Tentang Keperawanan

Beberapa waktu lalu saya menguping obrolan sore pria-pria. Salah satu dari mereka berbicara tentang perempuan dan keperawanan (dan bagaimana ia mengambil manfaat dari perempuan yang sudah aktif secara seksual, tetapi tetap menginginkan perempuan yang masih perawan sebagai pasangan hidup). Obrolan itu dipenuhi dengan label-label negatif serta pandangan kejam terdap perempuan yang sudan aktif secara seksual (dan belum resmi kawin).  Soal moral juga menjadi bahan pembahasan, moral perempuan tentunya, karena pria ‘tak pernah dihakimi moralnya’.

Label-label kejam yang diberikan termasuk penyamaan perempuan dengan barang yang dianggap bekas pakai sungguhlah sebuah hal yang tak enak didengarkan. Anggapan tentang barang bekas ini berhubungan dengan mitos bahwa perempuan yang masih perawan, selaput daranya masih utuh dan mengeluarkan darah saat coitus. Banyak orang yang menganggap bahwa keperawanan itu identik dengan hymen ataupun selaput darah (ada juga yang menganggap keperawanan tidak pernah bersetubuh). Sungguh kepercayaan yang salah kaprah karena hymen bisa saja rusak karena olahraga seperti berkuda, panjat tebing atau bahkan aktivitas lainnya. Sialnya, mereka belum aktif secara seksual bisa kena getahnya gara-gara setitik darah.

Selain dianggap sebagai barang (bekas pula), mereka yang aktif secara seksual juga dianggap murahan dan tak bermoral. Murahan didefinisikan sebagai mudah dibawa ke atas tempat tidur. Yang menyedihkan, hanya perempuan yang dianggap buruk, sementara pria-pria ‘hanya dianggap nakal’. Tak ada yang memasang ‘label’ mahal, apalagi murah. Konon katanya perempuan itu dianggap lebih berharga dalam lingkungan sosial kita, makanya perlu dijaga kehormatannya. Ketika tak terjaga, maka perempuan dilabeli murahan (dan mahal). Bagi saya, perempuan dan pria itu sejatinya sama-sama berharga. Harusnya masyarakat juga adil, ketika sebagian perempuan dianggap murahan, sudah seharusnya sebagian pria dianggap murahan juga.

Pembicaraan sore yang ajaib itu sebenarnya bisa kita temui di banyak kesempatan dan tak hanya pria yang berbicara mengenai hal seperti itu. Perempuan pun tak kalah kejam kalau ngebahas mereka yang sudah tak perawan. Labelnya sama, malah kadang suka lebih kejam karena satu merasa lebih terhormat daripada yang lainnya. Lalu bisa dijamin ceritanya akan menyebar kemana-mana lengkap dengan jumlah pria yang sudah ditiduri. Setelah itu jangan tanya, sepintar apapun sang perempuan dia akan dilabeli ‘murahan’ hanya karena memilih aktif secara seksual. Sementara mereka yang sampai usia tertentu masih belum aktif secara seksual, apalagi jika emosional, alamat bakal dibicarakan tak tenang karena belum melakukan coitus.

hymen

Obsesi kita terhadap hymen nampaknya berlebihan, mending kalau hanya dengan hymen sendiri, tapi kalau sampai negara ngurusin selaput dara orang lain itu rasanya gila. Di banyak instasi, terutama yang berhubungan dengan keamanan negara, hymen menjadi salah satu satu bahan pemeriksaan dalam seleksi penerimaan. Perempuan harus rela ‘mahkotanya’ di cek, lalu di dokumentasikan ke atas kertas. Bahkan, tak hanya mereka yang ingin mengabdi kepada negara yang harus dicek. Mereka yang ingin menjadi istri tentara pun harus melewati test semacam ini. Ada yang merasa bahagia dan bangga setelah berhasil melewati tes ini, bangga karena bisa membuktikan keteguhan hatinya untuk menjaga kesuciannya. Good for her. Saya pribadi, jika disuruh menjalani tes ini akan merasa sangat terlecehkan, karena kualitas saya ada di dalam kepala, bukan diapit dua kaki saya.

Saking sukanya ngurusin selangkangan orang lain, media kita juga tak malu-malu memberitakan artis A, B, C melakukan operasi untuk ‘mengembalikan keperawanannya’. Sungguh pemberitaan yang tak ada nilai manfaat dan tak menunjukkan kualitas sebagian media kita. Saya lebih tak paham lagi kenapa para artis ini sibuk menceritakan selangkangannya ketimbang pecapaiannya. Oh mungkin tak ada penghargaan yang bisa diceritakan.

