Santy Claus

Di Irlandia, negara yang mayoritas penduduknya Katolik ini, perayaan Natal selalu meriah. Pusat-pusat kota dihiasi dengan lampu-lampu cantik sehingga membuat musim dingin yang kelabu menjadi sedikit lebih menyenangkan. Tak hanya dipenuhi dengan undangan untuk belanja hadiah-hadiah Natal bagi mereka yang terkasih, Natal juga menjadi ajang berbagi bagi yang kurang mampu. Pusat kota dipenuhi dengan sukarelawan dari berbagai organisasi, dari yang fokus pada anjing hingga gelandangan. Tak hanya membawa kotak-kotak permintaan sumbangan banyak dari mereka juga menyanyikan lagu-lagu Natal untuk menarik sumbangan.

Selain berbagi, tradisi lain yang sangat kental di Dublin adalah melihat boks bayi yang menggambarkan kelahiran Yesus, dari yang statis hingga yang bisa bergerak sendiri. Tradisi ini, kendati terdengar kuno, masih dijalankan oleh banyak keluarga. Tahun ini, untuk pertama kalinya saya menengok Dublin moving crib.

I visited that famous #Dublin #Movingcrib

A photo posted by Ailsa Dempsey (@binibule) on

Selain berbagi, Natal juga identik dengan Santa Claus. Di Irlandia, Santa berubah nama menjadi Santy Claus. Urusan perubahan nama ini tak penting, karena toh Santa, atau Santy hanya ada dalam imajinasi anak-anak. Bicara tentang  imajinasi, disini (dan juga di banyak negara) orang tua dan juga institusi resmi menanamkan dengan kuat keberadaan Santy. Dalam bahasa saya sih: seluruh elemen di Irlandia bekerjasama bersama untuk membohongi anak-anak untuk mempercayai Santa hingga tak ada ruang untuk tidak mempercayai bahwa Santa tidak ada.

Kantor Pos Irlandia misalnya, meletakkan sebuah kotak pos di dekat pintu utamanya yang dikhususkan untuk Santa. Kotak pos yang diletakkan di depan pohon Natal ini setiap harinya dipenuhi dengan aneka rupa surat permohonan dari anak-anak di Irlandia. Entah berapa jumlahnya, tapi kalau saya mau ambil perkiraaan, satu persen saja dari jumlah anak-anak di Irlandia, maka setidaknya ada 10ribu surat untuk Santa. (Catatan: 25% penduduk Irlandia adalah anak-anak; jumlah mereka tahun 2011 lebih dari 1 juta jiwa dan Irlandia merupakan negara dengan populasi anak tertinggi di Eropa). Jangan dibahas lagi berapa banyak kertas yang terlibat, apalagi pohon yang tertebang.

Bagi saya kotak pos itu sangat mencengangkan. Tapi dari hasil ngobrol-ngobrol dengan seorang kenalan dari Amerika Latin (yang sama kagetnya dengan saya), Menteri di Irlandia pun pernah ikutan bohong tentang keberadaan Santa secara resmi. Menteri ini pada tahun 2013 meyakinkan anak-anak bahwa kementeriannya memastikan Santa akan datang ke Irlandia. Kementerian juga menambahkan bahwa Santa tidak akan dikenakan biaya kelebihan bagasi serta dibebaskan dari visa. Tak hanya Santa, logistik untuk Rudolph juga telah disiapkan. Berita ajaib ini dimuat di dalam koran dan bisa dibaca disini. Kenalan saya ini juga mengatakan bahwa radio di Irlandia menjelang Natal akan memutar suara kereta Santa untuk semakin meyakinkan kedatangan Santa pada saat Natal.

