Menyindir Polisi Indonesia

Pada suatu malam, saya dan seorang teman dihentikan Polisi di sekitar Senayan City. Kami berada di jalur yang salah, makanya kami dihentikan dan akan ditilang. Berhubung kami tahu dan sadar bahwa kami bersalah, kami nggak menolak ditilang. Syaratnya, kami minta slip tilang warna biru. Menurut hasil baca sana-sini kalau tidak berniat membela diri dan mengaku salah, bisa meminta slip tilang biru. Dalam slip ini jumlah angka tilang akan diputuskan dan tinggal ditransfer lewat BRI. Kalau merasa tak bersalah dan ingin membela diri sih bisa minta slip merah muda untuk menghadap ke hakim. Ada gak sih yang pernah diputuskan tak bersalah ketika menggunakan slip merah muda ini?

Berbekal hasil membaca ini saya berkata dengan elegan kepada Polisi yang menilang:

“Boleh pak, silahkan ditilang, kami memang bersalah. Tapi minta slip biru ya Pak.”

Malam itu, Pak Polisi yang menilang lagi gemes lihat mbak-mbak elegan, jadi Pak Polisi menjawab:

“Mohon maaf Ibu, kami sudah tidak bekerjasama lagi dengan dengan BRI.”

Mbak-mbak sok elegan langsung pasang muka kaget sambil bilang:

“Hah masak sih pak? Sejak kapan? Saya kerja di BRI kok gak pernah tahu?”

Berhubung Polisinya pas SMA nggak pernah ikut ekstra kurikuler teater, mukanya udah gak bisa bohong lagi. Kaget dengan jawaban saya. Si Polisi langsung ngacir menghadap komandannya, laporan. Polisi tersebut tak pernah kembali lagi, dia mengirim Polisi lain yang meminta kami untuk segera pergi. “Kami bantu Ibu malam ini.” Bantu dari langit? Wong kita mau ngasih tambahan kas ke negara kok malah disuruh pulang.

Bukan sekali ini saja Polisi tak tegas dalam menindak kesalahan. Beberapa waktu lalu di jalan tol, pengemudi kami dihentikan dan diomeli. Setelah diomelin, pengemudi kami mengucapkan kata sakti: “Ambon Demak”. Pak Polisi pun tambah marah karena dia sudah terlanjur ngomel-ngomel, malu hati rupanya karena mencari-cari kesalahan. Saya tak melewatkan kesempatan untuk mengorek kode-kode, ternyata ada kode ajaib macam Ambon Demak, Ambon Lombok hingga Ambon Umar untuk ‘menyelamatkan diri dari tilang’. Tak cuma kata-kata sakti, pengemudi di kantor lama saya  juga menggunakan kode dengan klakson dan lampu supaya tidak dihentikan oleh Polisi.

Mengapa Polisi gak berdaya? Menurut saya karena Polisinya gak jujur (gak semua lho ya), mengada-ada bikin aturan sendiri menghapuskan slip biru. Coba kalau dia langsung kasih slip biru kan kas negara langsung bertambah. Tapi masyarakat kita juga banyak yang menolak menjadi disiplin karena punya kekuasaan. Kalau nggak, mana kode-kode itu. Polisi, yang punya keluarga dan anak untuk dikasih makan juga pada ketakutan kali kalau ‘bermasalah’ dengan pemegang kuasa. Bisa-bisa karir terhambat, dimutasi ke tempat yang ‘tak bahasa’ dan takut lainnya. Makanya, mereka pun menciptakan kode-kode khusus biar sama-sama tak dapat masalah.

