Mengapa Mengajak Bule Kawin Itu Susah

Pertanyaan susahnya mengajak bule ke pelaminan merupakan pertanyaan populer yang sudah pernah saya bahas sekilas di postingan ini dan juga pernah dibahas beberapa blogger seperti Mbak Yoyen dan Noni. Tapi pertanyaan ini tak pernah basi dan herannya masih sering ditanyakan. Saya melihat, penanya biasanya sedikit frustasi karena pasangannya yang orang asing enggan untuk untuk segera mengikat janji. Saya mencoba merangkum dan membahas beberapa hal yang saya anggap sebagai alasan untuk merusak hubungan dan tentunya menghambat proses hubungan percintaan naik ke pelaminan. Perlu dicatat, saya bukan ahli yang berhasil mengajak banyak pria asing ke pelaminan, ini murni hasil observasi iseng-iseng saya dan mendengarkan beberapa curhatan kawan-kawan ekspat saya di Jakarta.

Baru kenal udah cepet-cepet ngajak kawin

Di Indonesia, perkawinan memang menjadi sebuah tujuan hidup dan pencapaian. Tak heran mereka yang memiliki pacar biasanya punya satu tujuan dan berlomba-lomba untuk segera minta dikawini. Kadang-kadang, disertai ultimatum putus jika janur kuning tak segera dilengkungkan. Bagi banyak pria-pria asing, hal-hal seperti ini membuat mereka mundur. Pertama, mereka mundur beberapa langkah, kemudian setelah dinilai aman, mereka akan lari terbirit-birit tak menoleh lagi ke belakang. Apalagi jika hubungan tersebut baru seumur jagung.

Salah satu argumen yang sering digunakan untuk urusan kawin ini adalah soal keseriusan atau tidak. Jika dalam usia hubungan yang baru hitungan bulan itu tak segera diajak kawin, maka si pria dituduh tak serius.  Ya ela, padahal di banyak negara, kawin itu tak semudah membalikkan telapak tangan dan menandatangani secari kertas. Ada tahapan-tahapan dulu yang seringkali melibatkan tinggal bersama sebelum memutuskan bahwa mereka adalah pasangan yang benar-benar cocok. Kawin dimana-mana tak murah dan cerai, lebih nggak murah lagi. Jadi banyak yang kemudian sangat berhati-hati. Dipikirkan baik-baik dan pilihan pun perlu dimatangkan dulu. Makanya jangan heran kalau banyak yang kabur kalau dipaksa-paksa kawin cepet.

Nyuruh pindah agama

Urusan agama di Indonesia memang ribet. Negara tak mengakui perkawinan beda agama.  Satu-satunya yang saya tahu memperbolehkan perkawinan beda agama adalah gereja Katolik, dengan perjanjian anak-anak yang lahir akan dibesarkan secara Katolik. Tapi kawin di gereja pun tak mudah, karena secara administrasi perkawinan masih harus dicatatkan menjadi satu agama. Karena sistem adminsitrasi dan juga agama yang melarang perkawinan beda agama, banyak yang kemudian meminta atau bahkan pasangannya untuk pindah agama. Jika pasangan tak mau pindah agama dituduh tak cinta, sementara dirinya sendiri yang mengklaim mencintai pasangan gak mau pindah agama. Double standard jadinya.

Cerita bule-bule pindah agama memang banyak, banyak juga yang sukses menemukan kedamaian di agama barunya. Good for them. Tapi banyak juga yang susah diajak memeluk atau pindah agama, apalagi mereka yang atheis atau yang besar di negara yang sangat relijius dengan satu agama.

Bicara tentang pindah agama jadi mengingatkan saya pada beberapa orang asing  yang sakit hati luar biasa karena urusan sunat maksa. Bagi orang dewasa, pindah agama itu tak mudah, apalagi kalau harus diikuti keputusan memotong bagian dari kelamin. Memotong kulit ini memang tak semudah motong kuku, jadi diperlukan pendalaman agama dan pendalaman agama itu butuh proses, tak instan. Tapi ada kasus-kasus dimana keluarga tak memikirkan perasaan si pria, lalu si pria tiba-tiba dijebak dan diserahkan ke dukun sunat. Modyar, tanpa ba bi bu keluar dari ruang dukun sunat sudah kehilangan secuil anggota tubuh ditambah lagi dengan rasa nyeri. Kebayang gimana jengkelnya? gondoknya membekas sampai sisa hidup!

