Perkawinan Sesama Jenis di Irlandia

Salah satu topik yang juga disarankan untuk ditulis di dalam blog ini adalah tentang legalisasi perkawinan sesama jenis kelamin di Irlandia, terimakasih banyak Adie atas ide tulisannya.Β 

Lebih dari 60% pemilih pada bulan Mei lalu menyatakan persetujuannya terhadap perkawinan sesama jenis, melalui referendum. Irlandia kemudian menjadi negara pertama yang melegalkan perkawinan sesama jenis melalui referendum. Dan semua mata pun memandang negeri kecil yang penduduknya hanya 4.5 juta dengan penuh keheranan.

Wajar jika banyak orang menoleh keheranan terhadap hasil referendum yang menarik ini, mengingat 84.2% warga negara Irlandia adalah pemeluk Katolik Roma. Orang-orang Irlandia dikenal sebagai pemeluk Katolik yang cukup kuat. Apalagi jika berkaca pada sejarah ketika Henry VIII membuat Anglican supaya bisa menceraikan istrinya Catherine of Aragon. Saat itu, Irlandia mati-matian mempertahankan agamanya. Selain itu, sekolah-sekolah di Irlandia juga banyak dikelola oleh gereja, sehingga pengaruh gereja Katolik terhadap masyarakat Irlandia bisa dibilang cukup kuat. Sama seperti agama lainnya, Katolik juga menolak perkawinan gay.

Lalu bagaimana bisa orang-orang yang sangat Katolik ini menerima perkawinan sesama jenis? Ada yang mengatakan bahwa keberhasilan penggantian konstitusi untuk memperbolehkan perkawinan antara homoseksual serta lesbian ini merupakan tanda-tanda bahwa pengaruh Katolik dan Gereja telah memudar. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya ini merupakan tanda keberhasilan Katolik mengajarkan cinta kasih terhadap sesama manusia, termasuk gay dan lesbian. Tingginya angka persetujuan menunjukkan tingginya kesetaraan, pemahaman hak asasi manusia serta cinta kasih kepada manusia lainnya, tanpa diskriminasi terhadap orientasi seksual.

Defisini perkawinan sendiri di Irlandia berbeda dengan definisi perkawinan di Indonesia. Di Indonesia perkawinan dianggap legal ketika sudah sah menurut agama. Sementara di Irlandia ada dua macam pencatatan perkawinan, agama dan sipil, ataupun secara sipil saja. Dengan persetujuan ini maka seluruh pasangan gay dan lesbian bisa mencatatkan perkawinan secara sipil dan menerima hak serta kewajiban yang sama dengan warga pasangan heteroseksual. Perkawinan gay pertama di Irlandia kemungkinan besar baru akan terjadi pada saat musim gugur, karena perubahan ini tak bisa terjadi instan. Ada proses administratif yang nampaknya cukup panjang. Walaupun secara hukum perkawinan ini masih agak lama, Tourism Ireland langsung mengeluarkan video yang menargetkan pasangan gay untuk kawin di Irlandia. Video ini dikeluarkan tak lama setelah pengumuman hasil referendum.

Situasi di Irlandia tentunya sudah tidak seperti dahulu lagi, sekarang saya melihat pasangan gay lebih terbuka, terutama di tempat-tempat umum. Di taman misalnya, pasangan gay tak malu-malu lagi untuk bermesraan dan bergandengan tangan menyusuri sisi-sisi Dublin. Di media masa, juga mulai ada pengumuman pertunangan antara pasangan-pasangan gay. Gay parade yang berlangsung hari Sabtu minggu lalu menjadi ajang perayaan besar-besaran, terbesar dalam sejarah Irlandia, terhadap perubahan ini. Sayangnya saya melewatkan gay parade tersebut karena harus kembali ke tanah air.

Perkawinan sejenis ini tentunya mendapat tentangan dari banyak pihak, terutama mereka yang konvensional. Alasannya agama, karena homoseksual dilarang oleh agama, semua agama, dan menjadi homoseksual itu berdosa. Alasan agama ini tentu saja tak akan pernah ketemu dengan konsep layanan antara negara sebagai penyandang kewajiban untuk memberikan pelayanan dan warga negara sebagai penyandang hak, termasuk hak perkawinan.

