Tersinggung Karena Tak Diundang ke Kawinan

Pesta perkawinan bagi orang Indonesia itu merupakan perhelatan akbar yang terkadang diadakan selama beberapa hari berturut-turut. Tergantung kondisi keuangan dari kedua belah pihak. Tapi tak perlu cemas, kalau nggak punya uang, berhutang untuk kawinan pun tak masalah. Bukankah perkawinan yang baik sebaiknya dimulai dengan susah payah bersama untuk memupuk cinta? Nah caranya ya bersusah payah membayar cicilan hutang pesta resepsi? (Eh!)

Perkawinan juga bukan mengenai hubungan antara dua belah pihak pengantin saja, tapi menjadi urusan banyak pihak. Ayah dan Ibu kedua mempelai akan sibuk membuat daftar koleganya, teman-temannya, serta sanak saudara dari yang pertalian terdekat hingga yang paling jauh. Sementara pengantin akan sibuk membuat daftar undangan yang berisikan nama teman-temannya dari jaman TK, SD, SMP, SMA, les bahasa Inggris, les nari, les bahasa Perancis, renang, kolega kantor, temen jalan-jalan dan teman di facebook yang sudah lama nggak diajak ngomong. Semua daftar dijadikan satu dan dihitung, total undangan biasanya jadi ratusan hingga ribuan. Undangan ini kemudian harus dikalikan tiga atau empat, termasuk pasangan, anak dan juga nanny yang selama perkawinan berlangsung repot berlari-lari mengejar dan menyuapi si anak.

Pengantin juga masih harus beli seragam buat keluarga & geng mainnya. Belum lagi hunting baju pengantin untuk akad nikah, untuk resepsi, untuk midodareni, atau upacara tradisional lainnya. Selain mikir seragam, pengantin mesti mikir foto pre-wedding, souvenir, cari gedung atau hotel, milih menu, milih fotografer, milih seserahan, test make-up, milih tukang dekorasi, dan memilih undangan. Kepusingan ini masih ditambah dengan menghitung anggaran dan menekan biaya agar sesuai anggaran. 

IMG_0136

Terdengar repot kan? Nah kerepotan ini akan ditambah dengan orang-orang yang tersinggung karena berbagai hal. Golongan orang tersinggung ini nggak pernah mau mikir gimana repot dan hebohnya persiapan perkawinan. Pokoknya hal-hal yang dia mau mesti jadi prioritas, urusan penganten nomer dua.

Golongan pertama biasanya ribut soal undangan. Ketika mendengar acara lamaran sudah dilaksanakan, biasanya mereka sudah ribut mengingatkan undangan. Saking semangatnya mereka seringkali mengingatkan untuk mengirim undangan ketika sang pengantin belum menemukan pacar. Kalimat andalannya: “Undangannya jangan lupa lho ya!”. Single nekat biasanya jawab:  “Angpaonya juga jangan lupa ya!” kalau saya mah senyum-senyum. Lupa kan manusiawi, melupakan juga manusiawi kan?

Kalau golongan ini nggak diundang, kemudian mendengar perhelatan telah dilaksanakan tanpa mereka, atau melihat jejak foto di social media maka sudah dapat dipastikan akan terjadi keributan. Hal pertama yang dilakukan adalah PROTES, kenapa nggak diundang. Duh orang-orang ini nggak paham kalau menyiapkan perkawinan itu pasti ribet dan kalau ada yang kelewatan itu wajar. Lucunya, ketika menghubungi untuk complain, hal pertama yang diucapkan bukan ucapan selamat. Hmmm…memang kebutuhan untuk eksis di kawinan orang mengalahkan tata krama.

Yang lebih repot lagi kalau nekat mengadakan perkawinan kecil yang mengundang kurang dari 30 orang aja. Hari gini ngundang kurang dari 30 orang itu emang nekat. Tapi ketika pengantin dibatasi oleh anggaran (dan karena mereka ingin melakukan hal tersebut) kenapa tidak? Resikonya diomongin banyak orang dan menerima banyak banget complain, dari saudara dekat, saudara jauh, temen deket, temen jauh, temen lama sekali (bahkan gak inget kalau pernah temenan),  karena mereka tidak diundang. Orang-orang begini nih biasanya nggak mikir kalau kawinan itu mahal, makanya ada banyak hal yang harus dibatasi biar nggak terjerat hutang?!

Golongan kedua biasanya ribut sebelum acara karena menerima undangan tanpa menerima potongan kain untuk seragam. Ribut meneror pasangan pengantin atau orang tuanya untuk nanya seragam. Kalau nggak, repot bisik-bisik karena nggak menerima seragam. Buat mereka, nggak diberi seragam itu menyinggung harga diri. Halah!