Gak cuma masyarakat yang nggak disiplin, Polisi sekali lagi nggak semua lho ya, juga banyak yang tak disiplin. Hampir setiap hari saya melewati jembatan Semanggi untuk menuju kantor. Uniknya, hampir setiap hari juga saya bertemu Polisi yang melanggar aturan. Pemandangan Polisi, baik dengan kendaraan dinas maupun scooter maticnya, melintas di jalur cepat Sudirman menjadi hal yang biasa. Padahal, hampir setiap sore saya amati, polisi menilang sepeda motor yang nekat melintas di Sudirman. Jangan heran kalau peraturan lalu lintas di Indonesia belum bisa ditegakkan. Wong yang menegakkan saja belum bisa disiplin.

image

Saya jadi berpikir, sebenarnya di Indonesia, siapa sih yang berhak menghukum Polisi? Bisa nggak masyarakat melaporkan ? Terus kalau ngelapor bakalan ditindaklanjuti gitu ? Ah entahlah, saya bisanya cuma ngambil foto sama nyindir-nyindir aja.

Selamat berakhir pekan dan semoga weekend ini tak ada yang kena tilang!

xx
Tjetje
Gak pernah kerja di BRI
Advertisement

Kopaja Raja Jakarta

Orang bilang Jakarta itu kota yang keras, dipenuhi orang sombong* & kurang berperikemanusiaan.  Siapapun yang mengatakan itu, tentunya belum pernah menginjakkan kaki di atas Kopaja, kendaraan umum berwarna hijau yang kondisinya  mirip kapal titanic yang baru diangkat dari laut, karatan semua. Selain penuh karat, Sebagian besar Kopaja juga berfungsi sebagai sauna, karena tidak dilengkapi dengan AC. Kendati buruk rupa, Kopaja bagi saya justru menyimpan sarat cerita tentang kebaikan manusia Jakarta pengemudi serta kerendahan hati mereka.

Kopaja

Photo: tempo.co

Koperasi Angkutan Jakarta, adalah kendaraan umum berbiaya murah, 3000 rupiah saja. Biar murah, kecepatannya lebih cepat dari TransJakarta; gimana tak cepat kalau seluruh kendaraan takut tersenggol Kopaja. Kopaja tidak pernah berjalan lurus dan lebih sering menari-nari seperti ular naga. Walaupun buruk, kampas rem serta oli Kopaja terjaga dengan baik, karena Kopaja hanya boleh di rem ketika jaraknya sudah dekat dengan kendaraan di depan. Cuma mereka yang professional yang bisa melakukan ini kan? Tak cuma profesional, abang Kopaja juga jago menyetir sembari memegang rokok di dekat mesin dan kadang-kadang memegang gelas berisikan kopi. Entah gimana caranya, pokoknya Kopajanya gak boleh kebakaran kayak TransJakarta.

Saking seringnya mereka menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan, serta menyetir secara ugal-ugalan, supir Kopaja sering ditilang Polisi. Makanya, pengemudi Kopaja suka galak kalau ada penumpang yang minta turun sembarangan atau jika penumpang lelet turunnya. Polisi di Indonesia suka menganggap Kopaja berhenti terlalu lama dan menilang mereka. Akibatnya penumpang dipaksa cepat-cepat turun. Aneh. Segalak-galaknya, mereka ini penuh dengan kemanusiaan lho, kemanusiaan pada pengamen karena jika pengamen mulai naik untuk mengais rejeki, musik atau bahkan TV akan dimatikan. Iya ada satu Kopaja nomor 19 yang dilengkapi dengan TV dan kursi empuk.

Selain berbaik hati pada pengamen, Kopaja juga punya kebijakan yang harus ditiru oleh semua moda transportasi. Kebijakan diskon buat wong cilik. Ada banyak wong cilik yang naik Kopaja, tapi yang selalu mendapatkan diskon adalah joki three-in-one**. Joki three-in-one, yang seringkali ibu-ibu dengan anak kecil didekapannya, boleh membayar 2000 rupiah saja. Dulu, saat harga Kopaja hanya 2000, mereka mendapatkan diskon 50%.