Minta duit

Topik lama, tapi layak diulang kembali biar banyak yang tahu kalau minta-minta duit sama bule itu bikin susu sebelanga rusak semua. Banyak orang asing yang lama-lama gerah juga kalau masih pacaran sudah dijadiin sapi perah, buntutnya sebagian perempuan Indonesia jadi identik dengan tukang minta-minta, apalagi minta duit untuk ngasih keluarga, encing, babah, tetangga dan juga temen.

Memberi uang  untuk keluarga memang menjadi tradisi bagi sebagian orang Indonesia dan tak ada yang salah dengan hal tersebut. Tapi hal serupa tak semestinya diharapkan pada bule karena budaya memberi uang ke seantero dunia, seperti Olo Panggabean*, tak eksis. Ketika ada ekpektasi mereka harus menghidupi keluarga ekstra di Indonesia, beberapa memutuskan untuk balik badan dan jauh-jauh dari ide pelaminan. Ini salah satu topik sensitif yang saya tahu banyak merusak hubungan percintaan, bahkan perkawinan orang.

Hal yang juga jadi perhatian adalah ekspektasi “gaya hidup mewah” yang dianut sebagian kecil orang-orang yang memiliki pacar orang asing. Lucunya, banyak yang nodong pacar, bahkan nodong pacar bayarin makan temen-temennya hanya untuk menujukkan kekuatan ekonomi. Capek-capek kerja untuk bayarin orang satu desa.

Tukang ngelarang dan pencemburu

Harus diakui memang di Indonesia punya pasangan orang asing itu pusingnya gak karu-karuan, banyak bule hunter yang berkeliaran dimana-mana yang siap menyergap bule, baik yang masih lajang, suami orang, masih muda atau yang sudah tua banget sekalipun. Mereka tersebar dimana-mana, dari tempat fotokopi hingga hotel dan restaurant mewah.  Tapi bukan berarti ini menjadi alasan untuk cemburu lalu melarang dan tentunya mengekang.

Konsep cemburu juga seringkali dilencengkan sebagai bukti cinta, padahal, bagi kebanyakan warga dunia cemburu adalah perwujudan rasa tidak aman yang tak semestinya dipupuk. Cemburu sedikit mungkin bisa dianggap sebagai hal yang lumrah, tapi cemburu berlebihan apalagi cemburu dengan masa lalu bikin hubungan runyam. Parahnya, kecemburuan ini seringkali diikuti dengan stalking dan snooping sungguh bikin pria makin cepet kaburnya.

Sebenarnya ada pertanyaan besar yang patut ditanyakan sebelum mengajak mereka ke pelaminan, kenapa sih mesti buru-buru? Takut hilang? Kalau memang jodoh tak kemana-mana kok.

xoxo,
Tjetje
*Olo Panggabean: raja judi dari Medan yang terkenal sangat dermawan. 

109 thoughts on “Mengapa Mengajak Bule Kawin Itu Susah

  1. Olo Panggabean ada orang Medan disebut haha.

    Ai, aku baru2 ini juga terima email (lagi) nanya2 soal gimana ngajak pacar bule nikah dan bikin keluarga si cewek suka ama pacar bule. Pusing banget jawabnya. Aku udah draft post-nya (lagi karena yang lama kayaknya gak dibaca) tapi belon posting karena sebenarnya masih ragu2 juga jangan2 tulisan aku meragukan hauhaha.

