Cerita Badai Salju di Dublin

[TLDR; Tulisan ini panjang]

Dari hari Senin kemarin berita badai akan datang di Irlandia sudah mulai ramai di mana-mana. Penduduk Irlandia juga panik berat hingga kemudian memborong segala macam makanan dari supermarket, utamanya roti dan susu. Gak di Irlandia gak di Indonesia, kelakuan manusia sama saja.

Stok susu habis diborong, begitu juga dengan daging, ikan, roti dan telur

Beruntung saya bisa hidup tanpa keduanya tapi tetap saja, Senin malam itu saya harus keliling mencari stok makanan. Malam itu memang kulkas kami kosong, jadi mau tak mau harus beli makanan. Saya pun akhirnya menemukan banyak makanan di Tesco lokal dan membeli secukupnya untuk beberapa makan malam saja serta air putih. Parno, takut pipa air beku.

Hari Selasa cuaca di Dublin begitu Indah, matahari bersinar terang dan suasananya kalem sekali. Suasana ini yang disebut calm before the storm. Kantor sendiri juga masih berjalan normal.

Rabu pagi saya bangun pagi sekali dan semua pemandangan jadi putih, tertutup salju. Hati saya riang gembira, bukan karena salju (saya bukan penyuka salju) tapi karena red warning dari pemerintah. Artinya, kami tak boleh kemana-mana dan tak perlu ke kantor. Pagi itu saya habiskan untuk keliling kompleks mengecek ketinggian salju, membersihkan rumah, beres-beres setrikaan, baca buku, nonton Netflix, baca buku hingga tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Baru satu hari saja, saya sudah bosan dikurung di dalam rumah.

Kamis pagi, salju sisa kemarin mulai tinggi lagi. Pemerintah sendiri menyerukan orang-orang harus berada di dalam rumah pada pukul 4 sore. Saya yang gerah di dalam rumah pun berjalan ke toko lokal tanpa ada niatan untuk belanja. Ternyata di toko lokal terjadi kehebohan, orang pada borong roti yang baru tiba. Dan antriannya mengular panjang sampai mengelilingi dalam toko. Panik rupanya. Tetangga saya bahkan ada yang membeli 10 bungkus roti (dan masuk TV). Roti segitu banyaknya mau dibuat apa?

Krisis roti: truk ini menjadi pemandangan indah

Urung membeli roti, saya keluar ke apotek langganan mertua untuk mengambil obat beliau. Rasanya sedih gitu ketika masuk apotek ada seorang Ibu-ibu agak tua yang kakinya patah harus mengambil obat ke apotek. Jasa layanan antar di apotek ini terpaksa dihentikan karena sang pengantar tak tercover oleh asuransi.

Menariknya, di belakang apotek ini terdapat pub lokal yang tentunya buka dan tak peminatnya tak surut. Sementara chipper (istilah lokal untuk warung yang jual kentang, burger, dan gorengan lain) bersiap untuk buka. Hujan badai, alkohol dan kentang tetaplah barang penting di sini.

Prioritas di Irlandia: bir dan wine!! Padahal antrian lumayan panjang

Hari Jumat situasinya masih sama dan kami yang terkena cabin fever ini memaksakan untuk keluar demi mendapatkan udara segar. Kami kembali lagi ke supermarket lokal dengan antrian panjang, hanya karena ingin mengambil foto. Rupanya antriannya sudah mencapai luar supermarket. Duh tak terbayang stressnya para pegawai.

img_4018-1

Orang-orang yang heboh antri di supermarket.

Begitu hari Sabtu tiba, kami keluar rumah pagi-pagi demi mencari bahan pangan. Ternyata di kompleks sebelah, saljunya tak kalah parah dan beberapa kendaraan harus ditinggalkan dipinggir jalan. Stasiun tram sendiri tertutup salju dan tak bisa dilewati tram.

Stasiun tram yang terendam salju hingga lebih dari 60 cm.

Supermarket yang kami pilih agak jauh, sekitar 20 menit jalan dan ternyata buka dengan jam normal, karena red warning juga telah berubah menjadi oranye. Oranye artinya kami sudah boleh keluar rumah. Saya berhasil membeli beberapa bahan makanan, baik untuk saya maupun untuk mertua yang tinggal tak jauh. Antrian kasirnya juga tak begitu panjang.

img_4041

Mobil yang diterlantarkan karena jalanan tak bisa dilewati lagi.