Penumpang Kopaja juga perlu memiliki trik-trik khusus. Pemilihan kursi yang tepat pada hari yang tepat, akan menentukan kualitas perjalanan. Duduk di kursi yang berdekatan dengan jendela, saat hari tidak hujan sangat dianjurkan. Mengapa? Karena jika duduk di lorong, dipastikan hanya separo pantat yang akan duduk. Selain duduk ‘separo’, duduk di lorong lebih mudah didesaki penumpang yang berdiri. Tak cuma itu, pria-pria yang naik kopaja hobi banget memikul ranselnya di depan tubuh, lalu tanpa sadar, atau sadar tapi gak peduli, menghalangi visibilitas penumpang yang duduk dengan ranselnya. Halah apa coba ini bahasanya.Nggak Cuma pria lho, perempuan dengan tas besar juga suka seenaknya menabrak-nabrakkan tasnya ke kepala atau tangan orang yang duduk. Bayarnya  murah, kagak boleh cerewet kale….Jika hari hujan, penumpang biasanya ogah duduk di dekat jendela karena kebocoran Kopaja mengalahkan kebocoran anggaran. Duduk di lorong pun seringkali beresiko menjadi basah.

Sebagai kendaraan umum yang penuh manusia, Kopaja juga jadi ajang pencopetan. Seorang teman (dan seluruh penumpang Kopaja) pernah mendapatkan peringatan dari pengemudi ketika sang pengemudi melihat segerombolan pencopet yang bersiap naik. Sayangnya, tak semua pengemudi melakukan hal tersebut, mungkin juga mereka tak selalu hapal muka sang pencopet.

Kopaja di Jakarta sudah mulai berbenah dengan menyediakan armada yang lebih ‘sehat’ yang dilengkapi dengan AC dan harganya hanya lima ribu rupiah. Makasih Jokowi-Ahok.  Saya pribadi lebih suka si Kopaja berkarat, karena cuma Kopaja yang mampu merajai jalanan di Jakarta dan membuat perjalanan penuh sensasi bak naik roller coaster di Dufan.

Konon, jika turun dari Kopaja dengan kaki kanan, kita akan jatuh. Ada yang pernah coba nggak ?

 

xx,
Tjetje 

 

* Manusia sombong karena kalau ke daerah suka menggunakan kata lu-gue. Lha padahal di Jakarta ini bahasanya lu gue, masak 
harus pakai inyong, dalem, kulo. Nggak cocok kan?

** joki three-in-one jasa duduk di kendaraan untuk melewati 
jalan-jalan utama Jakarta pada jam-jam tertentu. Peraturan 
mewajibkan kendaraan pribadi diisi oleh tiga orang atau lebih.Ongkos joki berkisar 15rb – 20 rb.

Sampah Plastik

Saya sering nyinyir, menyindir orang Indonesia dan perilakunya dengan sampah. Ngakunya sih orang beriman dan kebersihan adalah bagian dari iman. Tapi, membuang sampah di tempat sampah, entah mengapa tak pernah dianggap sebagai bentuk keimanan. Bagi banyak orang, menyimpan sampah di dalam kantong atau tas, sambil menunggu bertemu tempat sampah, hukumnya tak wajib. Sementara buang sampah di trotoar, kendaraan umum (dari kopaja hingga pesawat) dianggap sebagai hal yang tak memalukan.

Kesadaran membuang sampah saja tak ada, apalagi kesadaran untuk memisahkan sampah. Di Irlandia, wajib hukumnya memisahkan sampah menjadi tiga bagian; general waste alias sampah sisa-sisa makanan masuk ke wheelie bin hitam, daur ulang masuk ke tempat sampah hijau, serta sampah yang bisa diolah menjadi kompos dimasukkan ke tempat sampah coklat. Sama seperti di Indonesia, buang sampah juga gak gratis. Kalau iuran sampah di Indonesia bulanan, di Irlandia bayar sampah itu per tempat sampah, satu tempat sampah 11 Euro saja; tapi khusus untuk daur ulang gratis. Makanya kalau makan harus diabisin, bayar sampahnya mahal bow.

