Arisan

Beberapa bulan terakhir ini, terutama saat akhir bulan saya meratap dan merana. Bukan karena gaji cuma numpang lewat aja, tapi karena saat mengocok arisan saya tak pernah menang. Menunggu nama keluar saat arisan itu rasanya menggemaskan dan sayangnya tak ada tips untuk menang arisan. Sama seperti banyak orang, saya mah maunya menang arisan di kocokan pertama, biar berasa lotere, tapi apa daya, hingga pengocokan hampir habis saya tak kunjung dapat. Tapi akhir bulan ini dipastikan saya menang arisan, karena akhir bulan ini pengocokan terakhir

Entah sejak kapan arisan ada di negeri ini. Saya sendiri sudah mengenal arisan semenjak kecil, bukan kecil-kecil hobinya ikut arisan ya, tapi karena suka ngikut Mama & Eyang Putri arisan. Perkenalan pertama saya dengan arisan justru dari arisan gaul Mama saya dengan tante-tante di Malang. Uniknya, yang saya ingat dari arisan itu justru mobil milik seorang tante yang ditabrak tante lainnya. Tante yang mobilnya ditabrak tak repot marah-marah, karena dia punya asuransi. Pelajaran berharga tentang asuransi itu meresap di kepala saya.

Selain arisan tante-tante gaul, mama saya juga ikut arisan ibu-ibu RT. Aktivitas ini buat saya menyenangkan setiap kali menang arisan, mama saya selalu bereksperimen menyajikan penganan yang berbeda-beda, dari  mulai serabi, siomay  (yang lain arisan, saya kepanasan di dapur mengukus siomay), aneka rupa pudding, hingga pasta. Arisan, tak cuma hahahihi dan mengocok dadu, tapi juga mengatur menu supaya tamu-tamu pulang ke rumah dengan perut girang. Saat saya kecil, saya sudah melakukan pemetaan tetangga favorit saat arisan (karena kemampuannya menyajikan makanan super lezat) serta tetangga yang tidak favorit (karena kebisaannya untuk menyajikan makanan dengan rasa amburadul). Kecil-kecil reseh ya.

Tak cuma arisan dengan teman ataupun dengan tetangga, arisan keluarga juga eksis. Tujuannya lebih untuk ngumpul-ngumpul antar keluarga dan saling menjaga hubungan. Bagi saya, arisan keluarga itu penting, supaya bisa saling kenal dengan saudara, apalagi kalau keluarganya besar. Yang tak kalah pentingnya, ajang arisan ini juga menjadi momen tepat untuk meneror si lajang supaya segera bisa menjadi istri laki orang. Eh.

dice

Image by Free-Photos from Pixabay

Arisan tak cuma jadi ajang kumpul-kumpul tapi juga jadi ajang investasi. Arisan panci contohnya. Jangan salah lho, harga panci yang bagus, itu ternyata tak murah, bisa berjuta-juta dan demi mendapatkan panci yang bagus, ibu-ibu banyak yang rela berarisan. Arisan investasi lainnya adalah arisan emas, emas koin tentunya, bukan perhiasan emas. Bagi yang duitnya berlimpah, arisan berlian juga bisa menjadi alternatif.

Tak selamanya ajang arisan itu positif, terkadang arisan juga bisa negatif. Salah satu penyebabnya gagal bayar, karena sang partisipan tak menyadari kemampuan keuangannya. Ikut arisan karena gengsi dan malu sama temannya, buntutnya, malah bikin musuhan seumur hidup. Arisan juga seringkali jadi ajang memutakhirkan gossip, tak ubahnya infotainment di pagi, siang, sore dan malam hari (gila ya TV kita isinya infotainment melulu!). Kalau soal pamer-pamer di arisan, dari pamer perhiasan, tas, hingga pamer tinggi sarang lebah di rambut sih udah biasa lah ya.

Banyak orang beranggapan bahwa arisan hanyalah aktivitas perempuan saja, padahal pria-pria juga suka berarisan. Baik sebagai partisipan aktif yang turut rutin membayar, maupun sebagai objek yang dijadikan bahan kemenangan para perempuan peminat arisan. #Eh. Arisan yang satu ini tentunya hanya untuk kenikmatan beberapa menit saja, basuh peluh ya Tante.

Xx,
Tjetje
Berharap segera menang arisan
 
Mbak Yoyen pernah menulis tentang Arisan juga disini, silahkan ditengok.
Advertisement