Bagi saya, melakukan pencarian melalui google merupakan kebebasan masing-masing individu, tapi sebagai manusia saya tak tahan tak bisa tertawa (dan juga prihatin) membaca beberapa kata kunci yang ajaib. Tahun 2015 ini, search term masih tetap dihiasi dengan para bule hunter, baik perempuan maupun pria, dengan kata kunci: tante bule, bule perempuan, hingga punya istri bule dan tentunya PIN BB bule.

Ilustrasi diambil dari google
Masih juga ya rajin nyari PIN BB bule dan masih juga pakai blackberry. Daripada repot googling cari PIN dan gak dapat, bukankah mendingan keluar rumah, menjalin pertemanan dan membuka jaringan yang luas. Kalau emang ngebet banget pengen dapat bule, mbok ya pakai usaha sedikit yang lebih keras dari sekedar googling. Kalau perlu nongkrong di kantor-kantor imigrasi.
Selain urusan pacar bule, ada banyak search term lucu-lucu yang seperti biasa akan saya komentari dan saya jawab. Semoga mereka yang pernah googling dengan kata-kata ini kembali melakukannya dan bisa menemukan jawabannya.
Rumah di Eropa kok bagus?
Saya tak tahu apa definisi rumah bagus. Mungkin saja rumah bagus adalah rumah-rumah yang dilihat di televisi ataupun foto-foto cantik lainnya. Gambar-gambar cantik tersebut tentunya kurang menggambarkan keseluruhan kondisi sosial semua masyarakat di Eropa, terutama yang berada di kawasan rumah-rumah sosial dan bergantung pada tunjangan sosial.
Jika dibandingan dengan di Indonesia, pembangunan rumah disini, terutama di daerah perkotaan, memang lebih tertata. Jauh berbeda dengan rumah di Indonesia yang dibangun secara mencicil ketika ada kayu ataupun semen. Tapi percayalah rumah yang berantakan, yang dalamnya gak karu-karuan ada banyak. Padahal rumah di Eropa itu relatif kecil (jadi lebih mudah dibersihkan) jika dibandingkan dengan rumah-rumah di Amerika. Orang tak punya rumah di negera-negara Eropa, apalagi di Dublin, juga banyak. Baca postingan ini kalau tak percaya.
Kenapa bule susah diajak nikah
Sebab bule bukan orang Indonesia yang gerah sendiri lalu cepet-cepet kawin karena kupingnya panas keseringan disindir soal usia yang sudah di atas 25 tahun tapi belum ada “yang ngurusin”. Keputusan untuk kawin itu mesti dipikirkan dengan matang-matang dan gak asal kawin karena usia udah mendekati kepala 3. Lagipula, biaya kawinan itu tak murah, sehingga perlu dipersiapkan dari jauh-jauh hari sebelumnya. Dalam budaya barat jarang sekali yang mengenal gotong royong Engkong, Tante, Encing, apalagi rekanan bisnis untuk bayar biaya kawinan.
Bagi bule yang memiliki pasangan dengan kewarganegaran berbeda, perkawinan juga mesti disiapkan dengan matang, apalagi jika menyangkut visa. Baru kenal dua hari, dua minggu, atau bahkan dua bulan lalu kawin, akan menjadi pertanyaan besar bagi kantor imigrasi di negara-negara tertentu. Akibatnya, kesulitan mendapatkan visa tinggal. Biaya visa juga bukan hal yang murah, apalagi bagi mereka yang memiliki pasangan orang Australia. Silahkan digoogle berapa biaya visa spouse untuk yang pasangannya orang Australia.
Menikah dengan bule yang lebih tua 30 tahun
Kalau memang mau kawin dengan orang yang usianya di atas tiga puluh tahun dan siap dengan segala tantangannya kenapa tidak? Tantangannya aneka rupa, dari mulai dilihatin orang setiap saat karena disangka bapak dan anak, dihujat karena tidak pantas bagi sebagian masyarakat, dituduh matre, hingga tantangan internal seperti beda pemikiran dan selera hingga tiga dekade. Yang satu generasi saja sering beda, apalagi yang bedanya tiga dekade. Pikirkan juga nanti orang tua manggil menantunya apa? Nggak mungkin manggil nak kan kalau umurnya sepantaran.
Jampi-jampi biar tidak di keluarkan dari pekerjaan
Dari semua search term, ini yang paling epic. Siapapun yang melakukan ini, saya sungguh salut dengan segala idenya. Sebagai hadiah, saya beri jampi-jampi yang paling mujarab. Sebelum baca jampi-jampi ini, sediakan cermin yang sudah di lap dengan kain bersih, semakin besar cerminnya juga semakin bagus. Lalu lihat baik-baik wajah di cermin tersebut sambil ucapkan jampi-jampi ini:
“Duhai segala kekuatan di muka bumi ini, berikanlah saya kemampuan untuk bekerja dengan baik. Berikanlah saya kemampuan untuk fokus bekerja dan tidak sibuk cari jampi-jampi di internet, buka-buka facebook, twitter, mainan candy crush, apalagi baca blog binibule saat jam kerja. Jauhkanlah saya dari rekan kerja yang suka buang-buang waktu dengan ngerumpi tak jelas tentang gosip kantor. Kalaupun saya melakukan hal tersebut di atas, jangan biarkan atasan saya mengetahui, apalagi orang IT yang bisa baca sejarah penggunaan internet di masing-masing komputer ”
Dasar kempluk* jaman kayak gini kok masih nyari jampi-jampi. Nyarinya pun di internet. Kalau mau nyari jampi-jampi itu modal sedikit lah ke Ki Joko Bodo atau para Ki-Ki yang lainnya.
Selamat hari Senin, habis ini libur. Hore!!!
Xx,
Tjetje
*kempluk: Bahasa Jawa yang tak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.