali ini saya tak akan membahas soal perempuan simpanan, tapi membahas soal perselingkuhan dan pelakor, pencuri laki orang.
Saya menghabiskan hampir satu dekade hidup saya di Jakarta, ibu kota yang diwarnai dengan kesempatan untuk melakukan ketidaksetiaan. Ketika itu, melihat perselingkuhan bukanlah sebuah hal yang aneh bagi saya, malah saya cenderung menormalisasi hal tersebut. Perselingkuhan ini tak hanya saya lihat di kost-kostan saya, tapi juga di lingkungan pertemanan dan pekerjaan.
Ketika menjadi saksi perselingkuhan, rumus hidup saya cuma satu: tak peduli. Toh para pelakunya orang-orang dewasa yang bisa memilih hal-hal yang dianggap baik untuk hidup mereka. Bagaimana jika saya mengenal korban perselingkuhannya? Sama, prinsip saya mulut harus ditutup rapat, karena saya tak mau menjadi orang yang membawa berita buruk. Gak ada untungnya buat saya untuk menyampaikan hal-hal seperti itu, malah rumah tangga atau hubungan percintaan bisa tambah hancur karena kesaksian saya. Buntutnya, hubungan saya dengan orang-orang ini juga akan runyam. Prinsip saya ini berlaku untuk teman, keluarga ataupun kolega. Semua saya perlakukan sama.
Dari menyaksikan perselingkuhan ini, saya mengambil satu kesimpulan penting, bahwa perselingkuhan itu pada dasarnya terjadi karena dua belah pihak sama-sama mau. Baik pihak perempuan maupun pihak laki-laki. Pada saat yang sama, perselingkuhan terjadi karena terjadi ketidakpuasan dalam rumah tangga. Tapi mekanisme pertahanan banyak orang selalu mengatakan bahwa rumah tangga sebenarnya baik-baik saja, tapi sang pria terhipnotis ataupun terkena ilmu guna-guna. Bagi saya, kalau rumah tangga baik-baik saja, besar kemungkinan perselingkuhan tak akan terjadi.
Akibat penggambaran pria-pria sebagai orang suci yang tak mungkin tergoda dengan perselingkuhan, muncul istilah pelakor, pencuri laki orang. Norma kita mendikte bahwa para bapak-bapak ini adalah orang yang begitu mencintai keluarga atau pasangannya dan tak sengaja terpeleset ke godaan perempuan lain. Makanya dalam kasus seperti ini, perempuan SELALU disalahkan, karena mereka mau dengan pria yang telah berkeluarga. Sekali lagi adalah hanya perempuan yang salah, sementara sang pria adalah makluk suci.
Pengamatan saya sendiri melihat bahwa para pria yang tak setia pada pasangannya bisa berubah menjadi pencinta keluarga hanya dalam hitungan detik. Tak heran keluarga mereka akan melihat dengan kacamata yang berbeda, bahwa mereka adalah pihak yang tak salah. Hanya pelakor ini yang salah.
Buat saya ini tak adil, karena perempuan dan pria sama-sama punya andil dalam memulai perselingkuhan. Tak bisa dipungkiri ada kasus-kasus dimana perempuan menggoda pria yang sudah beristri, tapi juga tak boleh kita menutup mata banyak juga pria yang menggoda perempuan lain. Salah satu modus sederhana saja, SPG di pameran menawarkan produk yang dijual, bisa dengan mudahnya digoda dengan cheesy pick up line seperti: “Kalau saya gak tertarik dengan produknya, tapi tertarik dengan mbaknya aja bisa gak?”
Pada saat yang sama, tak semua pria bisa tergoda untuk tenggelam dalam arena perselingkuhan. Rumus kucing ditawari ikan asin akan selalu mau itu tak selamanya benar. Saya mengetahu banyak pria yang bisa teguh dengan pendiriannya untuk tidak tergoda dengan perempuan lain, walaupun mereka sudah disodori perempuan (maafkan penggunaan kata ini, tapi ini benar adanya). Mereka memilih untuk tidak berselingkuh walaupun kesempatan sudah jelas di depan mata. Sekali lagi, mereka memilih untuk tidak berselingkuh.
Saya bukan ahli perselingkuhan, tapi dari banyak perselingkuhan yang saya tahu, kedua belah pihak sama-sama mau melakukan perselingkuhan. Baik pihak perempuan, maupun pihak laki. Tak semuanya diiniasi oleh perempuan, ada banyak perselingkuhan yang dimulai oleh pria-pria. Jadi, tolonglah jangan disamarakatan bahwa semua perselingkuhan itu karena kesalahan perempuan, lalu hanya perempuan saja yang disalahkan dan dituduh menjadi pelakor, pria pun punya kontribusi dan seringkali kontribusinya besar. Mereka bisa mengaku single atau sedang dalam proses perceraian atau perpisahan. Lagipula, mencuri hati pria itu tak mungkin kalau mereka tak merelakan hatinya dicuri.
Kesimpulan saya, perselingkuhan itu terjadi karena hubungan percintaan memang tak sehat dan salah satu pihak tak puas dengan hubungan tersebut.
xx,
Tjetje
Laki atau perempuan sama aja kalau di kasus selingkuh. Kalau otaknya jahat ya jahat, tanpa embel embel gender 😥
Bener, gender gak ada hubungannya. Btw perselingkuhan tak selamanya jahat sih. Ada kasus-kasus yang terpaksa selingkuh karena pasangan sakit, kebutuhan tak terpenuhi tapi tak bisa keluar dari perkawinan karena tekanan sosial.
Yes.. And also so many different kind of reason mba..
Setuju! tidak sepenuhnya salah satu pihah perselingkuhan terjadi karena kemauanan dan kesadaran kedua belah pihak.
Betul!