Banyak orang yang juga berargumen bahwa perkawinan gay tidaklah diperlukan. Saya pribadi melihat sungguhlah tidak adil jika pasangan heteroseksual bisa mencatatkan perkawinannya sementara pasangan gay tidak bisa. Padahal, dua-duanya sama-sama membayar pajak dan idealnya mendapatkan layanan dan juga privilege yang sama dari negara. Perkawinan gay itu penting untuk banyak hal, termasuk hak untuk membuat keputusan ketika salah satu pihak sakit, urusan warisan ketika salah satu pihak meninggal dua, adopsi anak, pembelian property, pemotongan pajak karena kawin (di Irlandia ada potongan pajak sebesar 3,300 euro per tahun bagi yang sudah kawin) serta urusan administrasi yang antara warga negara dan negara.

Gay marriage juga sering seringkali dituduh merusak tatanan keluarga tradisional, dimana anak-anak sewajarnya dibesarkan oleh bapak dan ibu, bukan ibu dan ibu, ataupun bapak dan bapak. Ada ketakutan bahwa mereka yang dibesarkan oleh pasangan gay & lesbian, kehilangan figur bapak ataupun ibu, kemudian tidak bisa tumbuh menjadi individu yang sempurna. Sepertinya ada ketakutan anak-anak ini akan tumbuh menjadi gay ataupun lesbian, seakan-akan menjadi gay ataupun lesbian itu bisa diwariskan, diajarkan atau lebih parahnya ditularkan. Padahal gay bukanlah penyakit, tidak menular dan bukan kelainan jiwa.

suasana perayaan gay marriage

Suasana perayaan di Dublin Caste. Photograph: Clodagh Kilcoyne/Getty Images taken from the Guardian. Click to see the original link

Akan selalu ada pro dan kontra terhadap perkawinan sesama jenis, bagi saya itu wajar, karena kacamatanya berbeda. Satu dari kacamata agama, satu dari kacamata administrasi negara dan hak asasi manusia. Dan debat panjang pun nggak akan pernah usai, baik di negeri ini maupun di negeri lain. Tapi satu hal yang bisa kita akhiri adalah perilaku homophobic kita, penghakiman-penghakiman serta perilaku diskriminatif kita terhadap mereka. Konon katanya kita ini berbudi luhur, tapi kenapa kita sering sekali melabeli gay sebagai pendosa berat, hingga lupa bahwa kita sebenarnya juga sama-sama pendosanya. Pendosa yang tak punya hak untuk menunjuk dan menimbang dosa orang lain.

Selamat berakhir pekan!

xx,

Tjetje

Tukang bikin dosa

60 thoughts on “Perkawinan Sesama Jenis di Irlandia

  1. Dosain aku kak, dosain! *lhaaa*

    Setuju sih sama “Padahal gay bukanlah penyakit, tidak menular dan juga kelainan jiwa.” tapi masih banyak yang menganggap itu penyakit.

  2. Akhirnya ada yg tulis tentang ini di feedsku. Aku menimbang mau tulis ini dan reaksi pro kontra tapi ngga ada energi untuk diskusi yang muncul setelahnya.

    Bagus Tje tulisannya, terutama bagian perkawinan sipil dan agama. Perkawinan sipil sebagai layanan pemerintah untuk rakyatnya.

    Aku tinggal di Belanda, negara yang pertama kali melegalkan homo dan lesbian menikah sejak tahun 2002. Sekarang aku pribadi sudah biasa tentang ini walaupun gay hate crime masih ada juga disini.

  3. Ah! exactly my thought Tje, melihat diskusi yang terjadi di socmed/internet akhir2 ini aku mikirnya orang2 terlalu mencampurkan masalah agama dan masalah administrasi/kenegaraan. Aku sih ngga mau omongin dari kacamata agama, panjang nanti.