  2. Hahaha disini kawin (mau sama bule atau engga) udah kayak kewajiban dan tanggung jawab sih dengan dalih tanda cinta, gak mikir ekonomi gimana, komitmen gimana, dsb dsb. Ga perduli juga baru kenal sebentar. Oya urusan buru2 ngajak kawin itu biasanya juga berlaku kalo calon nya kaya raya, takut keburu di tikung sama saingan, ntar hilang deh jaminan masa depan 😆

      • Hahaha atuh kalo ga ngontrak kan ortu (atau mertua) bisa nampung sementara.
        Biasanya sih begitu, kalo big catch itu ibarat investasi kalo kata temenku di luar bule atau bukan. Dengan kawin itu seal the deal…

      • Tull. Eh tapi sekarang dikalangan biasa juga udah melek prenup loh. Ada yang bilang demi kepentingan pajak, ada juga yang biar ga keseret urusan kerjaan pasangan. Misal kayak temen suami yg kerja di bank, bikin prenup biar kalo suami nya kena tuduhan fraud, istrinya gak kebawa2. Kurang lebih begitu, aku sih gak paham bener tujuan pastinya karena gak bikin (walau suami kerja di bank juga) 😀

  3. Cuma bisa ngakak sambil geleng-geleng. Entah kitanya orang Indonesia yang emang kampungan atau merekanya yang terlalu high taste.
    Pengalaman waktu di bali masih bikin saya malu sama almamater SMA saya. Temen2 cewe kampungnya nggak ketulungan pas liat bule lewat di depan mereka. Saya cuma bisa jaga jarak aman biar nggak ketularan hina. Pada dasarnya, enaknya kawin sama bule adalah mereka orang-orang yang open minded, fleksibel dengan perubahan dan lekas membuang jauh budaya yang bisa merusak hubungan antar manusia. Nice post. Ditunggu tips-tips menggaet bule selanjutnya ^o^

  4. Benar tuh, orang di Indo sukanya maksa untuk cepat-cepat kawin dengan alasan takut hubungannya jadi fitnah, takut orangnya kabur, dll. Aku RT di Twitter ah. Great post mba!

  5. Waaaahhh… Mbak Ail ada apa nih udh beberapa hari topiknya menyindir bule hunter? 🙂 Kocak banget dan tepat 100% menurutku.
    Eh tapi mbak, gara2 si bule hunter ini hobi minta duit, jadi ada beberapa bule yang jadi sombong karena dia jadi cap semua cewek Jakarta bisa di beli pake uang. Imbasnya pernah ke aku. Bule itu ada maksudnya mau belikan aku minum, aku tolak karena aku gak mau sama bule itu, ego dia tersakiti mungkin, dia bilang ke aku kalo belum pernah ada cewek di jakarta yang nolak dia kasih minum atau nolak di ajak jalan, makan, shopping (atau mungkin ke ranjang?). Awalnya aku kasih alasan aku sudah punya pasangan walaupun aku ke sini gak sama pasangan aku, dia makin nyrocos kalo dia bahkan bisa ngajak keluar wanita bersuami di Jakarta! Aduhhh rasanya pengen aku guyur itu bule. Mungkin dia ganteng tapi bukan berarti dia bisa seenaknya men-cap semua cewek di jakarta sama rata. Ini berawal dari bule hunter nih.. Aku jadi ikutan kesel sekarang kalo liat cewek model begini!

    • Masih satu postingan lagi bahas bule abis itu bahas yang lain lagi. Udah di draft lama gak belum dipublikasikan aja. Nah itu, ada bule2 disini jadi berasa raja. Terus meremehkan perempuan karena emang gampang banget. Kadang gak perlu modal duit, cukup modal kelamin aja. Gak semuanya sih yang baik aku yakin banyak.

  6. mba.. aku baru tau, ternyata bule itu gak demen sunat.. aku kira, dg adanya teori sunat untuk kesehatan, mereka udah sunat atas kesadaran mereka sendiri. ini pengetahuan baru buatku 😀

    soal bule dijadiin sapi perahan, aku kira sudah jamak, org sini berpikiran bule itu PASTI KAYA. jadinya, di pikiran mereka, duitnya gak abis-abis.. banyakan liat di pilem-pilem kali ya.. CMIIW 😀

  7. So true. Yang udah pacaran lama aja pada males kawin apalagi yang baru ketemu. Menikah is a luxury, not a necessity, klo sama2 males paperless aja sampe udah punya anak dua tiga juga udah biasa.