Bagi banyak orang yang tinggal di negeri salju mungkin badai salju ini sebuah hal yang biasa. Di Irlandia, negaranya tak sesiap negara lain dalam menghadapi salju. Begitu salju besar turun, dipastikan layanan publik, terutama transportasi akan melayani secara terbatas atau berhenti. Penerbangan dibatalkan, sekolah dan penitipan anak tutup, sementara petugas kesehatan terpaksa tidur di rumah sakit demi melayani masyarakat. Di beberapa tempat bahkan listrik tak tersedia. Aduh gak kebayang deh dinginnya.

Superheroes!

Penjarahan juga terjadi sekitar 15 menit dari wilayah kami tinggal. Tak tanggung-tanggung, mereka menjarah lemari besi Lidl (supermarket murah dari Jerman) dan kemudian menghancurkan Lidl dengan mesin besar yang mereka curi dari lokasi pembangunan tak jauh dari TKP. Di wilayah yang sama, mobil-mobil yang diparkir juga dibakar. Gak di Indonesia, gak di Irlandia, anarkismenya sama saja.

Bosan di dalam rumah, bikin snowman deh

Ketika tulisan ini ditulis, salju sudah berhenti turun dan mulai mencair. Yang tersisa sekarang hanya becek, salju yang bercampur tanah kotor dan tentunya kerja keras untuk menyekopi salju tersebut. Satu kompleks kami keluar rumah, kerja bakti tanpa ada yang mengkomando. Saya juga sesiangan ikut menyekop salju. Untung ya di Irlandia ini badai salju cuma datang sesekali dalam satu dekade.

Hari Minggu, jalanan besar mulai dibersihkan.

Tapi kerja keras kami untuk membersihkan salju ini tak ada apa-apanya dibandingkan para pekerja emergency dan kesehatan yang berjalan ke rumah sakit demi menjalankan tugas. Juga para pekerja supermarket yang harus berhadapan dengan kepanikan massa. Mereka adalah pahlawan!

Salju di halaman depan rumah kami. Perjuangan banget untuk keluar dari pintu utama.

Selamat hari Senin kawan, kalian sudah pernah terjebak badai salju? Atau mungkin terjebak banjir parah?

xx,
Tjetje

Advertisement

Tradisi Seputar Paskah di Irlandia

Selamat hari Paskah buat rekan-rekan yang merayakan.

Perayaan Paskah mengakhiri masa puasa Lent yang dimulai pada masa Rabu Abu dan berlangsung selama empat puluh hari lamanya. Satu hari sebelum Rabu Abu, dirayakan dengan makan pancake, hari ini sendiri dikenal dengan nama Pancake Tuesday (ada juga yang menyebutnya Shrove Tuesday). Menunya tentu saja pancake.

Jika di Indonesia Paskah tahun ini diwarnai dengan tanggal merah pada Jumat Agung, di Irlandia Jumat Agung bukanlah hari libur publik, tapi merupakan bank holiday (Beberapa kantor libur, tapi tak wajib libur). Tak heran jika banyak perkantoran dan toko-toko yang tetap buka. Sementara sekolah biasanya sudah libur selama dua minggu.

Jumat Agung dan alkohol

Orang-orang Irlandia itu konsumsi alkoholnya cukup tinggi, lebih dari 11 liter per kapitanya. Data juga menunjukkan bahwa satu dari lima orang tidak minum, jadi tentu saja konsumsi per kapita tentunya jauh lebih tinggi dari angka tersebut. Di Irlandia sendiri penjualan alkohol diregulasi, hanya boleh dijual setelah jam-jam tertentu. Hari Minggu misalnya, alkohol baru boleh dibeli setelah pukul 12.30.

Nah, selama 9 dekade, alkohol tak diperbolehkan dijual pada saat Jumat Agung. Hari ini menjadi satu-satunya ‘hari tanpa alkohol’. Tadinya, pada saat St. Patrick’s Day alkohol juga tak diperkenankan, tapi kemudian peraturan ini dicabut pada tahun 1960. Akibat dari pelarangan alkohol ini, pub-pub akan penuh pada hari Kamis, semua orang akan berebut minum, seakan-akan tak ada hari lain lagi untuk minum.

