Orang bilang Jakarta itu kota yang keras, dipenuhi orang sombong* & kurang berperikemanusiaan. Siapapun yang mengatakan itu, tentunya belum pernah menginjakkan kaki di atas Kopaja, kendaraan umum berwarna hijau yang kondisinya mirip kapal titanic yang baru diangkat dari laut, karatan semua. Selain penuh karat, Sebagian besar Kopaja juga berfungsi sebagai sauna, karena tidak dilengkapi dengan AC. Kendati buruk rupa, Kopaja bagi saya justru menyimpan sarat cerita tentang kebaikan manusia Jakarta pengemudi serta kerendahan hati mereka.

Photo: tempo.co
Koperasi Angkutan Jakarta, adalah kendaraan umum berbiaya murah, 3000 rupiah saja. Biar murah, kecepatannya lebih cepat dari TransJakarta; gimana tak cepat kalau seluruh kendaraan takut tersenggol Kopaja. Kopaja tidak pernah berjalan lurus dan lebih sering menari-nari seperti ular naga. Walaupun buruk, kampas rem serta oli Kopaja terjaga dengan baik, karena Kopaja hanya boleh di rem ketika jaraknya sudah dekat dengan kendaraan di depan. Cuma mereka yang professional yang bisa melakukan ini kan? Tak cuma profesional, abang Kopaja juga jago menyetir sembari memegang rokok di dekat mesin dan kadang-kadang memegang gelas berisikan kopi. Entah gimana caranya, pokoknya Kopajanya gak boleh kebakaran kayak TransJakarta.
Saking seringnya mereka menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan, serta menyetir secara ugal-ugalan, supir Kopaja sering ditilang Polisi. Makanya, pengemudi Kopaja suka galak kalau ada penumpang yang minta turun sembarangan atau jika penumpang lelet turunnya. Polisi di Indonesia suka menganggap Kopaja berhenti terlalu lama dan menilang mereka. Akibatnya penumpang dipaksa cepat-cepat turun. Aneh. Segalak-galaknya, mereka ini penuh dengan kemanusiaan lho, kemanusiaan pada pengamen karena jika pengamen mulai naik untuk mengais rejeki, musik atau bahkan TV akan dimatikan. Iya ada satu Kopaja nomor 19 yang dilengkapi dengan TV dan kursi empuk.
Selain berbaik hati pada pengamen, Kopaja juga punya kebijakan yang harus ditiru oleh semua moda transportasi. Kebijakan diskon buat wong cilik. Ada banyak wong cilik yang naik Kopaja, tapi yang selalu mendapatkan diskon adalah joki three-in-one**. Joki three-in-one, yang seringkali ibu-ibu dengan anak kecil didekapannya, boleh membayar 2000 rupiah saja. Dulu, saat harga Kopaja hanya 2000, mereka mendapatkan diskon 50%.
Penumpang Kopaja juga perlu memiliki trik-trik khusus. Pemilihan kursi yang tepat pada hari yang tepat, akan menentukan kualitas perjalanan. Duduk di kursi yang berdekatan dengan jendela, saat hari tidak hujan sangat dianjurkan. Mengapa? Karena jika duduk di lorong, dipastikan hanya separo pantat yang akan duduk. Selain duduk ‘separo’, duduk di lorong lebih mudah didesaki penumpang yang berdiri. Tak cuma itu, pria-pria yang naik kopaja hobi banget memikul ranselnya di depan tubuh, lalu tanpa sadar, atau sadar tapi gak peduli, menghalangi visibilitas penumpang yang duduk dengan ranselnya. Halah apa coba ini bahasanya.Nggak Cuma pria lho, perempuan dengan tas besar juga suka seenaknya menabrak-nabrakkan tasnya ke kepala atau tangan orang yang duduk. Bayarnya murah, kagak boleh cerewet kale….Jika hari hujan, penumpang biasanya ogah duduk di dekat jendela karena kebocoran Kopaja mengalahkan kebocoran anggaran. Duduk di lorong pun seringkali beresiko menjadi basah.