Bicara tentang sampah tak bisa lepas dari tas plastik, alias kresek. Tas plastik ini adalah mimpi buruk dunia persampahan kita. Cobalah lewat tempat pembuangan sampah, dalam gunungan sampah itu pasti banyak ditemukan tas plastik. Kresek-kresek itu juga sering berakhir di pulau-pulau cantik di Utara Jakarta, membuat kepulauan Seribu jadi jorok. Tak hanya itu, penyu, singa laut, serta lumba-lumba juga sering mati karena mengira plastik sebagai makanan.

turtle-wbags-03

Illustration courtesy of Maria of http://www.flyingclouddesign.com/ and used with permission

Kantong plastik di Irlandia tak diberikan gratis, harus bayar, 30 hingga 80 sen (Rp. 4500 – Rp. 12000), tergantung tokonya. Tak heran kalau banyak orang yang jalan-jalan sambil bawa tissue toilet ataupun sekantong roti tawar, tanpa kresek. Sementara, di supermarket-supermarket besar, banyak orang yang dengan cueknya memindahkan satu-persatu belanjaannya dari trolley ke dalam bagasi mobilnya.

Pemandangan yang tak normal bagi orang Indonesia, karena yang normal di negeri kita adalah bungkusan plastik berisi kantong belanjaan. Saking tergantungnya kita sama kantong plastik, sering kali pembeli meminta ekstra plastik dengan berbagai alasan. Yang paling sering saya denger sih takut jebol karena plastik yang super tipis. Tapi ada juga yang nggak malu-malu minta untuk buang sampah. Padahal, kantong hitam khusus sampah juga dijual, dasar ogah rugi.

Beberapa hari yang lalu, saya berbelanja ke sebuah swalayan kecil. Hanya empat barang yang saya beli dan bisa dibawa dengan tangan. Jadi, saya menolak plastik. Mbak kasir yang melihat belanjaan saya berulang kali menawarkan plastik, tapi tetap saya tolak & si mbak pun tertegun. Buat saya nyimpen plastik kresek itu riweh, makan tempat, sementara kamar saya sudah penuh dengan tas-tas kain untuk ngangkut belanjaan (hasil dari workshop ini itu). Bukan berarti saya puasa dari plastik, hari gini konsumsi plastik itu tak terhindarkan. Tapi rasanya wajib hukumnya bagi kita untuk mengurangi konsumsi plastik, semampu kita.

Selain mengurangi kresek, saya juga hobi mengempeskan botol air kemasan, supaya hemat ruang di tempat sampah.  Hemat ruang, hemat plastik buat bungkus sampahnya kan? Saya juga punya kebiasaan melipat sampah kertas, ataupun plastik pembungkus menjadi seperti ini:

image

Eyang Putri saya yang membiasakan. Setelah dilipat, dimasukkan ke dalam tas. Tak heran kalau tas saya, mirip tas Eyang Putri saya, banyak banget sampahnya. Gak papalah tas saya jorok, yang penting bukan lingkungan sekitar yang jorok.

Gimana caramu mengurangi sampah plastik?

Restaurant di Indonesia vs Restaurant di Irlandia

Waktu berangkat ke Irlandia, saya nggak ngecek berapa rupiahkah 1 euro itu. Jujur saja otak masih mikir 13 ribuan lah ya. Jadinya kalau makan-makan di luar (dan kami selalu makan di luar) suka cuek aja gesek-gesek ATM dan gantian bayar sama Mas G. Tiba-tiba pas cek rekening saya kaget karena 1 Euro itu ternyata udah melonjak hampir 17 ribu, ya ampun kemana aja selama ini?! Setelah itu otak sibuk menghitung dan ternyata satu kali makan di Irlandia itu bisa mencapai 225 ribu, langsung ketawa nyengir pakai berdarah.

Makanan di Irlandia memang sedikit lebih mahal daripada di Jakarta, tapi ada banyak hal yang saya suka kalau makan di restaurant di Irlandia. Yang paling utama sih karena air putih itu gratis udah gratis dikasih es dikasih potongan lemon lagi. Gratis ini dimana-mana lho, dari restaurant Perancis yang super keren, Hotel bintang lima macam Westin, sampai tempat sarapan self-service murah meriah. Bandingkan sama restauran di Indonesia boro-boro kasih air putih gratis, yang ada mereka “merampok pelanggan” dengan menjual air kemasan dengan harga berpuluh kali lipat dari harga wajar. Rekor saya bayar air paling mahal di Jakarta adalah 90 ribu rupiah saja untuk air dalam kemasan sebanyak 330 ml dan ini bukan air kemasan dalam botol kaca dari Eropa ya. Ini air lokal.

