Setelah menempuh perjalanan panjang, saya akhirnya tiba juga di Dublin. Yang menarik, begitu mendarat di Dublin tak ada petugas bea cukai yang menyapa saya, nampaknya semua petugas belum bertugas. Hanya ada hawa sedingin 3° yang menyambut saya. Kendati sudah pernah tinggal di negeri empat musim, saya masih tak profesional untuk urusan dingin. Hari itu saya sukses tiba dengan badan menggelembung karena banyaknya lapisan pakaian yang menempel di tubuh, lengkap dengan penutup telinga untuk melindungi telinga dari angin semriwing yang cukup dingin.
Seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya, kesan pertama saya tentang Irlandia adalah mahal. Indonesia banget kan? Ongkos taksi dari airpor yang mencapai 38 Euro bikin saya hampir pingsan *lebay*. Kebiasan buruk ketika menjejak di negeri orang memang mengkonversi berapa harga jasa untuk kemudian dibandingkan dengan layanan taksi di Indonesia. Kebiasaan ini membahayakan apalagi ketika rupiah jatuh terpuruk tak berharga. Tentunya ini kebiasaan buruk yang harus dihilangkan.
Kesan kedua saya tentang Irlandia adalah hijau. Pagi saya disambut pemandangan yang cantik dengan matahari bersinar (jangan dibayangkan matahari itu sehangat matahari di Indonesia, bagi saya matahari itu hanya aksesoris tanpa efek apa-apa). Pagi itu banyak orang lari pagi. Anjing-anjing pun tak mau kalah berlarian dengan riang gembira. Serunya, di sungai itu banyak bebek liar. Dan lagi-lagi, saya tak pernah gagal terpukau dengan bebek-bebek liar di ruang publik. Sungguh negeri yang cantik.
Kebiasaan membandingkan pun muncul lagi, kali ini saya membandingkan pemandangan ini dengan Jakarta. Pagi hari di Jakarta biasanya diwarnai dengan suara klakson, deretan kemacetan dan tentunya kemacetan luar biasa. Jangan bayangkan pula ada anjing-anjing yang berlarian kalau tak mau ditangkap orang untuk dijadikan santapan. Yang menyedihkan, apartemen seharga 3000 dollar pun di Jakarta tak akan bisa menawarkan pemandangan hijau. Begitu melihat keluar jendela, yang ada hanya hutan beton. Kalaupun ada pemandangan ‘cantik’ biasanya hanya kolam renang atau gunung yang baru muncul ketika tidak tertutup polusi. Kalau sudah begitu, siapa yang tahan buka jendela. Yang ada tutup jendela, nyalain TV untuk nonton sampahtainment.
Soal pakaian musim dingin, saya yang novice ini kena batunya ketika harus bertemu calon mertua. Saya membawa jaket berwarna merah muda ngejreng yang saya padukan dengan boots berhak tinggi. Ternyata, keliling-keliling kota dengan hak tinggi hanya bisa bertahan selama beberapa jam. Kaki saya langsung teriak minta ganti sepatu, hore ada alasan untuk belanja sepatu. Begitu masuk toko sepatu, saya langsung kaget ketika sepatu biasa-biasa saja *cenderung jelek* dihargai dengan harga yang sama dengan sepatu bagus di Indonesia. Ternyata, barang-barang di Irlandia memang mahal, karena mereka menerapkan pajak yang lebih tinggi. Barang-barang dengan merek serupa pun bisa didapatkan dengan harga yang jauh lebih murah di Jakarta. Dengan pengembalian pajak pun masih lebih murah dari Jakarta. Wah kalau begini buyar sudah rencana belanja hura-hura macam anggota DPR.
Kembali ke jaket pink saya, begitu tiba di rumah mertua yang dekat dengan bukit, saya kedinginan tak karuan. Rupanya, jaket saya yang centil itu tak cocok untuk musim dingin. Kata mertua, jaket itu untuk summer. Saya pun makin shock ketika tahu harus mengenakan jaket saat musim panas. Lha ini negara apaan kok musim panas harus pakai jaket, bukannya jalan-jalan pakai bikini?
Ternyata Irlandia ini negeri hujan. Kalau dalam setahun kalender ada 365 hari, maka hujan pun mengguyur Irlandia selama 365 hari. Otomatis kemana-mana harus bawa payung, malah seringkali harus beli payung lagi karena payung jebol kena angin! Saking seringnya hujan, orang Irlandia jago melihat pergerakan awan dan memperkirakan datangnya hujan dalam hitungan menit ataupun jam. Kalau awan terlihat akan datang dengan hujan, kaki saya harus segera melangkah dengan cepat. Minggir menghindari hujan.
Saking seringnya hujan, ketika matahari bersinar pun akan hujan. Saya suka banget dengan sun shower, bukan dengan hujannya, tapi pelangi yang muncul bersamanya. Munculnya pelangi bagi saya adalah hadiah yang indah karena jarang terlihat di Jakarta. Orang Irlandia percaya bahwa konon di ujung pelangi terdapat pot of gold. Lha tapi ujungnya pelangi ada di mana?