Kita bukan satu-satunya yang suka ngurusin keperawanan lho. Di Afrika sana banyak pria yang memperkosa perempuan-perempuan muda karena ada kepercayaan bahwa berhubungan dengan perempuan yang masih virgin akan menjauhkan dari HIV/AIDS. Perempuan-perempuan di banyak negara juga banyak yang mengalami nasib tragis karena dibunuh atas nama honour killing, salah satu alasannya ketika membawa malu keluarga karena tidak lagi perawan.

Kami, yang memiliki pasangan asing, juga tak terlepas dari obsesi orang lain. Saya setidaknya pernah menerima pertanyaan apakah saya masih perawan atau tidak? Sayangnya pertanyaan ini tidak datang dari dokter yang sedang mendiagnosa. Pertanyaan itu bagi saya sangat mengganggu karena terlalu pribadi.

Sopankah bertanya tentang keperawanan orang lain? Kalapun kalian bertanya, kenapa?

xx,
Tjetje
Postingan lama tentang pertanyaan pribadi bisa dibaca disini

87 thoughts on “Tentang Keperawanan

  1. Belum pernah kepikiran dan memang tidak terpikir akan menanyakan keperawanan karena aku tidak akan suka kalau ditanya hal yang sama, jadi tidak akan menanyakan hal itu juga ke orang lain. Meskipun yaaa tetap saja ada yang nanya “den, pas malam pertama masih berdarah ga? Atau jangan2 sudah DP duluan. Bule kan seneng DP duluan” duh mulutnya minta diplester!!
    Bukan masalah sopan atau tidak. Tapi masing-masing orang kan punya pilihan hidupnya sendiri. Dan kalaupun sudah tidak perawan, terus kenapa? Kalau perawan trus kenapa? Aku tetap ga habis pikir antara hubungan perawan tidaknya dengan persyaratan masuk sekolah atau instansi lainnya. Ngomongin moral? Moral macam apa yang ingin dikejar oleh segelintir kepentingan dinegara ini.

    • Wah Den aku prihatin kamu dikomentarin begitu. Untungnya gak ada yang reseh nanya soal malam pertama sama aku.

      Konon ya untuk istri-istri itu untuk membuktikan bahwa mereka bisa mengontrol diri, jadi nanti kalau ditinggal pasangannya ke medan perang gak akan macam-macam.

  2. Ini serius tanya ya Tje, apakah pemerintah Indonesia ditanya secara resmi oleh lembaga HAM? Ini kan menyangkut HAM, my body my choice. Aku prihatin dengan obsesi ke selaput dara ini. Standar ganda dan yang dirugikan selalu perempuan.

    • Tahun lalu tuh yang heboh Polwan test keperawanan Mbak kalau gak salah ada satu human rights intitusi yang bikin report. Tapi Indonesia mah kalau gitu gak begitu digubris, heboh sebentar terus tenggelam lagi. Katanya sih mau dihapuskan, tapi aku gak tahu akankah dihapuskan atau tidak. Yang belum kejamah nih TNI Mbak.

      Harusnya dokter-dokter itu menolak melakukan test tersebut.

    • My body my choice? Our body is belong to god…..kita hanya di amanatkan utk menggunakannya….jd jgn sombong…patuhi sang khalik

      • My body my choice itu memberikan kebebasan dan penghormatan. Kalau orangnya memilih untuk mengikuti aturan sosial dan agama, tentunya hal tersebut merupakan pilihan. Intinya ada pada pilihan terhadap pemilik tubuh. Bukan sosial, apalagi pria yang boleh mengatur tubuh perempuan.

      • Jika anda tidak setuju dengan pendapat saya, silahkan tulis pendapat anda pribadi tanpa menyebut saya sombong. Anda tidak kenal saya, hanya berdasarkan membaca komen saya diatas mencap saya sombong? Hebat sekali. Hormati beda pendapat, itu etiket berdiskusi.

        Seperti Ailtje jelaskan diatas, artikel ini membahas, pria tidak berhak mengatur apa yang perempuan lakukan dengan tubuhnya.

  3. Menurut saya karena di umumnya budaya kita, laki2 nakal = wajar. Sementara, perempuan nakal = hina. Untuk saya pribadi anti nanya soal keperawanan lha wong kadang suka penasaran dengan penyimpangan seksual beberapa temen laki2 tp saya pendam aja. Kalopun benar menyimpang, urusan dialah. Tes keperawanan pun saya tidak setuju, lebih baik tes otak dan kemampuan dibanding untuk bisa masuk institusi penegak hukum “wani piro?”