Salah satu ritual menarik yang dilakukan orang-orang adalah menonton turis di Temple Bar area yang kebingungan karena semua pub tutup. Yang paling kocak tentunya melihat wajah-wajah mereka yang sedang melakukan bachelor party (stag party) tanpa alkohol sama sekali. Saat Jumat Agung, Dublin memang ‘mati’. Jika penasaran, baca salah satu artikel di sini.

Pada Jumat Agung, beberapa keluarga juga punya tradisi makan cross bun, roti manis yang di atasnya diberi tanda cross, mirip salib. Tradisi ini bukan tradisi unik milik Irlandia saja, karena di berbagai belahan dunia banyak keluarga-keluarga Katolik yang makan hot cross bun. 

Saat Paskah sendiri, beberapa keluarga juga memiliki tradisi makan lamb, bayi-bayi domba yang lucu. Tiap-tiap keluarga tentunya memiliki tradisi yang berbeda, termasuk urusan pulang kampung. Yang jelas, liburan panjang seperti ini banyak keluarga yang berkumpul bersama.

Tradisi berburu coklat Paskah juga banyak dilakukan oleh keluarga-keluarga. Telur-telur coklat ini disembunyikan di berbagai sudut rumah, lalu anak-anak mencari coklat-coklat tersebut. Saya sendiri mengirimkan coklat-coklat untuk keponakan saya di Dublin. Tahun ini saya mengirim tiga keranjang. Masing-masing keranjang diisi dengan satu kelinci besar, lengkap dengan loncengnya, serta berbagai telur serta coklat mungil. Anak-anak tersebut, saya yakin, akan jadi sangat aktif (dan mungkin sakit perut) karena terlalu banyak makan coklat.

Telur sendiri konon menjadi simbol kebangkitan Yesus. Jaman saya sekolah dulu (saya bersekolah di sekolah Katolik), kegiatan menghias telur rebus menjadi kegiatan rutin dan saya selalu menghias telur saya dengan kapas dan spidol. Sederhana dan tak kreatif sama sekali. Soal hubungan Easter Bunny (hare) dan telur sendiri, sampai saat ini saya belum benar-benar ngeh dimana hubungannya. Mungkin saya sama bingungnya dengan seorang adik kecil di Skotlandia sana (lihat video di akhir tulisan ini).

Akhir pekan Paskah ditutup dengan hari libur resmi pada hari Senin. Hari Senin ini merupakan hari yang bersejarah di Irlandia, karena 101 tahun yang lalu, terjadi Easter Rising, pemberontakan dan juga pembacaan proklamasi Irlandia. Saya sendiri memilih bekerja ketimbang libur, lha mau kemana, wong kotanya ‘mati’.

Jadi bagaimana perayaan Paskah serta akhir pekan panjang kalian? 

xx,
Tjetje

[Jelajah Irlandia] Menyusuri Beara Peninsula

Sepanjang mata memandang, terhampar padang rumput hijau yang dihiasi titik-titik putih. Di salah satu sudut, titik-titik putih yang tersebar ini tiba-tiba bergerombol menuju satu sudut. Lalu domba-domba ini berpindah secara cepat menuju sisi kanan. Rupanya anjing sahabat petani sedang menggembala para domba lucu yang baunya tak selucu tubuhnya.

Beruntungnya hari itu kami disuguhi pemandangan indah dan tak sempat berpapasan dengan domba-domba yang membanjiri jalan raya, kalaupun ada, hanya satu dua ekor saja. Jika bertemu dengan segerombolan domba, bisa dipastikan kami harus mematikan mesin kendaraan dan piknik di pinggir jalan, menanti para domba-domba tersebut lewat. #IrlandiaBanget

Menuangkan tempat-tempat yang saya kunjungi ke dalam satu postingan Blog tak akan cukup, karena keindahan Cork yang luar biasa. Oleh karenanya, saya memutuskan untuk merangkumnya berdasarkan tempat yang saya kunjungi. Jika ada yang berminat mengikuti jejak saya, jangan segan untuk mengirim email ya.