  8. Banyak bule yang melihat perkawinan sebagai institusi. Mereka merasa tidak perlu membuktikan cinta ke pasangannya dengan menikah.

    Aku kebayang sih Tje betapa para bule itu ngeri kalau baru pacaran beberapa bulan, keluarga, temen dan orang-orang sekeliling pacarnya udah kepo tanya kapan nikah. Waaa.

    • Kasihan mbak, sudah ditekan soal kawin dan bayi. Belum kawin aja sudah ditanya jadi kalian nanti mau anak berapa.

      Nah itu soal cinta di Indonesia mana mau dikasih cinta gak dikasih surat kawin. Adalagi concern lainnya mbak, kalau pacaran aja gak dapat harta gono-gini! Modyar!

  9. Asliii mba, ngajakk kawin itu susah. Pengalaman pribadi ya, setelah kt pacaran 2 th baru mulai ngomongin nikah, yg sebernanya buat dia itu gk penting, masalahnya komitmen. Dan emang setuju bgt soal ngasih uang itu, ada tmn aku yg berhenti kerja diindo dan kerjaannya nunggu kirimam uang aja. Pas dia nanya aku ngapain msh kerja, dgn bangga dia blg, klo dia sh tinggal minta aja, adaaaaa ya begini…

  10. Jangankan bule, aku aja paling males ketemu sodara yg bawaannya minta2. Barang masih jelas2 dipake (ntah cincin, baju, tas) kok yo dipake. Opo aku arep muleh mudho? (Apa aku mesti pulang gak pake baju) Hahahaha. #jijay Mentalnya mental tangan dibawah sih…. Repot….

  11. Untung dulu suami yg ngajak kawin duluan hehe. Tapi urusan dokumen memang bikin sakit kepala meskipun prosesnya lancar, cuman ada kerikil kecil. Adaaa aja printilannya. Sempet dibalikin dokumenku sama departemen agama di Jakarta. Ah, tapi sudah lewat masa2 itu 😀

      • Oh iyaaa Ail, aku jadi ingat ada satu komen disalah satu postinganku (padahal postingan ttg ujian bahasa Belanda). Seperti ini kira2 “wah enak ya Mbak Deny, kayaknya lancar2 aja. Ada tips ga Mbak supaya orangtua merestui, padahal pacar saya yang bule ini sudah pindah agama tapi ortu tetap ga merestui aku untuk kawin sama dia” wah jadi konsultasi perkawinan aku haha. Kujawab baik2 dipostinganku itu panjang lebar. Bukan jawab ttg tipsnya sih cuman mengarahkan ke pemikiran yg benar, wong aku juga ga ada tips apa2.

      • Sama kayak pertanyaan readernya Noni nih. Mana bisa instant, semua pakai proses dan butuh waktu. Kalau orang tua lihat baik kan bakalan direstui. Eh btw, kalau diajak ngobrol banyak cerita seru-seru lho Den.

      • Oh kalo yang cerita seru2 itu banyak aku Ail. Soalnya banyak yg email2 aku. Ada yg telpon juga (dulu pas masih di Surabaya) Trus beberapa sudah ketemu muka juga, langsung datang ke kosku. Awalnya nanya2 dokumen, ujung2nya curhat. Yang epic itu pas aku ribet garap tesis, ada ibu2 ngotot banget pengen ketemu aku, berkaitan dengan dokumen2 gitu. Lha aku masih dikampus, akhirnya tak suruh ke kampus. Ternyata dia mau curhat, sedangkan aku kejar tayang besok musti submit progress. Akhirnya tak sambi nggarap. Walhasil dia curhat didengerin sak ruangan haha. Dianya sendiri ga keberatan, tambah temen2ku ikutan nimbrung dengerin, trus mereka ngasih masukan buat ibu itu. Aku selalu ketawa kalo ingat ini. Cerita2 epic gini mesti tak ceritain ke Mbak Yoyen :)))

