Indonesia yang terkenal dengan birokrasi ribet itu, ternyata tak begitu susah kalau untuk urusan beli properti. Pengalaman dan sepengetahuan saya, beli rumah di Indonesia itu “semudah beli kacang”, tentunya selama urusan surat-surat rumah beres. Urusan rumah juga seringkali tanpa makelar, langsung dibeli dari pemilik rumah. Urusan dokumen sendiri diselesaikan di notaris. Urusan cepat, tak perlu sampai berbulan-bulan, bahkan tahun.
Urusan KPR
Belanja rumah dengan mengambil KPR di Irlandia itu prosesnya ribet. Semenjak krisis, pemerintah Irlandia hanya akan memberikan maksimal 3,5 kali lipat dari gaji per tahun. Untuk profesi-profesi tertentu, aturan memperkenankan hingga 4,5 kali lipat saja. Sebagai ilustrasi, orang-orang yang bekerja penuh dengan gaji UMR bergaji 22k/ tahunnya, artinya mereka bisa mendapatkan KPR maksimal 77k. Cari rumah di Dublin dengan harga segitu itu sama dengan mission impossible. Apartemen? Apalagi.
KPR bagi pasangan sendiri sangat dimungkinkan, gaji pasangan digabung, tapi aturannya tetap sama, maksimal 3,5 kali lipat dari gaji berdua. Selain aturan di atas, orang-orang yang akan membeli rumah juga wajib memiliki setidaknya 10% uang muka. Uang muka ini hanya untuk pembelian rumah pertama, pembelian rumah kedua (dan seterusnya), harus memiliki uang muka setidaknya 20%. Bank di sini memang hanya diperkenankan memberi 90% KPR.
Sebagai WNI yang paspornya hijau, apalagi saya anak baru yang baru pindah ke Irlandia, eksistensi saya tak dianggap oleh banyak bank di Irlandia. Mau punya uang muka banyak pun, kebanyakan bank tak akan peduli, bagi mereka saya alien. Nah apalagi uang saya tak banyak. Makin tak peduli lah mereka.
Broker KPR
Nyari KPR sendiri di sini bisa lebih mudah, karena adanya broker. Broker berlisensi ini akan menguruskan permohonan KPR, mereview kondisi keuangan kita dan mencari bank dengan tawaran terbaik. Jeleknya, broker-broker ini cenderung akan memilih bank yang memberikan mereka komisi terbaik. Jasa broker ini macam-macam, ada yang gratis (karena bank memberi mereka komisi 1% dari KPR) ada pula yang biaya jasanya beberapa ratus Euro.
Memilih rumah
Begitu mendapatkan surat persetujuan KPR, perburuan rumah pun bisa dimulai. Bisa rumah baru, ataupun rumah bekas. Di Dublin dan sekitarnya, rumah baru sangat susah didapat, karena tak banyak pembangunan rumah baru. Sementara, mereka yang mencari rumah jumlahnya melebihi ketersediaan. Akibatnya, ketika penjualan dibuka dipagi hari, orang rela kemah dari semalam sebelumnya demi menjadi pembeli pertama.
Mencari rumah yang tak baru sendiri persaingannya tak kalah kejam. Open house untuk menunjukkan rumah pun biasanya dipenuhi dengan banyak orang. Akibat terbatasnya jumlah rumah yang ditawarkan, harga beli rumah pun sering melonjak tajam. Di sini, mimpi buruk pembeli rumah adalah bidding war. Bukanlah hal yang aneh jika pemilih rumah mengharapkan 20-30 ribu lebih dari harga rumah yang ditawarkan. Beberapa bahkan bisa dapat ekstra 50-60 ribu. Rumah baru pun juga sama, banyak yang rela membayar lebih mahal dari harga yang ditawarkan. Gila.
Silahkan tengok website ini kalau mau tahu gilanya properti di sini.
Proses pembelian rumah
Ketika sudah menemukan rumah yang dimau & terdapat kesepakatan harga, maka proses pembelian sudah bisa dimulai. Proses tawar menawar rumah sendiri berlangsung bersama agen rumah. Semua komunikasi melalui mereka.
Begitu pula dengan urusan legal, semua melalui solicitor. Dari tanggal masuk rumah hingga penutupan semua rekening di rumah (e.g sampah, listrik, gas) pun harus melalui solicitor.
Di awal proses legal ini, rumah harus disurvei terlebih dahulu. Akan ada ahli khusus yang melihat semua sudut rumah dan membuat rekomendasi perbaikan. Contohnya, perapian penuh dengan ranting dan harus diperbaiki, tangki air perlu diganti. Semakin banyak masalah di rumah tersebut, semakin panjang rekomendasinya. Survey ini sendiri juga tak gratis, bisa beberapa ratus hingga ribu Euro.
Proses legal pembelian rumah bisa memakan waktu lama, bahkan berbulan-bulan. Selain Birocrazy, kadang-kadang ini terkait dengan pemilik rumah. Mereka bisa minta beberapa bulan waktu menunggu, karena mereka harus mencari rumah pengganti, padahal cari rumah itu ribet. Beberapa orang yang saya kenal bahkan ada yang proses pembelian rumah mencapai satu tahun.
Begitu proses pembelian selesai, kunci rumah diserahkan oleh agen, jadi pemilik rumah lama tak bertemu dengan pemilik baru. Di sini, bertemu dengan pemilik lama memang kurang lazim.
Perjalanan kami berburu rumah idaman sangatlah panjang, lebih dari satu tahun. Akhir pekan habis untuk keliling mencari rumah dan furniture. Tapi perjalanan panjang ini membuat saya bersyukur atas banyak hal, termasuk bersyukur di sini tak ada adat kebiasaan “makelar tanpa guna” minta 2,5% dari harga rumah tanpa kontribusi yang signifikan. #IndonesiaBanget
Kalian, punya cerita berburu tempat tinggal dari kos, apartemen, rumah?
xx,
Tjetje