    Tapi yang pasti aku setuju kalau dari kacamata administrasi dan kenegaraan.. mereka patut dapat hak yang sama. Sayangnya orang seputar aku masih membahasnya dari kacamata Negara aja, jadi aku selama ini diem aja, males debat. Finally tulisanmu ini sepaham sama aku. πŸ™‚

  4. Dari sisi administrasi, kenegaraan dan HAM, tentu mereka juga berhak untuk dapat perlakuan/fasilitas yang sama. Tapi kalo dari sisi agama sih udah jelas ya (jelas menolak maksudnya:D). Dan aku juga milih untuk gak berdebat soal ini karena males buang energinya. Ada yang pro kontra, dan aku termasuk yang kontra karena ngliat dari sisi agama, walopun aku juga bukan homo/lesbian haters. Sikapku sih lebih ke aku percaya manusia diciptakan berpasangan laki2-perempuan, tapi kalo ada homo/lesbian ya udah sih terserah mereka yang jalanin. Urusan itu dosa/gak biar Tuhan yang tentuin. Lagian siapalah aku ini, sesama pembuat dosa juga πŸ˜€

  5. Wahhh Ada yg nulis hehe. Aku masih trauma nulis2 kontroversi haha. Persis kata Mb Yo, ga Ada energy nanggepin Komen (padahal blogku fakir Komen lol). Kemarin aja pas rame di sosmed byk bgt yg anti udah serasa yg punya surga aja, dah males duluan lah kalo sudut pandangnya begitu. Thanks for highlighting it from another view mbak πŸ™‚

  6. Kalau saya, yang penting semua orang bisa hidup dengan damai :hehe :peace. Eh Mbak, saya penasaran deh, kalau fenomena gay itu bukan penyakit, bukan pula kelainan jiwa, lalu fenomena gay ini apa?

    • Numpang komen.
      Gay ini bukan sebuah fenomena, tapi memang sudah sejak ribuan tahun yang lalu (yang tercatat di Quran sejak jaman Nabi Luth, atau penemuan arkeologi pasangan sejenis dari jaman mesir kuno). Mereka ga ada bedanya dengan manusia lain. Hanya saja mereka punya kecenderungan memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. Dan ga cuma gay atau lesbian kok. Ada juga biseksual yang menyukai sejenis dan juga lawan jenis. Dan panseksual yang menyukai orang tanpa memandang jenis kelamin atau gender. Atau mungkin yang lebih aneh adalah aseksual yang tidak tertarik pada siapapun, baik sejenis atau lawan jenis seperti saya ini πŸ™‚

      • Aaah, terima kasih atas penjelasan dan pengakuannya :)). Jadi pada dasarnya kaum gay atau lesbian dan semua macam orientasi seksual ini sebenarnya sama dengan manusia yang dianggap “biasa” yakni heteroseksual ya. Nah sekarang yang membuat penasaran adalah apa yang menyebabkan mereka “berbeda” dari manusia kebanyakan yang suka lawan jenis? Maaf kalau pertanyaannya tidak begitu dituliskan dengan baik dan berpotensi memicu ketersinggungan tapi sekarang saya bingung apa yang membuat mereka berbeda :hehe :peace.

      • Gara, kalau bahasa Balinya, nak mule keto. They were born that way. Kalau untuk transjender, ada penjelasan panjangnya, salah satunya hormon dan kromosom. Ada yang tubuhnya perempuan tetapi kromosomnya pria.

        Ada psikolog yang melakukan riset dengan cara membesarkan dua anak kembar. Dua2nya kalau gak salah inget cowok, tapi salah satu dari mereka dibesarkan sebagai perempuan. Ternyata si anak mengalami pergumulan jiwa luar biasa sampai akhirnya dia bunuh diri. Jadi balik lagi ke paragraph pertama, they were born that way.

        Sebagian orang susah memahami hal tersebut karena kita tak mengalami, makanya tak tahu rasanya menjadi mereka. Yang kita tahu ‘normal’ adalah apa yang kita rasakan. Kebetulan yang kita rasakan ini dirasakan banyak orang dan cuma sedikit orang yang menjadi LGBT. Ya tahu sendiri kalau udah mayoritas vs minoritas, maka minoritas dianggap aneh karena berbeda.

      • Aaah, ternyata demikian.