Gougane Barra

Rute perjalanan kami menyusuri Beara Peninsula sedikit tak biasa, karena kami mampir dahulu ke Gougane barra untuk melihat sebuah gereja kecil yang sempat saya muat di Instagram. Gereja kecil yang hanya memiliki 5 deret bangku di sisi kanan dan kiri sangat populer untuk perkawinan karena lokasi dan juga pemandangannya yang cantik. Tak hanya kehidupan percintaan yang dimulai dari titik ini, sungai Lee yang membelah sungai Cork juga memulai perjalanannya dari desa kecil ini.

Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan betapa indah dan romantisnya gereja yang dilatarbelakangi oleh bukit-bukit batu dan juga dikelilingi danau cantik. Tak jauh dari gereja ini saya juga menemukan hamparan rumput hijau yang lagi-lagi dihiasi dengan domba-domba putih. Saya yang m mendekati mereka pun langsung menyesal karena banyak ranjau darat yang bertebaran.

Dunboy Castle 

Reruntuhan castle ini terletak di pinggir Atlantik dengan pemandangan yang lagi-lagi elok. Sayangnya reruntuhan ini tak terawat dan hanya ditemani rumput liar.

Perjuangan demi mendapatkan foto hotel bintang yang terlantar

Castle ini juga berbagi lahan dengan hotel bintang enam yang telah berubah menjadi hotel bintang redup. Konon hotel megah yang dikelilingi dengan pagar tinggi ini pembangunanya harus dihentikan karena keterbatasan biaya. Saya tak puas dengan melihat hotel dari luar dan memilih untuk loncat pagar demi melihat kecantikannya yang memudar. Untung tak ada satpam ataupun anjing penjaga yang menghentikan saya.

Allihies

Desa kecil yang merupakan desa terakhir di Beara Peninsula ini menawarkan pemandangan luar biasa. Dari atas bukit kami disambut dengan pemandangan  pegunungan hijau yang dihiasi dengan bunga-bunga berwarna ungu serta deburan ganasnya laut Atlantik. Hamparan lautan pasir putih juga menambah cantiknya pemandangan. Dari ketinggian ini ada sedikit penyesalan karena saya tak membawa DSLR saya dan hanya bermodalkan iphone, sementara sang iphone tak mampu melakukan tugasnya dengan baik untuk merekam keindahan alam Cork.

Saya terkecoh oleh butiran-butiran pasir-pasir putih yang menghampar di desa ini. Rupanya, pasir-pasir tersebut bukanlah pasir asli dari pantai, tapi hasil buangan dari penambangan tembaga. Pada tahun 1812, terdapat pertambangan tembaga di desa ini, karena desa ini memiliki tembaga terbesar di Irlandia. Pertambangan ini sendiri ditutup di tahun 1844, karena deposit tembaga yang menurun.

Sekembalinya dari desa ini, kami melewati batu misa (mass rock). Batu ini menjadi saksi bisu kekejaman pemerintah Inggris yang melarang umat Katolik di Irlandia untuk beribadah. Pada saat itu, mereka yang beragama Katolik terancam dihukum jika melakukan ibadah. Akibatnya, mereka harus beribadah di daerah terpencil, di balik bukit-bukit.

Eyeries Village

Saya menyebutnya desa Instagramable, karena desa kecil yang rapi dan bersih ini berwarna-warni dan sangat ceria. Kendati berwarna cerah dan ceria, Eyeries menawarkan hal yang tak dimiliki tempat-tempat lain: kesunyian, kesenyapan dan kesederhanaan. Di desa ini, saya hanya berpapasan dengan sapi dan juga anjing. Entah dimana para manusianya.

Dursey Island Cable Car

Pulau kecil tak berpenduduk ini dipisahkan dari pulau utama Irlandia oleh lautan kecil yang disebut sebagai Dursey Sound. Satu-satunya cara mengunjungi pulau ini hanya dengan menaiki kereta gantung tua yang penampilannya saja tak meyakinkan. Kereta gantung reyot ini juga memegang posisi penting karena merupakan satu-satunya kereta gantung di Irlandia. #NdesoBangetThoYo

Jalanan menuju area ini sendiri berliku-liku dan sangat kecil. Tak heran jika kemudian area ini sangat sepi, karena bis-bis pariwisata tak akan pernah bisa mampir ke tempat ini. Menyetir sendiri juga mengerikan, karena orang-orang di pedesaan memiliki kemampuan menyetir dengan kecepatan tinggi, tanpa takut dengan jurang terjal yang langsung menuju Atlantik. Kemampuan menyetir secara cepat ini akan berubah menjadi tak berguna ketika kendaraan berpapasan dengan traktor-traktor pertanian besar, karena tak ada ruang untuk menyalip.