Di Indonesia kalau makan di restaurant itu pasti makanannya dicicil. Entah mengapa para chef di Indonesia itu nggak bisa mengeluarkan semua makanan pada saat yang bersamaan. Kayaknya mereka nggak suka kalau ngelihat orang Indonesia makan bebarengan. Pokoknya harus dicicil dan suka-suka ati mereka yang di dapur, kalau perlu meja sebelah yang pesennya belakangan pun makanannya bisa datang lebih dulu. Anehnya lagi banyak restauran di Indonesia yang nggak paham mana makanan pembuka mana makanan utama, sering kali makanan pembuka datang belakangan. Btw, saya pernah sering mengalami kejadian di Warung Pepenero, dimana semua orang sudah makan, bahkan sudah hampir habis, tapi satu orang di antara kami belum dapat makanan. Hela napas panjang.

Setelah makanan di keluarkan, pelayan biasanya datang kembali ke meja kita dan menanyakan apakah semuanya baik-baik saja? Biasanya dalam satu area ada satu pelayan yang melayani dan pelayan ini akan sibuk mengitari area makan untuk mengecek. Di Indonesia, cuma segelintir restauran yang menanyakan hal serupa. Kebanyakan dari mereka malah pura-pura nggak lihat atau sibuk dengan meja yang lain (atau emang beneran sibuk). Di Indonesia juga tak ada sistem  yang jelas tentang pelayan mana yang berurusan dengan meja kita. Kalau kata Abang Mikel, di Indonesia itu ribet, pesen bir aja bisa dilayani enam orang yang berbeda; satu orang catat orderan, satu orang isi gelas bir, satu antar bir, satu orang antar tagihan, satu orang ambil uang pembayaran dan satu orang lain anterin kembalian.

Anyway, Harga makanan di restaurant-restauran di Irlandia relatif sama, kurang lebih berkisar antara 10 – 13 Euro untuk makanan utama, sementara kalau dinner di restaurant yang agak bagus, bisa mencapai 20 Euro. Harga ini emang terkesan mahal tapi porsinya gede banget, bisa buat makan bapak, ibu dan anak. Sekali makan ayam yang disajikan per orang sekitar setengah kilo, belum termasuk kentangnya, seperempat kilo sendiri, sementara sayurnya cuma seiprit. Herannya habis makan saya masih bisa berdiri dan masih bisa jalan beberapa kilometer ke tram.

Saking gedenya porsi makanan di Irlandia, saya sampai kehilangan minat mengemil. Saya juga seringkali nggak minat beli makanan penutup karena udah kadung kekenyangan. Kalaupun pengen makan dessert, saya biasanya  pergi minum teh (yang dimana-mana harganya sama; 2 – 2.5 Euro) dan makan cake, satu potong cake dijual dengan harga 4 – 5 Euroan. Kalau dirupiahkan emang jauh lebih mahal dari cake di Indonesia, tapi yang jelas cake di Irlandia nggak semanis cake di Indonesia. Jadi nggak merasa berdosa lah ya!

Berapa harga pelayanan ciamik ini? Jangan cemas saudara-saudara kalau di Irlandia gak ada namanya biaya terselubung macam service charge yang nggak jelas aturan dan persentasinya (berkisar 5 – 11 %, tergantung restaurantnya), apalagi PPN 10%. Apa yang ditulis itu yang dibayarkan, service charge hanya dikenakan jika datang dalam kelompok besar di atas enam atau delapan orang. Tipping di Irlandia, sama dengan di Indonesia, bukanlah hal yang wajib diberikan. Kalau punya uang kecil silahkan tipping, kalau gak punya ya nggak usah maksa. Urusan pembayaran kalau gesek pun simple, pelayan akan membawa mesin EDC ke meja dan pelanggan pun bisa langsung memasukkan PIN. Nggak perlu repot-repot ke meja kasir kayak di Indonesia!