        Iya juga ya Mbak, saya jadi bertanya-tanya, apa definisi “normal” itu berarti yang dirasakan golongan yang terbanyak? Kalau seandainya memang Tuhan menciptakan kaum mereka, lalu apa dengan serta-merta kelompok yang mayoritas itu bisa menyatakan bahwa kelompok minoritas ini salah? Hm… malah pertanyaannya jadi makin banyak :hehe.

  7. Karena komen mbak Ai di postingan-ku kemarin aku jadi tambah dikit isi-nya biar ga ada yang salah paham soal dukungan-ku tentang pernikahan sesama jenis hehehe.
    Memang cuma soal penamaan tapi aku lebih setuju dgn pernikahan sejenis atau setara (equality marriage) daripada pernikahan homo/gay/lesbian karena itu bisa menghapus mereka-mereka di luar kategori tersebut yang juga penyuka sesama jenis, seperti bi/pan/poly/demi/a-seksual.
    Mungkin di Indonesia belum perlu menuntut nikah beda agama, apalagi sesama jenis, tapi minta untuk memisahkan antara pencatatan sipil dan agama (KUA mencatat secara agama saja) baru nanti bisa terbuka jalan untuk pernikahan beda agama atau sejenis. Tapi itu cuma pendapat-ku aja ya πŸ™‚

    • Ah terimakasih atas masukannya, sekarang aku baru paham. Bener ada kecenderungan untuk melihat gay dan lesbian aja, sisanya terlupakan. Terimakasih banyak ya, abis ini bisa pakai istilah yang tepat biar lebih inclusive.

      Wah kalau UU perkawinan masih lama kayaknya.

  8. Aku setuju 100% banget dengan pesan dari posting ini πŸ™‚ .

    Perdebatan memang tidak akan pernah ada ujungnya karena kacamata yang dipakai berbeda-beda. Mau ngotot sengotot apa pun mah nggak akan bisa mengubah pendapat orang lain kalau orang lainnya masih ngotot juga memakai kacamatanya ya πŸ™‚ . Yang memang bisa diubah adalah perilaku πŸ™‚ .

  9. Sebenernya gw bukan homophobic sih, tapi kadang agak risih juga kalo tiba2 ada cowok cakep ngajak ‘main mata’. Mungkin gw orangnya saklek juga sih sama ajaran agama, tapi menghormati temen atau kenalan yang memilih untuk menjadi gay atau lesbian.

    Eh, yang agak kurang jelas, perbedaan perkawinan yg sah di Indonesia sama Irlandia. Sebenernya sama sih mbak. Mungkin lebih pas, pernikahan di Indonesia dianggap sah klo sudah menikah secara agama, tapi legalnya tetep harus catatan sipil. Soalnya klo udah ijab kabul dan rukunnya terpenuhi, maka pernikahan itu dianggap sah. Tapi, untuk dapat diakui hak-haknya terkait pernikahan tersebut, warga negara baru diakui hak sipil terkait pernikahannya kalau ada bukti nikah dari catatan sipil. Biasanya terkait pengurusan ktp, kk, hak waris, dll. *cmiiw*

    Btw, kayaknya niat banget nulisnya nih hehehe, jadi merasa dihargai banget ngasih idenya. Terima kasih lho :)))

    • Hai Adie, Salam kenal. Saya ikut komen ya. Menurut saya yang Ailsa tulis diatas tentang pemisahan pernikahan sipil dan agama itu beda dengan situasi di Indonesia. Di Indonesia ngga bisa menikah hanya secara sipil atau hanya secara agama. Di Irlandia dan di Belanda tempat tinggal saya, itu bisa.

      Mendaftar pernikahan sipil di register kota/desa tempat tinggal di negara yang memisahkan pernikahan sipil dan agama, kamu ngga akan ditanya udah menikah secara agama atau tidak karena yang penting hanya pernikahan sipil –> negara sekuler. Prakteknya negara tidak mencampuri urusan beragama warganya.

  10. kurasa ini permasalahan yang ngak kunjung ada perselesainya.
    kalau dibilang saya mendukung atau tidak aku jawab aku mendukung.
    diclub di yogya malah ada hari khusus untuk pasangan sesama jenis ini.
    Penasaran ih sama paradenya next time kalau balik kesana n mbak nonton jangan lupa crita crita ya.