Sebagai kendaraan umum yang penuh manusia, Kopaja juga jadi ajang pencopetan. Seorang teman (dan seluruh penumpang Kopaja) pernah mendapatkan peringatan dari pengemudi ketika sang pengemudi melihat segerombolan pencopet yang bersiap naik. Sayangnya, tak semua pengemudi melakukan hal tersebut, mungkin juga mereka tak selalu hapal muka sang pencopet.
Kopaja di Jakarta sudah mulai berbenah dengan menyediakan armada yang lebih ‘sehat’ yang dilengkapi dengan AC dan harganya hanya lima ribu rupiah. Makasih Jokowi-Ahok. Saya pribadi lebih suka si Kopaja berkarat, karena cuma Kopaja yang mampu merajai jalanan di Jakarta dan membuat perjalanan penuh sensasi bak naik roller coaster di Dufan.
Konon, jika turun dari Kopaja dengan kaki kanan, kita akan jatuh. Ada yang pernah coba nggak ?
xx, Tjetje
* Manusia sombong karena kalau ke daerah suka menggunakan kata lu-gue. Lha padahal di Jakarta ini bahasanya lu gue, masak harus pakai inyong, dalem, kulo. Nggak cocok kan? ** joki three-in-one jasa duduk di kendaraan untuk melewati jalan-jalan utama Jakarta pada jam-jam tertentu. Peraturan mewajibkan kendaraan pribadi diisi oleh tiga orang atau lebih.Ongkos joki berkisar 15rb – 20 rb.
saya malah gak sadar seringnya turun pake kaki kiri atau kanan,,tapi belom pernah naik kopaja yang di jakarta, pernah cuman bus-bus mirip kopaja tapi yang ada di jogja,,
Di Jakarta wajib pakai kiri dan pasti diingatkan kondektur. Kopaja di Jakarta jarang berhenti sempurna.
Lho… Maksudnya Mbak Tje? Kok mesti kaki kiri duluan yang menginjak tanah…
Maklum pernah hidup sombong juga tapi cuma tiga tahun (maksudnya cuma menetap di sana 3 tahun aja). Sekarang dah comeback ke kampung halaman… 🙂
Salam kenal binibule!
Salam kenal juga. Misteri sudah terpecahkan ya!
Yups. Solved…
aku ngakak baca di awal kalau kopaja mirip kapal titanic diangkat dari laut…eh lucu mbak…………..selera humor mbak top deh……………
Temenku orang Jepang pernah aku ajak naik Kopaja dan dia suka banget, karena karatnya, bikin teringat sama Africa. Lol
hahahhahah gara gara karat nya ya ………..ada ada aja…….
Macam di film The God Must Be Crazy dong!
Jelas kaki kanan bakal jatuh karena pintunya disebelah kiri. Momentumnya bakal membuat badan terputar kalau dianalisa dari segi Fisikanya 😀
On the other hand, aku memang punya banyak cerita di Kopaja. Dari Surabaya, asalnya anak manja yang biasa diantar kemana2, sampai melanglang Jakarta naik metro mini dan kopaja kemana2. Kopaja favorit adalah 168 (cmiiw) jurusan Blok M – Tanah Abang, karena ini pas lewatnya deket kantor (Palmerah) dan tiap hari aku harus ke Mabes Polri yang di Trunojoyo.
Dari dulu yang nggak pernah naik angkot sampe saking biasanya naik angkot ke Jakarta, bahkan ketika kakak berkunjung pun diajak keliling Jakarta naik kendaraan umum. Tapi itu dulu, sekarang jadi hobi naik taksi lagi, bukan karena posh atau apa, tapi panasnya sudah tak kuat lagi setelah 9 tahun tinggal di negeri dingin.
Wah terimakasih penjelasan ilmiahnya. Mystery solved!
Unfortunately, aku taunya cuma 19 atau 66.
oops, sorry. Maksudnya nomer 608, kok 168 dapat dari mana yak? haha
Klo naik kopaja atau metro mini, bawaannya pengen ngelap tangan pake tisu basah jadinya, bau karatnya nempel banget gak mau lepas.. Hahaha…
Enaknya naik kopaja, dapet harga diskon anak sekolah & mahasiswa, skrg masih gak ya?