Kendati Irlandia lebih unggul dalam pelayanan, porsi, dan juga ‘unggul’ dalam hal harga saya masih tetep suka restaurant di Indonesia. Selain karena banyak kejutan yang bikin hidup lebih menarik, tentunya karena harganya lebih murah dengan porsi yang lebih bersahabat. Restaurant favorit saya di Jakarta adalah restaurant Turki bernama Turkuaz di daerah Gunawarman Jakarta Selatan; kalau untuk makanan Indonesia favorit saya Beautika yang menyajikan aneka macam makanan pedas khas Manado.

Apa restaurant favoritmu?

Ramadan in Indonesia

This year, Ramadan-the holy month for Moslem- falls from July to August. For many Moslem, this is the best time to get closer to God. While for beggars, this is the best time for their business. Ramadan in Indonesia are very different than other part of the world, here are the interesting things about Ramadan in Indonesia

1. Traffic

Well, it is not unique, but traffic during Ramadan is dantesque. Working hours in Indonesia are normally cut to seven hours per day because people do not go out for lunch.  During Ramadan, people  leave the office as early as possible to enjoy iftar with the family. This mean, cars are on the road at the same time, heading to the same direction, housing areas outside Jakarta.

2. Early call

People, often children, walk around the neighborhood to wake people up so that they could have their early meals. They will bring any single thing that make noise and wake everyone.  One could also use the voice and screaming on the street to wake people up. This can be useful if those who are observing Ramadan are finding it difficult to wake up early, but for those who have sleeping problem, this can be a big issue.

3. The THR

According the labour law, employers in Indonesia are oblige to give THR, Tunjangan Hari Raya (the holiday allowance) to its staff. The amount is equivalent to one month salary. If employers fail to do so, they will face prosecution. Theoretically, THR is only between employer and employee, but in reality, everyone has to give THR to other people. Here are my THR list this year:

  • A group of security guards in the area; I do not know these people.
  • A group of young people from the Mosque; same as above, I do not know these people.
  • Staff in the kost, who are hired by the landowner; and I am the tenant!
  • My aunt’s helper; she talked to me in sign language (she’s deaf) indicating she wants money. Beside her, my mom’s helper is also on the list as well. She would expect something from me.
  • Contribution box distributed for security and policemen (who are paid by the taxpayer money) in my office.
  • Ketua RT & Ketua RW (the leader in the community) through their assistant.

The spirit of THR is good, to share the fortune with other. But I feel that people are starting to abuse it by begging and forcing other to give. Anyway, look at this official letter from a forum in Jakarta, requesting money:

betawi rempong

Found in social media

4. The beggars

Ever wonder why jalan Pondok Indah or jalan Fatmawati is flooded by beggars? They are pengemis gerobak, the temporary beggars who live in wooden cart during Ramadan. For a month, they will stay in Jakarta, living with their kids on the street and begging for money. They do this simply because the Jakartans are well-known for their generosity. Thanks to that, some kids are now playing around the street until late and missing their classes.

alms

5. Eating in public is punishable?

Everyone should respect people who are observing Ramadan. Gus Dur was the only person who said the other way.  I’ve been so lucky that I’ve never sent on missions to Aceh during Ramadan. However, I lost my lucky charm when I was assigned to Banjarmasin early this July. The city regulates that restaurants, including the one in the hotel must be closed during puasa (from dawn to dusk). I even tried to find restaurant that open in the pecinan (chinatown) but nothing, everyone in Banjarmasin are not allowed to eat during Ramadan. However, in Jakarta, people can eat at anytime. Some restaurant will also give discount during lunch time; and of course the restaurant’s windows will be covered by curtain to protect those who are fasting.