  11. Lagi rame Mba Ai, artis-artis yang ikutan parade ini di Amrik. Btw, pas FB lagi ganti foto jadi rainbow itu banyak juga yang komen kalo kita dukung dan ganti foto itu, berarti kita bagian dari mereka juga. Sayangnya masih ada aja yg mikir gitu. Aku pribadi dukung hal ini.

  12. Ail, waktu pertama tinggal di Belanda aku udah bilang ma suami pengen liat gay parade di Amsterdam, sampe sekarang belom terlaksana juga…. Setiap liat di TV beritanya, langsung histeris tuuhh kelewat lagi😁.

  13. Saya cuma ingat pesan orang bijak. Kalo kita berteman dengan orang baik, pasti akan baik juga. Berteman dengan orang jahat, pasti ikutan jadi jahat.
    Saya gak bilang LGBT baik atau jahat.
    Cuma ga setuju kalau LGBT bukan penyakit dan tidak menular atau ditularkan.
    Anggap saja kita sebagai orang dewasa mungkin tidak akan terpengaruh dan tidak tertular.
    Tapi bagaimana dengan anak yang misalkan diadopsi oleh pasangan LGBT.
    Mereka sedari kecil tertanam di benak mereka atau bahkan ditanamkan kalau perilaku LGBT itu normal. Otomatis, si anak ini kemudian perlahan lahan akan bersikap seperti orang tuanya.

    • Hi Ryan, saya yakin pada saat SD dulu kita sama-sama diajari bahwa penyakit menular itu penyebabnya kalau gak virus ya bakteri. Nah apakah LGBT ada virus atau bakterinya sehingga menular? Sepengetahuan saya tidak ada bakteri ataupun virusnya.

      Lalu, bagaimana dengan masalah kejiwaan atau mental disorder? Asosiasi Psikologi dan bahkan badan kesehatan PBB, WHO tidak mengkategorikannya sebagai penyakit jiwa.

      Sayangnya masih banyak orang tua yang beranggapan ini adalah penyakit dan kemudian ketika memiliki anak yang LGBT, mereka dikirim untuk diterapi ataupun diberikan aneka rupa obat. Buntutnya ya mereka akan mengalami masalah kejiwaan karena stress dan tubuhnya akan rusak karena konsumsi obat-obatan.

      Soal anak-anak, pertanyaan Anda saya balik. Kenapa anak-anak yang dibesarkan pasangan heteroseksual bisa menjadi gay ataupun lesbian? Jawabannya sederhana sekali, mereka memang terlahir seperti itu. Jadi kesimpulan saya, anak-anak yang lahir dalam equality marriage akan tetap menjadi dirinya sendiri karena orientasi seksual itu bawaan orok.

      Saya punya satu contoh menarik, seseorang yang saya kenal cukup baik kawin dengan seorang pria dan selama perkawinan ia berjuang untuk membuat pria ini turn on dengan berbagai macam rayuan. Lha pria ini memang gay, jadi dirayu kayak apa ya gak bangun-bangun.

      Perilaku LGBT itu memang normal kok Mas, tapi karena mereka minoritas, mayoritas masyarakat mengganggap mereka adalah hal yang tidak normal dan mengganggap mereka sebagai bad influence. Ini seperti dunia beberapa puluh tahun lalu ketika melihat orang Africa. Back then, mereka tidak dilihat sebagai orang-orang yang setara dan didiskriminasi. Dunia kemudian berubah dan melihat mereka sebagai manusia yang sama dengan manusia lainnya, apapun warna kulitnya. Ini yang sekarang terjadi, dunia sedang berjalan perlahan menuju arah untuk menjadi less homophobic.

      • Knp anak dr psgn heteroseksual bs mnjd gay/lesbian?

        Bisa jd trauma oleh gay/lesbi yg mlkukan plcehan seksual thdpnya.
        Bisa jd krna pgaulannya, hdup d lgkungn yg meanggap lgbt adlh prlaku yg wajar.
        Bisa jd krn prlaku org tua yg wlpun htroseksual ttp membenarkan prlku lgbt.