santa does not exist

Maka jangan heran jika jendela rumah di Irlandia dipenuhi ajakan dan hiasan bagi Santa untuk mampir. Beberapa poster kecil bahkan menuliskan nama anak-anak yang tinggal di rumah itu. Agak mengerikan bagi saya, karena penculik anak bisa dengan mudahnya mengetahui nama anak. Worth it kah kebohongan ini mengingat satu hari nanti, ketika anak-anak yang polos ini beranjak lebih besar, mengetahui bahwa Santa tak pernah ada. Mereka akan patah hati dan kecewa, karena imajinasi serta harapan-harapannya ternyata hanya tipuan orang tua dan institusi di sekitar mereka. Mereka akan mengetahui bahwa Guinness (di banyak tempat Santa diberi susu, tapi di beberapa rumah, Santa diberi Guinness!!!), kue kering serta wortel yang disiapkan untuk rombongan Santa ternyata dimakan oleh Bapaknya. Bahwa kekacauan disekitar cerobong asap disiapkan oleh ibunya. Dan tentunya hadiah-hadiah yang hanya boleh disentuh pada pukul tujuh pagi ternyata bukan dari Santa, tetapi dari orangtuanya.

Tapi konon, semua ini sepadan dan merupakan pembelajaran yang berarti, karena hidup pada dasarnya dipenuhi dengan imajinasi, patah hati, kebohongan dan kekecewaan. Dan saat yang tepat untuk belajar tentang ini semua ya pada usia dini. Yang jelas, bagi sebagian besar orang tua, kebohongan ini sangat berguna karena bulan ini, mereka dengan mudahnya bisa membuat anak mereka menurut. Jika tak menurut, mereka cukup  mengancam tidak akan ada hadiah dari Santa untuk  anak nakal. Hanya pada bulan Desember saja, karena setelah Natal, anak-anak bisa kembali tidak menurut.

Pernah percaya Santa?

Xx,

Tjetje

Lagi repot lihat Santa Tracker

 

Advertisement

50 thoughts on “Santy Claus

  1. Waktu SD dulu pernah denger cerita temen yang katanya baru didatangi Santa Claus di rumahnya. Waktu itu aja aku udah berpikir keras, mungkinkah Santa datang ke Surabaya, ga ada rumah yang pake cerobong asap, hawa puanas (kostumnya Santa kan hangat berbulu2 gitu ya, apa gak sumuk?), bawa hadiah banyak pula. Kok orang2 ga pada heboh sih? Aku udah curiga kalo temenku itu cuma ngarang alias bohong, hahaha… Apalagi bapak ibuku pun udah bilang kalo Santa itu cuma ada dalam buku cerita. Tapi temenku itu pas cerita kayaknya meyakinkan banget deh 😀

  2. Pernah mba, haha.. Waktu kecil sempat percaya kalau Santa Claus itu benar-benar ada, sampai dibilangin teman kalau Santa tidak mungkin datang ke kawasan tropis, nanti meleleh, haha..
    Btw ceritanya seru juga mba, baru tahu kalau disana menerapkan budaya seperti itu. TFS mba!

  3. Saya mba, sewaktu kecil percaya banget sama Santa. Pasti harus naruh sepatu berisi dedaunan di depan rumah. Sampai suatu saat saya mengetahui bahwa kado-kado itu dari orang tua saya soalnya saya sempat terbangun saat mereka sedang membungkus-bungkus kado buat saya dan adik. Namun saya tetap pura-pura tidur dan tetap pura-pura berpikir santa itu ada, biar tiap tahun dapat kado 😀 😀 😀

      • kelas 4 apa 5 SD gitu akhirnya tau kalo Santa itu gak ada, tapi karena tetep dapet kado ya mingkem deh hahahaha
        Tapi karena ortu dari dulu ga pernah terlalu gembar gembor gimana juga kali ya jadi ga patah hati banget ketika tau santa itu gak nyata.
        Hahaha satu satunya tradisi natal keluarga ku cuma ke gereja, on time. Bahkan kita jarang pasang pohon natal loh. Dulu santa kasih kadonya bukan di bawah pohon natal atau di kaos kaki tapi di sepatu dikasih rumput 😆

  4. Saya waktu kecil sering baca2 majalah. Pas bulan seperti desember ini pasti banyak yang mengangkat cerita tentang natal.

    Anehnya di waktu kecil dogeng apapun yang saya baca, saya selalui mempercayainya. Santa claus salah satunya.

    Sebenarnya rasanya nggak sakit kok ketika mengetahui kenyataan. Yg ada malah senyam-senyum sendiri.