MacCarty’s Pub @ Castletownbere

Melengkapi perjalanan panjang ini, kami pun mampir ke pub terkenal yang pernah dibukukan oleh Pete McCarthy. Bukunya cukup lucu dan saya rekomendasikan. Pub terbaik di tahun 2016 tak seperti pub pada umumnya. Bagian depannya toko kelontong dan bagian belakangnya pub. Rupanya pub ini sedikit berbeda karena banyaknya nelayan yang bersandar di Castletownbere dan memerlukan barang-barang kelontong.


Selain terkenal karena buku di atas, pub ini juga menjadi terkenal karena sang ayah dari pemiliknya, Dr Aidan MacCarthy. Sang dokter merupakan salah satu orang yang selamat pada saat bom atom dijatuhkan di Jepang. Dokter yang pernah dibawa pasukan Jepang ke Bandung ini membawa pulang samurai sebagai hadiah dari seorang komandan Jepang di akhir perang dunia kedua. Samurai inilah yang kemudian membawa anak-anaknya mencari tahu sang pemiliknya di Jepang sana. Tak hanya itu, samurah ini juga membuat hidup sang ayah dibukukan dan difilmkan.

Bagi saya, nilai tambah pub ini ada pada pintunya yang terbuka untuk para anjing. Anjing-anjing bebas duduk dan masuk ke dalam pub, karena sang pemilik merupakan pencinta pug. Dari begitu banyak pub yang saya kunjungi di Irlandia, baru ini saya mengenal pub yang dog friendly.

Sore itu, sekelompok orang Irlandia duduk-duduk ditemani gelas-gelas bir dan juga alat musik. Seorang bapak-bapak yang sudah cukup berumur kemudian bernyanyi dengan bahasa yang begitu asing di telinga saya, bahasa Irlandia. Dan saya pun duduk diam mendengarkan alunan musik tersebut, sambil menyesap dalam-dalam secangkir teh Irlandia yang saya pesan.

Ah tak heran jika banyak yang menyebut Cork sebagai daerah tercantik di Irlandia. Tak hanya alamnya saja yang cantik, orang-orangnya pun begitu menyenangkan dan ramah. Pada orang asing sekalipun.

xx,
Tjetje

Romantisme Tragis di Dublin Bay 

Masih dalam rangka membawa mama saja melakukan #JelajahIrlandia, kali ini kami sok romantis naik kapal menyusuri Dublin Bay dari Howth ke Dun Laoghaire. Howth sendiri merupakan sebuah area pelabuhan di County Dublin yang terkenal dengan seafoodnya. Saking terkenalnya mereka punya prawn festival.
Ada beberapa operator kapal di Howth dan pilihan kami jatuh pada Dublin Bay Cruise. Bukan hanya karena reviewnya bagus, tapi juga karena ada diskon di living social. Nah yang mau jalan-jalan ke Irlandia, kalau telaten boleh nih cari-cari disana atau di groupon karena banyak tiket murah. #BukanPesanSponsor. Ada beberapa route yang ditawarkan, selain dari Howth ke Dun Laoghaire (dua wilayah ini ada di County Dublin) ada juga route yang menawarkan perjalanan ke tengah kota Dublin dan akan berhenti persis di dekat jembatan cantik yang mirip harpa ini.

Perlu dicatat, semua turis harus booking dulu sebelumnya dan gak bisa beli tiket mendadak di tempat. Eksistensi calo tiket juga tak ditemukan. Biarpun begitu, saya masih melihat beberapa turis yang nekat ngantri dan berakhir malang, karena tak ada ruang tersisa. Bahkan ada satu keluarga yang ngotot pengen naik dengan tiket salah booking. Sang Nakhkoda tak bergeming, tak berniat melebihi muatan demi beberapa Euro karena berkaitan dengan asuransi dan keselamatan. Saya masih suka terpukau kalau urusan beginian, karena pernah naik kapal kelebihan muatan dari Tidung ke Angke dan sepanjang jalan berdoa sambil pegang life jacket.