        Itulah sebabnya sy blng pergaulan adlh hal yg pling utama. Slama kt msh menganggap klo lgbt bukan perilaku yg menyimpang/salah. Selama itu pula lgbt smkin byk.

        Jd mnrt sy lgbt ini mrupakan pilihan mreka. Mgkin mereka tau ini salah, tp mreka tdk mcoba utk brubah. Toh org tua atau kluarga mreka membenarkan. Jd keinginan mreka utk berubah kalah oleh “nafsu” mereka.

        Sy tegas utk tidak menerima alasan perkawinan pasangan gay. Aplg klo mreka smpai mengadopsi anak.

      • Ini labeling yang selalu dilakukan kepada gay dan lesbian, dimana mereka seringkali dianggap sebagai child molester ataupun pedophilia. Saya sih nggak nyalahin kalau pengetahuan orang terhadap hal ini terbatas, akses informasi kita terhadap hal-hal ini juga sangat terbatas dan sering kali informasi yang diberikan salah. Malah jangan2 kalau kita mau akses informasi yang benar lewat internet, internetnya sudah kadung diblokir sama kemenkominfo.

        Media kita pun gak membanti, media suka ngaco kalau nulis berita. Mereka seringkali menyamakan orientasi seksual dengan gangguan psikologi. Ada baiknya kalau Anda baca referensi-referensi psikologi. Dalam ilmu psikologi, ketiga hal ini berbeda. Child molestor dan Pedophilia itu dianggap sebagai gangguan psikologi, sementara seperti saya bilang di atas, orientasi seksual yang selama ini dianggap oleh masyarakat sebagai penyimpangan itu bukanlah gangguan psikologi. Btw, pedophilia dan child molestation itu bisa diterapi, jadi kalau ke psikologi mereka pasti punya terapi penyembuhan. Ini merupakan penjelasan ilmiah, jadi bukan hipotesis yang belum terbukti keabsahannya.

        Pernah dengar istilah Bahasa Inggris coming out of the closet? Nah LGBT ini banyak sekali yang bersembunyi di dalam closet. Alasannya macam-macam, bisa jadi karena mereka takut didiskriminasi dan karena gay hatred itu mengerikan. Mereka gak hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga dikucilkan oleh keluarga dan society bahkan bisa sampai terancam mati. Pada anak-anak remaja, mereka seringkali di bully di sekolah, akibatnya tingkat bunuh diri pada remaja LGBT juga tinggi. Di Indonesia bullying di sekolah terhadap anak-anak LGBT juga ada, ada penelitian yang pernah dilakukan UNESCO (Badan Khusus PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan dan juga kebudayaan atas hal ini).

        Kalau gay merupakan pilihan, saya yakin orang nggak akan memposisikan dirinya di mana dia terancam kehilangan pekerjaan, keluarga apalagi nyawa. Menjadi LGBT itu bukanlah pilihan. Seperti saya bilang, mereka memang terlahir seperti itu dan gak bisa dirubah.

        Ketika society sudah mulai inclusive dan equal, maka mereka mulai keluar dari closet tersebut. Contoh saya di atas tentang Irlandia, saya gak pernah lihat gay bermesraan di Dublin, sekarang mereka sudah bisa bermesraan karena mereka gak takut lagi terhadap gay hatred, mereka gak takut lagi di diskriminasi dan juga di cemooh. Dulu mereka takut, makanya mereka jarang sekali terlihat di ruang publik, kecuali di ruang-ruang publik yang memungkingkan seperti gay club. Di Indonesia situasinya juga sama, mereka berkumpul di tempat-tempat tertentu saja yang memungkingkan mereka untuk mengekspresikan dirinya. Makanya begitu mereka keluar dari closet, kelihatannya kayak tambah banyak. Padahal selama ini mereka eksis tapi tak terlihat.

        Menjadi gay tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan napsu. Seorang teman saya pernah menceritakan seorang gay yang menjadi muslim taat, bahkan menjadi Imam di Masjid. Tetapi ia memilih untuk tidak memiliki relationship dan menjadi single hingga usia tuanya. Dia menyadari bahwa dia memang suka terhadap pria, dia tak bisa merubah hal tersebut, tetapi dia memilih menahan napsunya. Nah kalau ini namanya pilihan, pilihan untuk selibat. Tetapi dia tidak bisa memilih untuk menyukai perempuan, karena diapa2in dia tidak bisa suka perempuan.