  12. Muahahaha, terjebak dukun sunat dan sakitnya tuh disitu🙊
    Nampol bahasanya.
    Klo minta cepet kawin sih bukan cuma bule hunter Tje, gw dulu jg gitu, hihi (ngaku, mohon jangan dibahas)
    Btw, pengalamannya Nonahujan menarik👍

    • Menurutku ada perbedaannya Nit, kalau sama bule beberapa biasanya lebih ngeyel dan lebih minta cepet-cepet (takut hilang dan takut terjadi hubungan badan di luar perkawinan – padahal yang sama orang Indonesia berhubungan badan juga buaaaaanyak). Terus kalau pria Indonesia emang cenderung ngerti kalau diajak kawin, karena konsep perkawinan itu biasa didengar dan dilihat. Sementara di beberapa negara, konsep perkawinan itu mengerikan. Kayak di Belanda, mana demen orang kawin. Di negara-negara Katolik macam Irlandia gini kawin masih penting sih, tapi orang mulai lebih relaks.

  13. Komenku kok hilang 😦 Ya buat orang2 di Eropa sini, kawin itu luxury, bukan necessity. Ga pake pernikahan juga anak udah dua tiga oke2 aja kok. Orangtuanya pacar baru nikah setelah anak yang paling besar umur 10 tahun, jadi pas foto pernikahan ada tuh anak2nya semua 🙂

  14. Dari pengalaman beberapa teman yg sukses menggaet bule tajir memang harus diakui gaya hidup mereka pun melonjak drastis. Melahirkan anak2 seperti anak kompeni yang amat dibanggakan saking lucunya. Soal agama gak penting yang penting pas nikah secara Islam, setelah itu urusan masing2. Yang penting hidup makmur, sentosa, dan bergengsi pastinya 🙂

    • Gaya hidup berubah karena ekonomi berubah sih menurutku wajar, yang penting gak norak aja.Yang gengges itu kalau norak karena jadi OKB. Wah jangan disebut anak kompeni dong, it’s not nice. Dan wajar dong kalau bangga, setiap orang tua pasti bangga dengan anaknya.

      Soal agama itu urusan masing-masing lah, kita kan bukan Tuhan yang punya hak untuk menilai pilihan hidup orang.

      • Emang ga ada yg salah kok, Mbak. Anak kompeni itu bercanda kok. Nah, karena bangganya yang menjurus kayak sinetron Indonesia. Pemainnya kebanyakan peranakan, biar menarik. Soal agama gak menghakimi kok, cuma share pengalaman segelintir orang aja.

  15. Kemarin ada temen yang buat temen2 dekat lainnya agak shock. Karena ini temen dapet kenal sama cowo hanya 2 bulan via internet, trus si cowo mau dateng ke Indonesia dah bawa wedding ring. Mereka akan menikah pada pertemuan pertama! Setelah sempet pada kaget ternyata temen ini menunda pernikahannya sampai beberapa bulan ke depan, penyebabnya salah seorang sodaranya kasitahu hukum kepemilikan properti WNI jika menikah dengan WNA (dalam hal ini kebanyakan kasus WNI nya cewe) maka properti milik WNI sebelum menikah dapat menjadi milik negara. Sempat browsing memastikan tentang kasus kepemilikan properti pada perkawinan antar negara. kesimpulannya masi bisa diselamatkan dengan perjanjian pra nikah atau dihibahkan ke keluarga. Tanya punya tanya lebih dalem sama temen ini yang impiannya menikah sama bule dan dibawa ke negara bule di UK, pasangan ini agak terbentur mengurus surat perijinan membawa pasangan ke negaranya. Sempet check ke web imgrasi UK, sepertinya agak susah dipenuhi syarat2nya dari pihak bule dan nekad banget atau gampangin banget langsung mau nikah kesannya.