  5. Saya baru tahu kalau kebohongan di sana bisa jadi demikian… ekstrem. Akhirnya saya juga jadi berpikir, ini sehat nggak ya? Kasihan saja gitu kalau ada anak-anak yang terlalu percaya akan kebohongan ini sampai-sampai nanti psikologisnya ada yang berubah :hehe.
    Tapi mungkin di Indonesia ada kali ya cerita yang memang diset sampai membekas dan dipercaya banget oleh orang-orang… cuma yang jelas Presiden kita kan tidak sampai berbicara di stasiun TV untuk menyatakan kepercayaannya atas cerita rakyat itu :haha.
    Doh, bingung!

  6. pernaaaah hihihi, ngiri sama temen yang natalan karena dapet hadiah dari santa sampe naroh-naroh kaos kaki di kamar 😀 trus suka juga sama gambar2 kartu natal yang meriah dan ceria

  7. Tidak pernah percaya Santa Claus 😊
    Aku anak kecil yg kurang imajinatif kali ya, hahaha..
    Tp mgkn krn ortuku selalu menekankan tdk ada santa claus, yg kasih kado itu mama papa dan natal itu menyambut kehadiran Yesus dan bukan santa..
    Haiah… 😅

  8. Tulisannya serius sekali Mbak Tjetje. Karena tidak merayakan natal jadi ya tidak pernah percaya Mbak. Hehehe. Saya baru tahu Santa setelah usia SMP dan menurut saya itu cara yang manis untuk memeringati hari natal buat anak. Tapi memang sih bisa bikin patah hati. 😀

  9. Astaga, Santanya dikasih Guiness?? That is SO Irish!! Hahaha 😆

    Aku pernah sewaktu kecil percaya Santa (kita nyebutnya sih Sinterklaas, Belanda banget ya 😛 ). Cuma suatu waktu aku sempat curiga karena hadiah mainan yang aku dapatkan (dari Sinterklaas) persis sama seperti mainan yang beberapa minggu sebelumnya aku inginkan di sebuah toko mainan. Waktu itu aku ke toko mainannya bersama orangtua, haha 😆

    Btw, ngomongin postcard buat Santa, katanya di Greenland sana beneran ada tempat penampungan surat-surat/postcard untuk Santa Claus loh.

  10. Aku ini korban Santa, Mbak. Hahaha.. Dulu aku percaya bahwa Santa itu ada. Aku inget banget dulu potong-potong kertas ditaruh di kardus dan besoknya ada hadiah buku cerita Alkitab di dalamnya. Hahaha..

  11. terkesima saya bacanya, sampai segitunya mereka kepada anak anak Irlandia ya… saya bayangkan kalau saya anak Irlandia pas gede dan tahu semua lama lama saya benci negara ku sendiri soalnya nipu nipu sih… btw mbak Tjetje ini lebih banyak stay di Irlandia apa di Jakarta ya..? kalau ingat Irlandia aku tuh ingatnya Dublin sama Westlife …bener gak sih…dah lama gak belajar geografi… hiks

    • Aku pindah ke Dublin sekarang, baru pindahan. Westlife, Ronan Keating (Boyzone lah ya), The Corrs, One direction (1 orang doang), Bono, The Script terus yang lagi naik daun Keywest. Banyak bener penyanyi dan aktor Irlandia. Ada empat yang dapat nominasi golden globe

      • wow banyak juga yaa.. mbak… selamat pindahan, lagi mikir juga nih suami nda betah juga disini, banyak cobaannya… namanya hidup …

      • iya mbak di siasati saja sih dengan ragam kegiatan maunya kalau kami punya segepok emas dan turunan milyarder maunya kalau summer ke US kalau winter ke Indonesia kalau musim hujan ke tempat lain lagi….eaaaaaa mulai deh sy ngawang2 ….

  12. waktu kecil dulu tinggal di jalan yang banyak orang ambonnya, jadi kalau natal ada sinterklas dan suartepit (eh ini bener gak sih nulisnya).. karena gak natalan jadi cuma bengong aja lihat mereka, dan ikut-ikut terintimidasi ama si suartepit yang bawa karung kemana-mana 😀

  13. Pingback: Aktivitas Khas Natal | Ailtje Ni Diomasaigh

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s