Saya sendiri pernah mengalami menghadiri perkawinan seorang kerabat dimana semua saudara mengenakan seragam, Sementara saya terlihat berbeda tanpa seragam. Nggak perlu bersedih hati kalau berada dalam kondisi ini, malah harus bersyukur, karena nggak ribet cari model, cari penjahit dan  bayar penjahit untuk kain yang keseringan hanya bisa dipakai sekali karena kualitasnya yang biasa saja. Selain itu, menghadiri perkawinan tanpa seragam itu memungkinkan untuk cepet-cepet kabur ke tempat lain. Tips a la saya buat yang nggak dikasih seragam, pilihlah baju paling menyala, seperti merah, supaya kalau difoto kelihatan beda. Berbeda itu penting!

Apa reaksimu ketika tidak diundang perkawinan teman? 

Advertisement

34 thoughts on “Tersinggung Karena Tak Diundang ke Kawinan

  1. hehe… saya juga terkadang agak kecewa, kok pernah kenal… teman SMA, tp kok gda diundang… tp gk pernah tuh saya komplain2 gtu… soalnya ngerti mungkin mereka juga pada sibuk nyiapin pesta perkawinan

    • Nah konsep ini yang memberatkan sebenernya, pernah kenal. Kalau orangnya punya pergaulan luas, berabelah.

      Kalau perkawinan kecil, bukan yang pernah kenal yang diundang, tapi yang benar-benar kenal, yang dekat baik dari hati maupun dari fisik. Yang kalau ketemu bisa ngobrol dengan tenang dan obrolan mengalir, nggak jadi aneh.

    • Walah…kalau mau indehoy aja nggak perlu kawin juga bisa. Kawin buat saya lebih dari sekedar indehoy, ada komitmen untuk bersama-sama membangung keluarga dan menyebar kebaikan selama sisa hidup.

  2. Ngerti banget tentang ini Ailtje. Waktu aku menikah dulu juga banyak yang ngomel karena ngga diundang padahal aku udah seksama atur daftar tamunya.

    Apa mungkin memang ini khas Asia ya dimana pesta pernikahan itu bukan hanya untuk sipasangan tapi juga untuk keluarga (besar). Setelah tinggal di Belanda, aku beberapa kali diundang ke pernikahan yang tamunya hanya 20 orang. Lebih intim dan berkesan menurutku. Si pengantin bertukar janji nikah dikelilingi orang-orang yang berarti dan dekat dengan mereka. Good luck with your wedding preparations whenever it is!

  3. Ini jadi momok jg buat kita kita yg belum nikah. Harusnya gak boleh marah juga kalau ngga dapat seragam. Lah itu kan terserah pengantinnya, klo budget ga ada ya jangan maksain… Mungkin intinya ke berapa budget yg kita punya yah mba…

  4. Berhubung saya dulu pas nikah juga gak gede2an banget, buanyak keluarga & teman yg terpaksa gak kami undang demi alasan biaya (pokoknya disortir habis deh itu list undangan). Jadi ya bisa maklum banget kalo ada temen/sodara yang gak ngundang saya.
    Pernah ada temen se-gank pas SMA, yang pas menikah gak ngabar2in, kita taunya tiba2 di fesbuk dia udah pajang foto sama suami (dan anak!). Ya saya gak komen apa2 sih, cuma manggut2 aja “oh si anu udah nikah” gitu aja. Eh giliran saya pajang foto manten saya beberapa bulan kemudian, dia komennya sama kayak yang disebut di atas, “eh kok kamu nikah gak ngundang2 sih?” tanpa ngucapin selamat or whatsoever. Saya bales aja dengan kejam, “lha sama, kamu juga dulu nikah gak ngundang2!” trus gak lanjut lagi deh komen2nya, haha..

  5. kalo kita sih sibuk nolakin acara… berhubung lagi ga di Indo 😉

    Seriously tho, rasanya itu tergantung dari kedua belah pihak keluarga: mau pilih pesta besar atau kecil… kalo besar dan ngundang teman2 ortunya monggo dibayarin… ;p

    kalo kecil ya dikomunikasikan sama keluarga dekat 🙂 yang ‘teman’ jauh ya kelaut aja…

  6. pernah sih, ga di undang sama salah satu teman saya, tp ya wols2 aja, mungkin dia lupa karena sibuk ngurusin persiapan resepsi, tp jujur saya jg sering lihat orang2 disekitar saya yang complain dan merasa harga dirinya tak dianggap karena tidak di undang hahaha

  7. Seinget saya, saya belum pernah nggak di undang, kebanyakan mereka ngundang hehe. nggak di undangpun nggak apa2 hehe, jadi nggak keluar angpao, nggak ribet beli baju atau dandan.

    Tapi tahun lalu sepertinya saya pernah nyapa temen di bb, saya tanya “kok nikah nggak ngundang2” ( wajar saya tanya kayak gitu, karena temen TK, temen 1 komplek rumahnya juga deketan,Temen SMP juga ) trus dia jawab : Loh udah ngundang kok, malah situ knp nggak datang. saya kaget kapan ngundangnya, mana undangannya ? ternyata dia ngundang nya pake BB ^___^ padahal kan bb saya nggak setiap bulan aktif huhuhu .. dan endingnya saya ucapin selamat hehehe 🙂 Setelah itu nggak ada sapa2 lagi 🙂

    • Oh iya, model undangan jaman sekarang emang makin beda, ada yang lewat facebook, lewat bb, atau bahkan lewat SMS. Kalau orang tua nggak dikasih undangan hard copy biasanya tersinggung tuh.