Aku ga pernah bareng pelajar karena di daerah Sudirman Kuningan. Tapi biasanya pelajar atau mahasiswa dapat harga khusus ya.
Btw, setuju kalau turun dari Kopaja bawaannya cuci tangan, bahkan pengen keramas karena polusi nempel.
Hahaha.. Aku paling ngelap baju & kerudung pake tisu basah juga..
ngikik mulu baca postinganmu kali ini mbak’e :). udah lama aku ga naik kopaja. kalo di Bekasi yg kyk gitu disebutnya tiger aka (bis)tiga perempat. kalo naiknya pagi2 atau malam lewat jam 10 barengan sama orang2 yg mau ke pasar dgn barang bawaan berkarung2, kadang ada unggasnya juga –‘
Wah namanya lucu, tiger. Aku jaman tinggal di deket pasar induk kalau naik angkot bercampur ayam . ngeri banget, takut dipatok.
ih, jadi ngeh, iya bener turunnya kaki kiri duluan hahahha xD
Ada penjelasannya Fisikanya dari Eva di atas, kalau pakai kanan pasti jatuh.
Salam kenal Ailtje, aku suka gaya nulisnya .. lucu dan santai 🙂 Bener banget yang Ailtje tulis, bikin aku ketawa ngikik hehehe.. aku inget banget dulu tuh gak pernah lupa bawa kipas kalau naik kopaja, panas soalnya kan sesak banyak penumpang. Terus inget juga para kondektur yang gelantungan berani mati karena hampir seluruh badannya di luar bis, cuma satu tangan pegangan di tiang pintu dan cuma satu kaki aja di dalam bis. Duh jadi kangen naik Kopaja deh 🙂
Hi Sari, salam kenal juga dan makasih sudah mampir di blogku. Dulu jaman naik patas walaupun AC aku juga bawa kipas. Sambil pura2 tidur kalau didatengin orang jualan, tapi bisa kipasan. LOL.
Kondektur memang luar biasa, mereka jago lari dan lompat. Btw aku pernah lihat beberapa kondektur perempuan. Hebat!
Salut bagi kondektur yang perempuan…
Merantau dari Surabaya ke Jakarta, dimana di Surabaya angkotnya (biasa naik bemo) atau bis kota nya pasti turun dengan sempurna. Artinya bis berhenti, kemudian penumpang turun. Sedangkan awal-awal di Jakarta, aku gegar budaya. Nunggu metromini (aku biasanya naik metromini ke kantor, dimana tingkat ugal2annya sepadan bahkan terkadang melebihi Kopaja) berhenti. Apadaya, kaki kiri sudah harus menyentuh aspal jalan sementara metromini tetap melaju -tidak-perlahan-. Kalo tidak mau seperti itu, berarti harus siap dengan sumpah serapah kondektur dan bisnya. “kalau mau enak, naik taksi aja” Akhirnya, selama 7 tahun tinggal di Jakarta, aku kemudian menjadi ahli. Ahli ngejar dan naik metromini yang tak berhenti, ahli turun dengan liukan badan ketika metromini tak mau berhenti dengan sempurna hehehe. Balik lagi ke Surabaya, terkadang merindukan keriuhan metromini dan kopaja 🙂
Ah iya, Pas ke Jakarta bareng suami 2 bulan lalu, aku ajarkan ke dia seni berkopaja ria. Awalnya dia ga suka. Kotor dan ga beraturan katanya. Eh, ternyata keesokan harinya dan selama seminggu, jadi ketagihan. Malah bikin video, trus ditunjukin dengan bangga ke keluarga dan teman2nya di Belanda. Merasa hebat dia karena sudah bisa berkopaja dan bermetromini ria 🙂
Salut sama suaminya… Hahahaha…. Malah ketagihan… Pasti ada adegan tatap tatapan waktu di metro mini… 😛
Mbak Deny bener, kalau manja2 sama kondektur suka disuruh naik taksi. Hebat banget suamimu mau naik Kopaja mbak, lakiku mana mau.