  4. Ngga pernah nanya dan ngga pernah ditanya soal keperawanan mba Tje..

    Tp malah ada kerabat yg nanya. “Jadi sekarang selingkuhanmu siapa?”. Saya cm bisa melongo.. Walaupun ttp dlm konteks becanda.. Tetep aja..

  5. Sempat juga wktu itu anak sekolah yg smp or sma juga mau tes keperawanan. Udah kurang banyak permasalahan di negara kita ini..sampe semua mau dirusin. Trua ya..lagi2 yg jdnkorban ya perempuan. Lagi2 yg ga perjaka itu ga kenapa2 ya. Hmmm

  6. Hahahaha. Saya juga ngerasa aneh kalo ngomongin keperawanan dan laki-laki minta calon pasangannya perawan (in terms of setitik darah lalalala) padahal dia sendiri (laki-laki) hampir bisa dipastikan tidak perjaka. Paling nggak keperjakaan sudah hilang di tangan sendiri. Memang masyarakat kita masih lebih suka ngurusin selangkangan dibanding isi kepala. Sigh.

  7. aku pun sempet kaget mbak Tjetje saat temenku cerita kalau mau nikah sama TNI aja sampai ada tes keperawanan segala.
    Aku ga pernah nanya soal keperawanan ini. Terlalu pribadi dan ga perlu lah ngurus-ngurusin soal begini.
    Baca tulisan ini makin kaget dan sedih, karena ternyata banyak juga instansi yang meminta tes keperawanan 😦

  8. nggak sopan mba menurutku nanya perawan nggaknya orang lain. pribadi banget. kecuali orangnya emang mau cerita, buatku kalau gitu memang dah seharusnya kita sediakan kuping buat mendengarkan apalagi ceritanya curhat bukan yg kemana-mana. aku lebih sebel baca intronya mba, emang sering ya perempuan dianggap barang. terlalu dipojokkan sementara untuk hal yang sama kalau laki-laki sah-sah saja. suka nggak terima aku

    • Aku geram dengan kejadian itu Elly, dan pembicaraan yang aku dengarkan itu hampir setiap hari pada jam yang sama. Dari perempuan dianggap komoditi, tipe-tipe perempuan yang bisa dengan mudahnya dibawa ke atas tempat tidur sampai kerdus (kerudung dusta).

  9. Aku gak pernah nanya seperti ini dan (untungnya) gak pernah ditanya mungkin karena aku orangnya galak dan bisa nyakar kalau ditanya seperti ini 😀 Tapi ya gitu deh masyarakat kita….kata “privacy” gak ada dalam kamus mereka 😦

  10. dulu pernah berfikir kok cewek mau ya diajak berhubungan badan sebelum menikah? bukan sok suci atau punya ‘moral’ tinggi, tapi karena memang bingung di mana letak daya tarik laki-laki sampai perempuan mau ‘berkorban’ (sudah sering dengar dr kecil pas cowok-cowok bergosip ttg pacar aka ‘conquest’ mereka) hati dan bodi, apalagi kalo ga sampai menikah. makanya jadi punya prinsip no sex before married. eh ternyata itu adalah side effect orientasi seksualku, or the lack of it.
    kalo soal tes keperawanan, aku rasa itu cuma untuk menunjukkan kekuasaan kaum laki-laki. angkatan bersenjata itu kan itungannya milik pria, jadi kalau ada yang mau ikutan mesti ikut peraturan mereka dan satu-satunya hal yang bisa memperlihatkan kedigdayaan kaum pria adalah me’reduce’ kemampuan dan ‘harga’ seorang wanita pada satu hal yang bahkan tidak ada standarnya.

    • Kalau ada perempuan yang memutuskan untuk aktif secara seksual concernku hanya satu, apakah mereka punya cukup pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
      Soal tes keperawanan, jangan sampai yang bikin aturan adalah perempuan. Minta ngajak ribut namanya.

      Eh tapi dulu ada temen yang selalu dicek keperawanannya sama ibunya secara reguler.

      • ini mah mak nya parah banget… Sampe rutin dicek…ckck

        pertama artinya di ga percaya sama pergaulan anak sendiri (mungkin ada beberapa faktor penyebabnya).

        Yang kedua si mak juga ngga percaya dengan dirinya sendiri.