6. Crowded Restaurant

Ramadan brings old friends back to catch up (and gossiping) over dinner, this tradition known as buka bersama. People start to have this dinner together in the second to the last week of Ramadan. Malls are usually crowded, while mosque started to be less attractive. Restaurants are usually fully booked, some even refused reservation and oblige its patrons to walk-in. Smart Indonesian will start to come at 4.30 pm, an hour and a half before the time to break the fast. If you happen to have a craving for something, please make sure it is earlier than 4.30 pm!

Ramadan in Indonesia is indeed different from other part of the world, but the spirit of Ramadan remains the same, to observe the religion’s duties and to be closer with family and friends. So Ramadan Mubarak everyone, I hope you are having a good one!

 

Cara Gila Pesen Kopi di Starbucks

Gara-gara lihat postingan tentang nama di gelas, ditambah pacar yang suka ngaco ngasih nama kalau pesen di Starbucks, saya terinspirasi melakukan kegilaan juga. Nggak gila banget sih, tapi agak iseng. Jadi saya pergi ke Starbucks dan pesen Mocha Frapuccino. Kali ini, pas ditanya nama, nama saya jadi:

image

Seperti biasa, pas udah selesai bikin order, Baristanya teriak dong, panggil nama. MOCHA FRAPUCCINO ATAS NAMA (pause sejenak, turunkan suara),  Ms Awesome! Mbak Barista tersenyum, saya pun tersenyum atas kegilaan ini.  Next time, I’ll be miss sexy.

Hayo siapa yang berani melakukan hal serupa?

Mangga Dua: Surganya Perlengkapan Musim Dingin

Sebagai orang tropis, pergi ke negeri dingin adalah sebuah perang besar, perang melawan kedinginan. Biar siap menghadapi perang ini, saya, yang orang tropis, berburu peralatan musim dingin di Jakarta. Ternyata mencari barang-barang tebal tersebut tidak terlalu susah & murah (asal belinya nggak di laxmi winter shop, ini toko sumpah mahal banget, ngalah-ngalahin toko-toko di Irlandia).

Barang-barang yang diperlukan antara lain:

  1. Sepatu boots biar kaki tetep hangat – tapi saya gak dapat satupun karena betis saya aduhai besarnya, sementara size kaki 35—36. Btw, kalau beli boots, usahakan satu nomor lebih besar karena kaos kaki thermal cukup tebal.
  2. Long John/ thermal underwear: ini dalaman ajaib yang bisa bikin badan gak kedinginan. Bentuknya celana & atasan, ada yang atasan lengan panjang, pendek bahkan berbentuk kamisol.
  3. Kaos kaki termal : kaos kaki super tebal yang super hangat & beda dengan kaos kaki biasa.
  4. Sarung tangan & syal untuk menyelamatkan daerah leher dan tangan.
  5. Ear muff: ini penutup telinga, super berguna kalau negaranya banyak angin macam Irlandia.
  6. Topi: untuk menyelamatkan diri dari angin. Lupa pakai topi adalah bencana, apalagi buat yang rambutnya keriting macam saya. Mendadak rambut jadi seperti John banting:

Saya berburu barang di beberapa tempat yaitu: Mangga Dua, Pasar Baju Bekas Senen & Mark and Spencer. Untuk M&S gak perlu di review lah ya.

Toko Djohan, Mangga Dua

Toko Djohan ini jagoannya jualan baju musim dingin. Lokasinya di Pasar Pagi Mangga Dua lantai 2, blok B no. 47-48. Mereka menerima order online juga, tapi gak puas rasanya kalau gak datang sendiri & megang-megang. Tokonya kecil & dipenuhi orang Indonesia yang hendak jalan-jalan ke negeri dingin. Dagangannya juga lengkap, dari head to toe.

Dalaman thermal dibandrol dengan harga 80.000 90.000 (harga per 2013). Untuk memilih yang tepat, cukup informasikan ke shop attendantnya berapa derajat dinginnya suhu negara yang akan kita kunjungi. Pilihan warnanya aneka rupa dari merah, coklat, hitam, hingga pink. Sayangnya mereka hanya punya dalaman lengan panjang.