    • Benar sekali, harus ada perjanjian pemisahan harta antara kedua belah pihak sebelum perkawinan dilangsungkan. Perjanjian pranikah ini yang melindungi hak WNI untuk membeli tanah/properti hak milik di Indonesia. Tanpa dokumen tersebut, hak terhadap properti terbatas pada hak guna (satu lagi saya tak ingat hak apa). UUnya sih konon akan direvisi, tapi God knows berapa lama.

      Soal visa, termasuk UK, agak strict urusan itu, karena berhati-hati dengan perkawinan bodong yang untuk visa aja. Makanya hubungan percintaan pun harus ‘wajar’ gak bisa ujug-ujug langsung kawin dan langsung pindah. Satu hal lagi yang penting, jangans sampai keblinger lihat bule, dianggapnya bule itu kaya tahu-tahunya si bule gak kerja tapi hidup dengan social welfare. Duh malesin banget kalau gini.

      • iya kayanya yang mengganjal itu masalah biaya, buat kita temen2nya pas ngecheck angka nominal yang disebutin di web imigrasi UK angka itu gede, kirain buat si bule gak seberapa. Ternyata angka itu gede juga buat si bule tsb :(.

      • Hah terus jadi kawin? itu si bule dung dung ya gak pakai riset-riset dulu. Eh UK masih gak seberapa biayanya, Australia di atas 5000 dollar. Dan jangan salah duit 1500 USD itu gak kecil buat bule, orang suka anggap ah gak seberapa.Iya di Indonesia cari ceperan gampang, disini pusing, dapat bonus Natal aja pajaknya separo sendiri.

      • Katanya February taun ini belom jelas juga. Nikah itu penyatuan dua keluarga buat gw (Indonesia banget gak sih? Tapi rasanya klo niat mau menikah once in life time semua tujuannya ini), nah klo ini kesannya penyatuan 2 insan aja, kesannya gampangin kesakralan dari pernikahan, kuatir gak langgeng. Dasar yang dangkal bikin semua temen2 deket yang sebenernya sayang sama temen satu ini jadi kuatir. fyi ortunya temen ini dah gak ada dua2nya.

      • Pada akhirnya sama kami semua berpesan untuk lebih mengenal jauh sang calon . Wanti2 klo on the dole, bagaimana bisa memenuhi syarat membawa istri ke negaranya, memberikan pandangan tentang resiko yang harus dihadapi. Thanks buat infonya dan dapat pandangan baru juga tentang pernikahan dengan WNA.

  16. Mau numpang komen … kebayang lah rasanya dsunat pas udah dewasa … hiyyy … biar dkata bius total saat sunat… efek stelah sunatnya kan baru ilang smingguan …

    Makasih utk postingannya 👍

  17. Mungkin yang ada di dalam pikiran bule hunter tersebut adalah: “Gue sudah dapat ini susah-susah, jadi sebisa mungkin disegerakan untuk peresmiannya, supaya tidak bisa digaet oleh orang lain, apalagi kabur buat balik ke negaranya!” :hehe :peace. Sangat disayangkan yah kalau ada wanita Indonesia yang berpikiran pendek dan dangkal seperti itu. Padahal mereka sangat berharga ketimbang merendahkan diri sebagai seseorang yang harus memiliki pasangan orang dengan ras berbeda. Hadeh…

  18. Orang tuanya pacar temenku menikah pas udah punya anak dua, jadi pacarnya dia pun mau nikahnya kalau udah punya anak duluan, meskipun temanku dan cowoknya ini udah 8 tahun barengan 🙂
    Personally aku ga pernah mikir soal getting married sampai aku ketemu Bartosz, itupun setelah kita barengannya agak lamaan. Selama ini aku mikirnya marriage itu sesuatu yang aku mau lakuin once in my lifetime, ga mau kaya artis2 indonesia yang kawin cerai karena kalau bersama tapi nggak kawin itu reputasinya jelek. Aku kalau lagi mikir ini jadi ragu budaya barat kok justru lebih bagus daripada budaya timur yang katanya lebih.. innocent ya?