Tak heran dengan hawa seperti ini, orang Irlandia doyan banget minum teh. Air putih kran yang gratis itu nggak laku karena semua orang ngeteh untuk menghangatkan badan. Sarapan minum teh, nyapu dikit minum teh, duduk nonton TV minum teh, nanti bertamu ke rumah orang minum teh lagi. Minum teh sehari di Irlandia bisa lebih dari lima kali, jadi jangan heran kalau banyak gigi orang tua berwarna coklat karena kebanyakan minum teh. Tradisi minum teh juga dilangsungkan ketika jalan-jalan, untuk menghangatkan tubuh. Banyak cafe shop yang menjual teh atau kopi ditemani dengan kue-kue manis. Secangkir teh sendiri di sini dihargai kurang dari 2 Euro. Yah kalau harga teh aja mah sama dengan harga ngeteh dan ngopi di Jakarta.
Pembicaraan tentang cuaca juga menjadi topik pembicaraan penting dalam kehidupan sehari-hari orang Irlandia. Ngobrol-ngobrol dengan orang yang nggak kita kenal itu biasa (dan mereka sangat ramah dan doyan bicara dengan orang tak dikenal) biasanya tak jauh dari cuaca. Dari satu orang yang tak dikenal saya pun belajar bagaimana mencintai hujan, terutama ketika kehujanan. “Ah aku nggak terbuat dari gula, jadi nggak akan meleleh kena hujan. No harm done.”
xx,
Tjetje
Cerita dari Irlandia lainnya: Mencicipi Guinness di Ketinggian
Cantik pemandangannya….
pemandangannya masih sama, tapi hujan terus!
Hi mba, salam kenal dari Jakarta.
baca blog mba nambah pengetahuan tentang Irlandia yang cuma bisa diliat di film dan foto aja. Suka Irlandia saat WestLife pertama kali muncul, Kota Dublin, Sligo. Alamnya bagus..
Aku baru tahu Sligo ketika mamaku bilang tahun depan pengen ke Sligo. Semoga tahun depan bisa cerita tentang Sligo ya.
Salam….
Wah menarik sekali informasi tentang irlandianya mba… Mba sekarang menetap disana? Wah pasti senang. Sejujurnya saya suka banget irlandia dari folk musicnya. The Corrs favorit saya 🙂 irish music bikin saya semangat terus. Tolong bahas tentang musik irlandia ya mba 🙂
Salam….
Menarik sekali informasi tentang irlandinya. Mba sekarang menetap disana? Wah pasti senang 🙂 sejujurnya saya pengen bgt ke irlandia. Pertama kali jatuh cinta sama folk music nya. The corrs favorit saya. Musik irlandia bikin saya semangat setiap hari. Tolong tulis info tentang musik irlandia ya mba 🙂
Hi Chita, salam kenal. Saya di Jakarta belum menetap di Irlandia. Musik Irlandia nanti saya coba tulis ya. Saya tak terlalu memperhatikan soalnya.
Btw, Irlandia punya band namanya Keywest yang lagi naik daun dan mereka suka ngamen di Grafton’s street, jalanan Dublin yang terkenal.
Hi mbk tjetje,,ini postingn yg sy cari2,,sy udh prnh bca dulu tp mau komen gk bs wktu itu gk tau knpa,,n baru ktemu ini,,ju2r msh agak kbingungan klo ttg blog2 gni,,hrp mklum y mbk 🙂 skrg mau mnyampaikn uneg2 sy,,
1.mau nanya itu dublinny mna mbk.??,apa yg mbk tjetje blg kmrn Smithfield itu.??,tp sy cari di gugel maps dtunjukinny di pusat kotany tu mbk,,
2.pdang rumput nan luas di eire itu emgny ada yg pny y mbk,,kok rumputny trlht rapi kyk rumput taman trs yg bkin sy heran di eire lahan kosong tu kok bs brtahan smpe 10thn lbh y mbk,,coba klo di Indo dlm jangka wktu sgitu psti udh jd bngunan,,ntah itu buat prtokoan/rmh,,sy tauny kan dr vcd wl jg mbk,,vcd itu dbuat thn 1999,,n skrg sy cek di gugel maps y msh gtu2 aj keadaanny,,itu yg sy liat di pinggiran kotany,,klo di pusat kotany sih kurang tau jg,,
Utk sementara itu aj prtnyn sy mbk,,mhn mf klo ada salah2 kata,,mksh mbk tjetje… 🙂
Mba, boleh minta tolong bahas Sligo? Saya ingin tahu banyak Sligo. Karena Westlife dari situ asalanya. Trims
Banyak banget yang minta bahas Sligo, saya belum sempat kesana, tapi waktu itu sempet samprokan sama anggota Westlife, terus saya gak ngeh aja. Wong udah tua.