Kaos kaki thermal dibandrol dengan harga 50k, tapi barusan saya cek lagi websitenya harganya turun jadi 40.000. Saya sempat beli di M&S seharga 130.000 untuk 2 pasang. Cukup hangat dan warnanya pun lebih beraneka rupa. Tapi tetap lebih hangat yang dari toko Djohan, walaupun cuma satu macam.

Perlu dicatat kalau beli ear muff jangan tergoda dengan harga murah ya, coba dulu nyaman atau nggak. Saya beli yang 30ribu rupiah dan bentuknya seperti bando. Mantap nempelnya di kepala. Toko ini juga jualan sepatu boots murah, lebih murah dari harga boots kulit di Ambassador (Toko boots Marco Donati; ITC Kuningan lantai II block B1 18-19 phone: 57934705).

Pasar Baju Bekas Senen

Buat yang gak gengsi belanja barang bekas, mendingan belajar buang gengsi, pasang masker (karena baunya yang aduhai) dan mulai berburu barang bagus dan murah. Kalau beruntung, ketika belanja di sini bisa ketemu dengan artis-artis papan atas Jakarta yang rupanya hobi belanja di Pasar Senen.

Ada dua sisi yang saya kunjungi, sisi yang agak mahal masuknya naik escalator yang nempel langsung dengan trotoar. Sementara area yang agak murah gedungnya berada di dekat pasar pagi kue basah.

Di area yang murah, terdapat satu toko (lantai dua dekat eskalator rusak) yang specialisasinya jualan syal dan scarf. Sebuah syal wools dihargai 10 ribu rupiah saja. Untuk material berbahan wool ini termasuk barang murah.  Mereka sukses hilang karena saya gak terlalu suka makai syal, rasanya seperti tercekik. Jadi, syal ini sering  saya lepas dan jadinya lepas beneran deh dari genggaman.

Selain syal, saya dapat 3 buah jaket, harganya pun tak mencekik, hanya sekitar 50.000 – 75.000. Dari tiga buah jaket itu, ternyata hanya satu yang lolos menjadi winter jaket (jaket bulu angsa), yang dua summer jacket. Ya harap maklum, anak tropis pengetahuan soal musim dingin belum mumpuni.

Barang terakhir yang saya dapatkan adalah dua pasang sarung tangan yang ternyata sangat hangat, harganya 25-30ribu rupiah saja. Dan karena barang-barang bekas ini dari Asia, ukurannya lebih bersahabat dengan tangan Asia.

Saya tidak terlalu banyak berbelanja di Indonesia supaya bisa belanja di Irlandia *alesan….*. Dan tentunya, harga barang di Indonesia jauh lebih murah ketimbang Irlandia. Untuk underwear thermal, bisa dibandrol hingga 2-3 kali lipat, kehangatannya pun berbeda. Jadi, kalau mau pergi lebih baik beli di negeri sendiri. Plus gak perlu ribut liburan nyari-nyari baju.

Premium, Mall Ambassador

Terletak persis di lantai dua, berseberangan dengan toko buku Trimedia, FO ini menjual barang-barang made in Indonesia dengan merek luar. Saya menemukan banyak sweater bahkan jaket bulu angsa disini. Harga satu sweater bahkan ada yang hanya di kisaran 100.000 rupiah saja. Kualitasnya bagus dan pilihannya banyak, walaupun ukurannya kecil sangat terbatas.

UNIQLO

UNIQLO juga bisa jadi alternatif tempat membeli pakaian musim dingin. Saya kemarin mendapat  thermal underwear uniqlo, bahannya tipis tapi hangat. Ada banyak alternatif pula, mau yang tak terlalu hangat, hingga yang super hangat untuk negeri super dingin.

Nggak seperti long john di Toko Djohan, dalaman di Uniqlo pinggirannya seperti kaos biasa dan tak berenda. Warna dan modelnya pun aneka rupa. Harga tentunya lebih mahal dari toko Djohan. Harga atasan lengan panjang ketika sudah di sale sekitar 149.000.

Yang mau winter ke luar negeri, bagi informasi dong dimana belanjanya?

Perhatian, yang mau dagangan jangan spamming disini ya.