  11. saya nggak pernah tanya yang begituan, karena itu memang privasi seseorang, terlalu pribadi, kebanyakan mereka malah bertanya hal itu knp saya huehehehe suweee, padahal saya nggak pernah tanya2 gitu, ish sebel 🙂

  12. Hehe… Aku klo ke cewek gak pernah nanya, biasanya dy yg cerita duluan… Klo cowok pernaaah,,, krn pgn tau dy udah berpengalaman atau blm, dan nyesel apa nggak.. Bkn krn iseng, tp krn butuh.. Klo dy udah pengalaman dan tobat (tau itu salah dan gak mw ngelakuin lg) aku gak mpermasalahkan.. Yg penting bgmn dy skrg bukan yg lalu…
    *hhhm, ini ketauan kan nanya krn hal apa.. :p

  13. Kemaren sempet mikir ini tes apa akal2an yang korupsi aja ya? this silly test is not even real test. Daripada ngada2 gitu mending uangnya dipake buat female army/police health care fund, ya tak?

    komen buat orang2 yang masih aja ngurusin selangkangan orang lain sih cuma satu: people, please grow up.

  14. Aku sih gak mau tanya2 mbak. Gak sopan aja rasanya. Cuma mang dah ada dalam pikiran banyak yang dah gak. Stigma gak bener sih dalam pikiranku. Maaf ya.
    Ya kekepoan orang kadang dah gak bisa diterima akal mbak.

  15. Ga sopan menurutku, terlalu pribadi. Setuju prinsip mbak, kualitas perempuan ada di kepala, hati, bukan di antara selangkangan. Belum pernah ada yg nanya sih meski suami bule jg. Mungkin karena ga tinggal di Indonesia ya, jadi kemungkinan kecil terlibat percakapan seperti itu.

  16. Sedih banget, tapi inilah kenyataannya. Konon dimasa mendatang akan ada tes kepegawaian masuk Smp. Jadi makin bingung…..
    Untungnya ga ada orang yg pernah nanya tentang soal itu ke aku, atau masalah malam pertama…. Btw orang yg nanya urusan gitu, kok bisa sih?

  17. saya pernah punya teman jaman Baru lulus SMA dulu mbak, dia mau ikut tes polwan dan dia bilang harus tes keperawanan juga, saya waktu itu karena belum tau kalo ada tes2 keperawanan langsung kaget loh kok pake di tes segala, kalo saya pasti gak mau, kan malu banget ya kalo harus di cek2 gitu (namanya juga masih kecil ya waktu itu) 🙂

      • Jadi tradisi nya sebenernya udah berpuluh2 tahun? astagaa kok ngga maju2 😦 harusnya effort untuk segala tes dan memperdebatkan keperawanan bisa dialihkan ke hal lain yang lebih membangun ya gak…?

  18. Buat gw, keperawanan adlh sebuah mahkota, makanya wajib diberikan pd orang yg sangat2 berharga, wich is suami yg diharapkan akan mnjadi pendamping dunia aķhirat. Tapi, klo sampe pernah “kecolongan” krn khilaf atwpun apalah, itu hanya wajib diperbaiki utk bersikap lebih bijak. Move on, lebih menghargai diri sendiri dg memperlakukannya lebih baik. Dan btw, perawan atw nggak, sebaiknya utk diketahui sendiri, private, dan bukan utk dibicarakan sih, kecuali utk masalah kesehatan atw perkara kriminal.

    • Nah definisi keperawanan itu ada dua, yang satu selaput yang satu belum berhubungan seksual sama sekali. Kalau didefinisikan yang pertama agak repot dan ini yg dicek sama dokter. Padahal belum tentu orang itu aktif secara seksual, bisa jadi selaputnya rusak karena tampon atau panjat pinang. Konon kelihatan sih rusak karena penis dan karena yang lain.

      Btw, perempuan yang memilih aktif secara seksual bukan berarti tak menghargai dirinya lho. Hubungan seksual bisa dianggap sebagai bentuk penghargaan terhadap kebutuhan seksualnya.

      • Tjee, gw minta maaf deh kalo salah komen. Sedih krn mungkin jadi holier than thou ya, walopun gw rasa komen gw gak ngejudge perempuan yg gak perawan, karena buat gw, yg penting ya penghargaan thd dirinya itu sendiri gmn.
        Eh, rumit ya..
        Pokoke maturnuwun wes sudah boleh komen.