  19. Punya teman yang mana mamanya bule hunter dan ketika dia besar bapaknya pulang kenegara asal. Kasihan bangat dech Ail. Dia seperti anak yg nga punya identitas pdhl anaknya cantik bgt. Bisa kebayang dong yach bapaknya bule.

    Trus pernah nemu bule hunter orang filipin ternyata mereka nga beda jauh yach sama bule hunter indonesia. Padahal aku baru kenal sekali dia sudah pamerin semua barang pemberian pacarnya berupa tas bermerek dan pas ngobrol2 ketauan kl tuch bule masih berstatus suami orang. Pasalnya dia janjian ketemu pacarnya harus di singapore dan sekamar ama aku di dorm. Segitunya amat dech. Maaf yach kalau agak melenceng tp miris bangat dengarnya.

    • Filipina, Thailand, Indonesia. Yang Thailand parah abis kemaren Oomnya temen abis ditinggal pacarnya, dia pimp, ditinggal karena disuruh cari pinjaman duit ke bank eh sama bank ditolak. Satu lagi yang suka sadis: Rusia. Gak semua ya tapi ada aja.

  20. “budaya memberi uang ke seantero dunia…..” FTW!!!!!
    Hhahahahahaha……!!!!! ngakak abis..

    Just realize, there’s such thing as ‘bule-hunter’, and it is big!!!
    Ini setelah rajin baca2 postingannya Mbak Ail jadi agak2 insecure….
    Kalau cewek2 pada banyak mau sama yang impor, kita yang lokal-lokal dapetnya apa donggg???
    Kambing betina???
    -____-

  21. Hahah aduh mba aku ngakak jd nggak ngantuk baca blog nya .
    Kalo orang Pinoy parah bisa 2 page kalo saya cerita 😂😂.Pinoy juga sama soal minta duit tapi kalo Pinoy begitu anaknya kerja or nikah ama bule berhenti lah orang tuanya bekerja dan mewariskan seluruh family kepada si anak yg bekerja atau yg menikah dgn bule untuk dibiayai kalo perlu sampai sepupu sepupunya juga(jadi ingat teman Pinoy di RS)haha ,tapi saya juga kena getahnya gara gara banyak asia women yang nikah dgn bule dengan motif nggak bener,padahal saya kerja di luar juga,tapi yaitu nggak mungkin juga pasang ID kerja kita tiap kemana mana,walhasil jadi bahan liatan orang deh.
    Eh tapI mba saya termasuk yg nikah kilat loh,setahun langsung nikah ,my story seperti drama korea gitu deh, atau kayak novel novel
    Singkat cerita si cewek sakit divonis sakit berat saat 3 bulan pacaran lalu si cowok setia mendampingi ,seiring cobaan mereka menjadi lebih mengenal satu sama lain dan belajar karakter diri masing masing.dalam satu tahun mereka menjadi seperti pasangan yg sudah saling mengenal selama bertahun tahun lalu nikah deh 😛.
    Nggak nyesel we glad we did it Kalo bisa ketemu dari dulu😆

  22. Asli ngakak baca postingan ini. Kebayang kasihannya bule yg dijebak sunat itu.
    Tapi bener sih, temen2 gw d Indo beberapa tahun lalu ngomongnya cari pacar, ya cari suami. Kadang tak cocok pun dipaksakan. kalo bule kan ya penjajakan dulu, cocok lama baru diterusin.

  23. Sebelum sadar tentang orientasi seksualku (tapi udah tau kl aku beda dr yang lain), sempet berpikir pengen kawin sama bule karena stereotipe openminded-nya.
    Setelah tau kl aku asexual (dan sadar kl aku ga pengen nikah dan punya anak), trus liat komen2 sebagian dari mereka (perempuan, laki2, dan in-between) tentang Aseksualitas bikin ilfil dan sedikit ngeri. 😦

  24. Ailsaaa…gw menanti tulisan berikutnya neh 😀 mari saingi ketenaran City Hunter dengan seri Bule Hunter 🙂 Hahahaha! To be honest, gw sejauh ini memang hanya bisa ter-ckckck klo baca post lo ttg sepak terjang bule hunter. Masih inget lo pernah nulis seri yang mereka sampe giat2 datengin misa di gereja itu loh. Ckckckck…

      • Hehe…ini beneran berseri kisahnya 🙂 mumpung lagi hangat2nya minggu ini seri Bule Hunter, gw nantikan petualangan berikutnya sang pemburu bule 😀 I guess we’re surviving just like them. They opt for different jungle though (or different strategy for that matter!). Hehe..