Yup setuju. Lelaki jgn disamakan dgn kucing yg akan SELALU nyamber ikan asin. Krn ayah dan saudara kandung kita pun juga berjenis kelamin laki2. Apa mau ayahnya disamakan ama kucing, hehehe.
Iya, padahal belum tentu juga dia digoda, banyak yang malah menggoda.
Setuju…
Aku nggak seneng banget tuh kalo lihat berita selingkuh, yang habis dimaki-maki selalu perempuannya! GRRRRR lakinya emang dipaksa selingkuh? Ngga juga kan
Ember. Kayak jadi pelampiasan emosi.
Setuju mbak kalau di Indo secara umum menganggap perselingkuhan terjadi krn pelakor. Seharusnya pihak laki-laki yg punya andil besar. Menurutku hal ini krn kultur di Indonesia jg dmn perceraian dianggap aib buat wanita, belum lagi stigma negatif yg diberikan kpd janda. Sehingga wanita yg menjadi korban perselingkuhan lebih banyak memilih mengalah dan berharap suami “insyaf/sembuh dari guna2 pelakor” tapi berbicara ttg apa yg salah dalam pernikahan sepertinya tidak masuk dalam agenda untuk menjaga pernikahan kembali utuh, apalagi konsultasi ke marriage consultant (bener ngga sih mbak cm tahu dr film soalnya ttg marriage consultan ini hehehe). Kenapa ngga melihat ke dalam pernikahan dan malah menyalahkan pelakor? Bisa jadi krn pihak wanita lemah, suami yg menafkahi keluarga shg daya tawar pihak wanita rendah. Dan pandangan masyarakat jg yg dgn mudah menjudge wanita yg diselingkuhi “kurang cantik/trlalu sibuk kerja/dll”…. mungkin di Indo sangat tabu ya mbak buat pria berkata “I just don’t love you no more”. Aku baru sih menikah semoga tidak mengalami ini, tp ak dewasa di keluarga yg begitulah jd ya kurang lebih ya begitulah hehehe
Iya posisi perempuan memang lemah dan stigma janda, apalagi cerai, kuat banget. Di sini kondisinya beda. Ibu tunggal diberi uang oleh negara dan perlu 4-5 tahun sebelum cerai bisa final. Selama masa itu masih ada waktu untuk rekonsiliasi dan pergi ke marriage counselor.
You need two persons to tango, perlu 2 orang unt sebuah tarian tango adalah personifikasi perselingkuhan, klo cm 1 yg menggoda dan yg lainnya tdk tergoda , percuma …tdk bakalan terjadi. Jaga kehormatan diri adalah rem terkuat (buat saya pribadi)
Menjaga diri memang rem paling kuat, tapi kepakeman rem dan kondisi lain banyak berpengaruh juga.
selain dr 2 pihak yang sama2 membuka perselingkuhan, apa sifat bawaan juga ngaruh ya mba? misal si lelaki emang ganjen,genit,suka yang bening2*ya kan makhluk visual.
saya ngeliat dr salah satu teman dekat saya, kasus rumah tangga orangtuanya, ibunya baik, pinter usaha, bapaknya hobby selingkuh , emang secara fisik saya akuin bapaknya emang ganteng, dan ibunya biasa saja, beberapa kali diselingkuhin dia sabar aja, trus bapak nya balik lagi, eh kambuh lagi pas ketemu perempuan muda seusia anaknya dan mau dijadiin istri ke 2, mungkin udah jebol juga kesabarannya, si ibu minta pisah, tapi si bapaknya ga mau pisah dr istri pertamanya, tapi jg ga mau ngelepas istri mudanya, ga mau jg poligami si ibunya. tapi akhirnya pisah beneran, tapi herannya bapaknya masih aja ngarep2 balik sm ibunya si temen.
Wah kalau sifat-sifat aku gak tahu. Si bapak mah ngeselin banget kalau model gitu.
Istilah perebut juga aneh, lah lakinya kan bukan benda mati yg diam aja dan bisa direbutin sana sini. Lagian kalo pakai analogi ikan asin, taruhlah si kucing doyan ikan asin yg harusnya di keplak dan dikasih pelajaran ya si kucing bukan yg kasih/nyodorin ikan asin. Kalau dikeplak yg nyodorin/yg ngasih ya si kucing gak kapok nanti bisa aja kalo yg punya meleng di tetep diam2 makan ikan asin yg disodorin 😀
Tapi begitu aku tulis ini di sosmed (FB), ada yg japri bilang kok aku belain pelakor 😀
Jiah….kok jadi dibilang pembela pelakor. Ada juga mereka pembela pria pelaku perselingkuhan.
Kalo dr reply an nya sih banyak. Memang sih mba lebih gampang menyalahkan orang lain drpd menyalahkan orang yg dicinta.
Dengan memaki perebut, scr gak langsung jd seperti tutup mata atas kealpaan pasangan yg ga setia. Dengan harapan si pasangan bs berubah. Padahal mah kalo pada dasarnya orang ga setia, ya ga setia aja. Gak sama yg ini nanti ya sama yg itu
Aaah long time ga buka blog mba Ail, kelewat banyak tulisan deh aku 🙂
Ohya menurutku istilah ‘perebut’ ga tepat bgt, kan laki-laki bukan benda mati.
Selain yang disalahkan adalah wanita yang berselingkuh, biasanya istrinya juga disalahkan oleh lingkungan sekitar, ‘kenapa ga bisa jaga suami’, padahal banyak terjadi istri merasa tidak ada yang salah/kurang di rumah. Kultur kita sih yang selalu memenangkan laki-laki.
Iya kultur kita masih meletakkan pria lebih tinggi dari perempuan.
SETUJU. Dlm istilah sy jg, pnyebab utamanya krn ada yg memikat dan terpikat