  19. Aku rasa ini juga karena ke-lebay-an kebanyakan orang Indonesia, maklum karena kita dari society yang “tertutup” sehingga selaput dibilang mahkota (lihat komen diatas). Itu anatomi, kebetulan perempuan ada selaputnya, sementara laki2 ngga ada. Pelajaran biologi, titik.

    Toh seperti yang kamu bahas diatas selaput itu bisa robek karena banyak alasan, olahraga, sepeda, whatever lah. Whatever it is, it is none of anybody’s business. Gitu aja. Titik.

    • Dan ga semua perempuan punya selaput dara, ada yang tak punya sama sekali. Gue baru ngeh, ini tertutup maksudnya menutupi bahasa sesungguhnya dengan kiasan ya. Kayak penis jadi titit ya? Mahkota kejepit Va 🙂

      • Betul. Tapi soal pelabelan kelamin ini sempet dibahas juga disini kapan hari, soalnya di Denmark sendiri nggak pernah ada nama offisiel untuk alat kelamin (kecuali nama anatomi : penis, vagina). Adanya justru label yang dipake untuk anak2 (tissemænd – peeing husband – penis, tissekone – peeing wife – vagina). Lucu ya, negara yang terbuka soal seks disini juga masih kaya gitu ternyata. Entahlah.

        Walaupun kadang pembahasan seks untuk anak kecil disini kadang2 bikin “wow” juga http://www.thelocal.dk/20150515/lets-talk-about-sex-the-danish-way

  20. Huaaa tulisannya mirip2 sama postinganku mbak, coba mampir deh aku lg ga bisa kasih linknya krn online via hape 😀 hohoho. Anw bbrp point yg sama jg ada di postinganku, yaitu:
    1. Kenapa hanya memperhitungkan keperawanan tnp keperjakaan?
    2. Perempuan bukanlah barang yg begitu segel (selaput dara)-nya sudah terbuka, jd turun harga.
    Kesel bgt 😦
    Aku jg ga terlalu suka ngomongin keperawanan perempuan lain kecuali kalo emg ada yg curhat sm aku. Palingan aku bilangin, “hati2 jaga kesehatan..” gitu aja.

    • Idem. Jaga kesehatan, practice safe sex biar ga hamil atau ketularan penyakit kelamin (amit2!). Itu yang mestinya diperlukan untuk kampanye, bukan holier-than-thou yang ngejudge orang lain.

  21. Hi mba,salam kenal.
    Gatel banget rasanya aku mau komen,hehe.
    Aku sih secara pribadi belum pernah nanya dan ditanya masalah keperawanan ini,tapi aku punya cerita ktk ngobrol dgn temen dia WNA asal inggris terus ngomong gini “heran deh kenapa orang indonesia suka gossip?ga ada kerjaan lain ya?sampai masalah keperawanan aja diurusin,itu kan masalah pribadi,laki-laki aja pas nikah ga ada yg virgin,kenapa wanita harus?mind your own business lah”(ini cowok loh yang ngomong)

    • Hi Neni, salam kenal. Orang asing juga bergosip kok, tapi konten gosip ya berbeda, nggak ngurusin badan orang. Sejauh ini kalau gosipan ga pernah jauh dari kompetensi orang. Mungkin orang Inggris ga bergosip ya, aku ga punya pengalaman ngegosip sama mereka 🙂

  22. ini sering saya bahas sama karib saya, karena teman cowoknya nuntut dapat cewe perawan sedangkan si cowo sendiri… ih gedeg banget begitu mah. teman SMA saya yang sekarang bekerja di “keamanan negara” cerita loh soal test keperawanan itu

  23. Masalah keperawanan ini, aku cuma gak habis pikir sama orang yang ngomongin orang lain mengenai keperawanan nya yg sudah hilang..apa untung nya buat dia coba, toh gak bakal membuat mereka rugi juga dan efek nya membuat perempuan yg di omongin ini tertekan secara fisik maupun moral..padahal isi otak orang yg ngomongin ini belum tentu lebih berkualitas dr pada perempuan itu ya mba
    Btw, nice post mba 🙂

  24. One word Mba: KEPO!

    Dulu aku inget di fb ada beberapa tahun lalu seseorang yg tulis:”orang yang hamil diluar nikah itu SAMPAH”. Aku kaget deh. Kalau perempuannya korban pemerkosaan gimana? Apa itu salah mereka? Apa mereka harus dinikahi pemerkosanya? (Dulu sempet terjadi tahun ini kan?) shock. Kok kesannya primitif banget yak.

    Women should be judged by their capability, not by their sexuality.

Leave a reply to Binibule.com [Tjetje] Cancel reply