        Saya menghargai pilihan Anda untuk menolak equal marriage. It’s your life, it’s your choice. Dan seperti saya bilang, pro dan kontra terhadap hal ini nggak akan habis. Satu-satunya hal yang bisa dirubah cuma perilaku kita untuk lebih baik dan tidak diskriminatif terhadap manusia lain, apapun orientasi seksualnya (agamanya, disabilitasnya, warna kulitnya, pekerjaannya, dll.). Saya yakin agama apapun tidak mengajarkan kita untuk berbuat jahat terhadap manusia lain. Jadi pesan saya cuma satu, be nice to other people.

      • Loh, sy ga blng mereka jahat. Dr awal sdh sy blng.
        Gini mbak. Anak dr pasangan hteroseksual sj bisa mjdi gay/lesbi. Aplg klo dri pasangan homoseksual, bisa bisa malah smkin menjadi2. Toh semua sdh mdkung. Ya lgkungannya, pemahamannya dll.

        Terkait mslh agama, knp dr td sy tdk memakai dalil agama, soalnya akan bias.
        Skrg kalo mmakai dalil agama, sy cm akan utarakan 1 saja. Karena dlm agama yg sy anut, gay adlh terlarang. Bahkan pelakunya dianggap lebih rendah drpd binatang. Nah, kalau sj pemahaman ini bisa dterapkan oleh kaum gay yg berpikir dan kaum sosialis/liberalis yg berpikir, tentunya mereka lebih memilih taat dengan ajarannya. Lebih cinta dengan penciptanya, dbndingkan dengan org tuanya, bahkan pasangan gay nya.

        O,ya. Sdh baca komentar dan telaah dari prof.dadang hawari gak ttg lgbt? Menurt beliau, anggapan bahwa gen merupakan alasan yg dipakai kaum gay utk merasionalisasi perilaku mereka adalah salah.
        Beritanya bisa dibaca di republika onlen hari ini.

        Terkait mslh bullying. Sy menolak sgala sikap bullying, baik itu kpd kaum lgbt atau dll. Tp menyatakan sikap utk tdk menerima legalisasi perkawinan mereka, itu adlh skap yg lain.

        Dan pdpt sy bsa salah, dan pdpt mba jg bsa salah. Jd sy kira kta ckupkan sekian sja. Sy tdk ingin berdebat terllu dalam. Cm sy gak ingin kalau keponakan atau bahkan anak sy nanti, menjadi gay karena kebebasan yg kebablasan. Akses informasi yg kbykan salah tp begitu terasa benar oleh liberalis pdkung lgbt.

      • Kalo begitu saya ini yang ASEKSUAL ALIAS TIDAK TERTARIK KEPADA LAKI-LAKI DAN JUGA PEREMPUAN itu kira-kira hasil apa ya?
        Dan larangan dalam agama, yang dilarang adalah perilaku seksual mereka, bukan orientasi-nya. Belum pernah dengar tentang pasangan homoseksual yang memilih untuk celibate alias ga berhubungan seks? Atau pasangan yang sama-sama membenci seks tapi saling menyayangi dan memutuskan menikah karena keuntungan2 yang bisa mereka dapatkan setelah menikah?
        Kalau anda menganggap bahwa seksualitas bisa ditularkan atau seseorang bisa berubah seksualitas-nya karena contoh dan lingkungan, kira-kira apa anda bisa tertarik pada laki-laki kalau homoseksual adalah hal yang lumrah? Anda boleh menentang pernikahan sejenis, tapi sikap anda sangat homophobic dan kata-kata anda hanyalah asumsi tanpa ada dasar pengetahuan yang benar.

      • Masa iya ada org yg tidak tertarik pd cwo/cwe. Trus pd apa? Hewan/tumbuhan kah?

        Sy ga mpermasalahkan mreka mw bhubungan seks/gak. Kan pmslhn yg sy utarakan klo mlegalkan pnikahan sjenis. Itu yg sy ga stuju.