  25. Pingback: Jangan Asal Mengawini Bule | Ailtje Ni Diomasaigh

  26. Gak semua bule tidak sunat.
    90% bule Amerika disunat, lebih krn tradisi ‘like father like son’.
    Nonsen dengan sunat demi kesehatan, jarang bule yg percaya sunat itu sehat, soalnya milyaran orang Cina dan Jepang gak sunat tetap lebih sehat daripada Arab yg disunat.

  27. Barusan lagi baca postingan terbaru, komennya malah nyangsang ke sini haha.. Org bule bilang ai lop yu aja butuh waktu lama apalagi minta diajak kawin, pertimbangannya banyak bener pan yak

  28. Pingback: Kenalin sama bule donk – adelescarlet

  29. Hello Mbak, artikel yg menarik Mbak. Mbak, saya sedikit cemas dengan teman saya nih. Teman saya punya pacar bule UK. Bulenya seumuran temanku jg sekitar 29th. Bulenya saat ini berada di Yogya. Setahuku mrk jadian selama pendemic ini. Aku sebenarnya sedikit curiga sama nih bule. Tapi temanku begitu kasmaran krn si bule romantis abis sama dia. Kakaknya jg muji si bule setinggi langit.

    Awal pacaran sama temanku, seumur jagung, si bule udah mau diajak ngomongin pernikahan. Pd hal aku baca-baca pengalaman banyak orang, kalau pacaran sama bule hingga si bule mau diajak nikah itu prosesnya panjang. Terus si bule ini katanya kerjaannya sebagai “E-learner”. Aku terus mikir, lha kalau kerjaan seperti itu khan bisa dikerjain di UK? Kenapa sampai Indonesia?

    Bulenya jg katanya udah mau pindah agama. Terus katanya mau stay di Yogya. Aku sama beberapa temanku dan baca pengalaman orang-orang dan membandingkan umur si bule koq gak masuk akal ya? Paling jg tetap dibawa ke UK. Terus aku baca jg pihak imigrasi Inggris lbh memperketat warga negaranya untuk menikahi pasangan yg bukan dr UK. Mrk menetapkan sebuah standart (finansial) jika si warga negara UK mau menikahi warga negara asing.

    Apakah menurut Mbak kira-kira temanku hanya jd teman hidup selama si bule berada di Indonesia ya?

    Makasih

    • Halo Mbak Farradina, salam kenal. Sebenarnya gak bisa disamaratakan perilaku orang-orang asing, ada yang masih muda usianya udah pengen-pengen cepet kawin, tapi banyak juga yang melalui proses panjang. Di komunitas travelling yang pernah saya ikuti dulu, ada yang kenal seminggu, gak ngomong bahasa yang sama, lgs diajak ke pelaminan dan dua-duanya hayuk aja. Buat kita yang gak menjalani sih agak aneh, tapi yang dimabuk asmara mau menjalani, ya kita nonton aja sambil berharap yang terbaik.

      UK (dan Oz) setahu saya dua negara yg kenceng banget menerapkan aturan finansial. Banyak yang kemudian tinggal di Irlandia karena tak bisa memenuhi aturan keuangan tersebut. Saya makanya seringkali saran untuk duduk bareng dulu, cari tahu dulu aturan dan lihat dulu negaranya bagaimana. Jadi begitu tiba di negara pasangan gak kaget. Tapi ya pilihan orang kan beda-beda.

Leave a reply to Binibule.com [Tjetje] Cancel reply