Tak paksa iku mbak *istrinya mantan preman, tukang mekso hihihi. Harus merasakan segala macam jenis angkutan di Indonesia. Dari kelas ekonomi sampai eksekutif. Metromini, Kopaja, Kereta api ekonomi Majapahit, Parahyangan, bis antar kota ekonomi, Patas, kapal laut, sampai pesawat. Biar dia banyak pengalaman. Lha kalo di Belanda lak lempeng2 ae. Di Indonesia kan banyak seninya 😀
Wah mantap!
1. Nemu pengamen. Beberapa kali naik metromini (sama dengan kopaja beda warna) blok M-Fatmawati ketemu pengamen dg suara not bad jadi ngasihnya lebih.
2. Kalo ada penjual di bus yg jualan unik2 dan murah macam jarum, benang jahit lebih murah dibanding di darat (hallah), atau juga tissue
3. Sopir metromini nggak pernah narik duit petugas kebersihan berseragam orange bawa sapu (iyalah… samasama kerja), nggak narik duit dari penjual asongan pengemis atau pengamen meski nggak lagi ngamen atau ngemis di busnya .
Hehehe 🙂
Entah kenapa dibanding Metromini aku lebih suka Kopaja. Metromini lebih galak, menurutku. Dagangan di Kopaja aneh2 dan murah meriah, bener. Kadang suka ada yang jual coklat dengan harga ancur murahnya, entah itu coklat beneran atau expired.
Baik banget ya abang2 Kopaja itu mau ngasih gratisan ke orang kecil.
Kopaja yang sering mengisi hari2ku, no.95 jurusan RawaBokor – Mall Taman Anggrek, 88 Slipi – Kali Deres, 80 Jembatan 5 – Kali Deres 😀 dan kopaja – kopaja lainnya. Ga bisa turun pake kaki kanan, karena nanti kepelintir 🙂 soalnya tanteku pernah keplintir gara-gara turun dari kopaja pake kaki kanan.
Waduh, bahaya juga ya efek salah turun.
iya, ingat selalu pake kaki kiri 😀
SOLVED… Ternyata bisa buat terkilir juga toh…
yaap 😀
yg paling bahaya dari naik kopaja adalah saat turun kita dipaksa loncat oleh sopir dan kondekturnya padahal bus belum berhenti sempurna.. saya sering takut liat kondisi kaya begini, dan akibatnya ga pernah berani naik2 kopaja/metromini/kopami begini di jakarta.. copetnya dan tukang todongnya juga serem mba, meskipun mereka hanya ada di beberapa bus sih 🙂
utk urusan kendaraan umum bagi saya masih menang angkot kecil (mikrolet yg duduknya 6-4) dan bus transjakarta skrg ehehe
Aku gak suka mikrolet, karena penuh banget dan sesak. sepenuh2nya Kopaja masih bisa merdeka bergerak.
Naik Kopaja di Jakarta banyak sukaduka nya deh, bakal kayak pengalaman kalo sering naik kopaja karna beda kopaja bakal beda lagi ceritanya.
Bener mbak Tje, kalo turun kopaja mending pake kaki kiri, pernah nyoba pake kaki kanan dan nyaris keserimpet. Kalo pake kaki kri, biarpun kopaja gak berhenti sempurna (yang mana jarang terjadi) kaki kita masih tetap jejak mantap ke tanah 🙂
Iya kopaja kampas remnya kurang pakem kalau buat nurunin penumpang. Tapi kalau buat kebut2an mendadak bisa ngerem. Mungkin itu cara mereka menghemat kampas. LOL.