        Kalo lelaki/perempuan dewasa yg normal sy kira tdk akan ttrik dgn sejenisnya. Lain halnya anak2 atau remaja yg sikap dan perilakunya yg masih labil. Pemikiran mereka yg blm matang. Tentu mereka sangat rentan dgn hal2 sperti ini.
        Pernah dgar anak2 usia SMP, maaf menyodomi anak SD. Bahkan kbykan pedopilia dulunya pernah dilecehkan scara seksual saat kcil. Trus dilampiaskan ke anak kcil. Anak kcil korban pedofilia kmudian mlkukan plchan lain kpd org lain dgn korban yg lbh kecil.

        Apa yg hrus sy jlaskan kpd kponakan atau bahkan anak sy suatu saat nnti klo mlihat pasangan gay/lesbi bergandengan tangan, pelukan atau bermesraan di depan umum.
        Sy kira ptnyaan ini bisa ditanyakan kepada hati anda yg pling dalam?

      • Sepertinya memang tidak ada gunanya menjelaskan apapun pada orang yang sudah stuck di satu pola pikir tertentu. Semoga saja anda hanya perlu menjelaskan kenapa pria bergandengan tangan dengan pria lain pada keponakan dan anak anda, tanpa perlu menjelaskan pada Tuhan di akhirat nanti kenapa anda menganggap dan memperlakukan orang lain yang berbeda dengan anda seperti sampah dan penyakit.

      • Tadinya mau nulis itu, mbak, tapi kayak nyumpahin dan aku ga mau ada anak yang harus menderita hanya untuk menyadarkan/memberi pelajaran orang seperti itu.

  14. Sangat menarik Ail tulisannya, komen-komennya juga seru-seru. Kalau saya sih, sebagai manusian yang tak luput dari dosa kenapa ngga coba untuk menghormati satu sama lain, kebanyakan orang-orang didunia ini menjustifikasi orang lain dengan mudah hanya dengan melihat perawakan atau penampilannya, kebayang nggak sih, untuk menjadi seperti apa yang mereka piloh dan rasakan itu bukanlah hal yang mudah, saya justru lebih menarus respek ke mereka-mereka yang memberanikan diri, menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Kalau ngomongin masalah agama nggak akan selesai, kebanyakan gak ada jalan keluarnya. Jadi kenapa nggak saling menghargai, mind your own business biar dunia lebih damai 😊

  15. Kalo aku sih ya setuju2 aja pasangan gay/lesbian ini ada krn dari segi hormon kan mereka ga bisa support satu sama lain utk punya anak.. Solusinya ya adopting child. Menurutku ini masih lebih baik krn mereka menyadari hak seseorang utk hidup setara dengan hak perkawinan sesama jenis itu sendiri. Daripada org yg hetero, married, trus buang anak di jalan/panti asuhan.. Lebih ga bertanggung jawab lagi πŸ˜’

    • Nggak selamanya mereka adopting ya, ada juga yang surrogate. OOT ya, surrogate ini di Irlandia dulu pernah bikin masalah besar. Pasangan hetero gak punya anak, terus cari surrogate di India, anaknya gak bisa masuk ke Irlandia karena gak diakui pemerintah. Wah ribut sampai nuntut menuntut.

  16. Sekedar sharing pengetahuan. Belum lama ini kan Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis. Nah kalau di Meksiko, setau aku baru 2 atau 3 negara bagian. Negara bagian pertama yang melegalkan adalah Meksiko City. Bahkan Meksiko City adalah kota pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis

  17. Kehidupan ini adalah sebuah rekaman. saya berharap suatu saat nanti para ilmuwan bisa menemukan cara merekam kehidupan dimasa lalu. Kalau kehidupan masa lalu bisa diputar ulang rekamannya, nanti akan terjadi keguncangan dunia, terutama para fanatik agama akan terbengong bengong…

    semoga Ternyata oh ternyata selama ini sejarah yag diajarkan jangan jangan cuma dongeng belaka, termasuk dongeng soal LGBT.

Leave a reply to Binibule.com [Tjetje] Cancel reply