      • Tambah satu mba, undangan di kirim melalui email hehe
        kalau saya sedikit kecewa waktu temen SMA saya ngundang lewat bb. Padahal rumah calon suaminya dekat dengan rumah saya, dan mereka sudah beberapa kali datang ke rumah saya. Moso undangannya lewat bb. waktu saya bilang ” Oh kirain undangannya datang ke rumah say” dan teman saya bilang ” “soalnya si A( calon suaminya ) pulang malem trus”

        Trus saya tunggu dong undangannya datang, dan 1 hari menjelang hari H, nyatanya udangan tidak datang ke rumah heheh.. padahal kan bisa bilang ya “maaf ya udangannya via bb .. bla..bla..bla.. ” kan lebih enak dengernya.. kita tau lah alasannya hehehe ..

        tapi saya tetep dateng ke acara pernikahan teman saya hehehe 🙂

  8. Kakak pertama dan kedua ku nikahnya ala cerita kedua. Kakak pertamaku malah resepsinya cm buat kurang dr 15 org tp semua ikrib dr keluarga n teman semua saling kenal. Walaupun skrg aku blm pny pacar, tp pengennya ntar nikahnya jg bgt, ngundang yg akrab aja biar suasananya hangat dan bs jd memori ampe semua tua 🙂

  9. Ibuku jg udah punya bayangan gimana resepsi pernikahanku kelak. pengennya diramein, dgn kata lain keluarga besar dr keturunannya mbah buyut, temen2 kerja ibu, temen2 dagang ayah, tetangga dr kampung dn yg di perumahan diundang semua, krn aku anak cwe pertama. tp kalo aku sendiri jg pengennya yg sederhana aja. tp semua masih rencana, wong aku jg belum punya pacar –“

  10. Ikutan berbagi pengalaman. Aku dan Adikku nikahnya beda banget. Karena adik menjadi pernikahan anak perempuan pertama di keluarga, ibu maunya gede2an. Walhasil bikin 600undangan=1200 plus plus orang datang. Itupun ibuk dan adikku sempat bersitegang karena berasa masih kurang ngundang orang. Persiapan 6 bulan sebelumnya. Hari H ribet, keluarga inti tegangan tinggi. suasana ga santai.

    Tahun depannya giliranku nikah. mengundang 150 orang yang datang, termasuk keluarga, teman-teman dekat orang tua, tetangga. Aku aja cuman ngundang 15 teman :D. Bukan karena masalah budget, tapi karena ingin konsep pernikahan yang simpel, akrab, dan berkesan. Persiapan 3 bulan sebelumnya, Dari akad, walimatul nikah, sampai resepsi diadakan dirumah. Kayak pesta kebun karena kebetulan halaman rumah luas. Yang pake seragam cuman ortu. Adik2ku plus sodara2 bajunya santai. Tapi suasana hari H menyenangkan. Undangan kenal satu sama lain, Aku dan suami bisa mendekati undangan dan menyapa satu persatu. Suami senang karena di Belanda juga kalo nikahan kan ga besar2an tipenya. Bahkan aku dan suami sempat ikutan nyanyi bareng2 sama undangan hehehe. Teman-teman yang ga diundang banyak yang protes. Tapi aku sih cuek. Istilahnya, suka-suka aku kan mau ngundang siapa. Bukan tidak peduli, tapi kami ingin yang datang adalah mereka yang benar-benar dekat dengan kami.
    Menurutku, tiap orang kan punya konsep pernikahan impian. Wujudkan itu, ga usah terlalu menggubris kasak kusuk orang lain ^^.

  11. ha ha ha ha ha, jd inget pulang dr china, udah bawa akte nikah, di tanya papa, mau pesta kawinan gmn? saya jwb: siapa yg bayar? klo saya sendiri, cmn kluarga deket, modle nya lbh mirip slametan krn saya sdh nikah sah, plg2 20-30org yg diundang. Papa marah2 kata nya enggak menghormati kluarga besar….weleh…..ya udah, smua urusan pesta di urus papa, saya cmn milih weding gown, suami pake jas pinjeman adek :). yg dtg “cuman” 300 org kata papa saya…..maklum di banding adek cowok (putra mahkota nya kluarga) pesta 3x, undangan smp 3000org, yg ada smua kolaps smp 2 minggu lbh stlh pesta, mana pas pesta yg ada marah kanan kiri krn perencanaan nya gila2an 😛

  12. Pingback: Drama Perkawinan | Ailtje Ni Dhiomasaigh

  13. Pingback: Heboh Foto di Perkawinan Orang | Ailtje Ni Diomasaigh

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s