Hahahha bener bener. Eh kopaja AC juga sebenernya sama aja sih lebih mending doang soalnya ber AC, supirnya sih ya beda beda tipis lah 😀
Baca ini jadi kepikiran.. Jaman dulu pas SD naik kopaja turunnya pake kaki apa ya? Karena aku inget betul, pernah 2x jatuh pas turun.. Korbannya lutut kanan dan kiri yang bekas lukanya masih ada sampe skrg.. Hahaha
Wah jangan2 kaki kanan itu. Kenangan Kopaja ya.
iyaa, masa masa yang seruu :))))
wah saya malah lebih mending naik Kopaja / metromini mbak dibanding naik TJ (di beberapa koridor nunggu bisnya bisa sejam sendiri) atau angkot kecil (duduk nyamping dan cenderung lebih sumuk).. asal ndak penuh dan dapet duduk (dan ndak ada orang ngerokok sembarangan), asik lho naik kopaja..
Soal pemilihan tempat duduk, ada tips lagi nih dari saya. Kalo pagi/siang bolong, jangan lupa perhatiin arah matahari. Kalo mataharinya dateng dari arah kanan/kiri/depan/belakang kopaja, jangan milih tempat duduk disitu, karena dijamin lebih panas.. Terus harus diperhatiin juga space antar bangku, kadang ada yang sempit bgt bikin kaki kram 😀
Tips terakhir, jangan duduk di sebelah bapak2 karena mereka suka ngangkang2 ndak jelas ngabisin tempat >.<
Hi Kimmie, iya aku juga lebih prefer Kopaja daripada TJ. Makasih banget tips mataharinya. Kalau bapak2 iya aku suka gemes, mereka suka banget gak jelas gitu.
pernah naik kopaja pas mampir ke jakarta dan hampir jatuh pas turun karena sopirnya cepet-cepet mau jalan lagi. setelah itu nggak mau lagi naik kopaja 😛
Wah jangan kapok naik Kopaja. Perlu beberapa latihan dulu biar expert naiknya.
Ini lucuu banget 😀 Tiap habis naik KOPAJA pasti lap tangan pake tissue basah karena bau karat nempel yang kadang bikin risih hehehe… Tapi dari bacaan ini jadi tahu ternyata supir Kopaja punya kebaikan dalam hal kecilin volume pas pengamen naik, kasih diskon ke “wong cilik”
Belum pernah coba turun KOPAJA pakai kaki kanan… pas ke Jakarta kupraktekin ahh 😀
Jangan, nanti kamu kejungkal!
wah baru tahu nih mbak bahwa abang2 kopaja mau ngasih diskon ke orang2 yang “ekonomi lemah” :D. Entah kapan terakhir kali aku naik kopaja secara reguler. Yang jelas sih, gak enaknya naik kopaja adalah si supir sering buru2 ngegas sebelum penumpang turun. kalau soal panas dan sempit ya memang udah resiko naik angkutan umum.
Supirnya cuma mau berhenti total kalau orang tua atau orang hamil.
Seru banget naik kopaja di Jakarta mbak hehe
Kapan2 kalau ke Jakarta dicoba ya!
Siaaapp
Ketawa sendiri baca postingannya mbak, belum lagi ditambah adegan kalau kondektur ditinggal si supir kalau pas lagi tancep gas 😀
Reblogged this on Ms. eF and commented:
Inilah Jakartaku tercintaaah 😀
Mudah2an transportasi di jakarta makin nyaman sehingga penduduknya pada naik angkot dan mengurangi macet 🙂
Saya senang naik kopaja dan metromini.karena dari dlu jln trus smpe sekarng.yang paling sya suka naik kopaja atau metromini klo lgi blpan .wow seru aku pengen nglmin hl seperti itu.
Kopaja favorit ya pasti P16 dan mm T52 . Klo P16 terkenal jgo menyalip di jln sempit .Sedangkan T52 mobilnya sudah ada yg di uji kir
Saya adalah salah satu pnggemar kopaja dan metromini
Favorit kopaja dan metromini :P16 dan T52 klo kopaja p16 trknal jgo OT d jln kecil krna trek p16 y di kampung
Klo mmT52 mobilnya ada yg sudah uji kir
Dan stu lgi sya pling ska liat kopaja balapan
Waaah kopaja balapan itu bikin deg-degan.