Ketika akan menaiki kapal kami sudah diwarning dulu bahwa laut hari ini agak choppy, berombak. Tapi semua penumpang, termasuk seekor anjing, semangat luar biasa. 30 menit pertama berlangsung dengan menyenangkan. Lautnya berombak sedikit, pemandangan sangat indah.

Sayangnya saya tak bertemu anjing laut yang beberapa minggu lalu sempat diabadikan oleh mama saya. Dengan riang gembira, kami juga naik turun dek ke atas dan ke bawah untuk memotret.


Bagian atas penuh dengan turis latin Amerika yang nampaknya sedang belajar bahasa Inggris (Irlandia merupakan salah satu negara tujuan untuk belajar bahasa Inggris) sementara bagian belakang kapal dipenuhi oleh sekelompok anak muda yang sedang merayakan ulang tahun. Anak-anak muda yang sibuk minum ini juga tak segan mengeluarkan f bomb, padahal banyak keluarga dan anak kecil yang ikut perjalanan tersebut. Sungguh kurang nyaman.

Selepas 30 menit, perjalanan kami berubah menjadi mencemaskan. Dimulai dari siraman air laut ke kelompok anak-anak muda di belakang kapal. Dasar anak muda, disiram air malah seneng. Padahal air asin dan dingin itu lengket semua. Ombak kemudian mengombang-ambingkan kapal, perut mulai sedikit mual. Lalu, pemandangan horor pun terjadi. Bukan Nyi Roro Kidul yang memunculkan diri di laut Irlandia ya, tapi

petugas kapal memegang gulungan plastik dan mulai membagi-bagikan pada penumpang yang terlihat pucat pasi. Bagi saya ini pemandangan mengerikan karena tandanya akan ada kompetisi mengeluarkan isi perut.

Saya yang tadinya super pede, karena sudah mengalahkan ombak dari Ambon ke Banda (yang membuat hampir satu kapal mabuk laut), mulai ciut. Lalu ketika beberapa orang mulai mengosongkan perut, saya mulai pucat pasi. Semakin pucat ketika tahu tak ada antimo apalagi minyak angin. Tak ada abang-abang yang jual permen juga. Tak kehilangan akal, saya pun minta tobacco ke seorang pria yang sedang sibuk melinting rokok (disini buruh rokok mahal ya, jadi rokok mesti ngelinting sendiri). Ya lumayan lah buat diciumi jadi fokus kepala ke bau tembakau.

Pemandu yang berada dengan kami juga tak sibuk menerangkan apa-apa, mungkin ia mabuk laut juga. Baru di menit ke 70 atau 80 ia mulai menerangkan tentang Dun Laoghaire. Informasi yang diberikan sayangnya hanya sedikit, tak memuaskan. Kalaupun sang pemandu bicara banyak hal, mungkin juga tak ada yang peduli karena hampir semua orang sibuk menyelamatkan perutnya.

Ketika kapal bersandar, kami disambut dengan pemandangan Dun Laoghaire yang kelam seperti ini.


Mood yang sudah kelabu ini makin jelek ketika melihat cuaca yang tak bersahabat. Untungnya, hujan tak jadi turun. Dan sang Mama yang juga pernah naik kapal di beberapa lautan di Indonesia kapok, tak mau lagi naik kapal di laut Irlandia. Ketika saya menceritakan ini kepada mama mertua, mama mertua menceritakan pengalaman yang serupa. Lautan disana rupanya terkenal berombak dan bikin mual. Lesson learned, yang pengen sok romantis seperti saya, ada baiknya minum antimo dulu.

Bagaimana dengan kalian, pernah menaiki kapal dengan kondisi laut yang super memabukkan?
Xx,

Tjetje

Menengok Rumah Mewah Russborough House

Masih ingat dengan postingan saya beberapa waktu lalu tentang hutan kecil di Russborough house? Jika tak ingat, boleh ditengok di sini. Nah, akhir pekan ini, matahari bersinar sangat cerah. Wohoooo, jemuran pun bisa dibawa keluar dan ditinggal jalan-jalan dulu. #tetepYangDipikirJemuran

Memenuhi janji saya pada Mama yang kebetulan sedang liburan di Irlandia, saya pun membawa mama mengunjungi Rusbborough House. Rumahnya dikunjungi, tapi hutan  yang dipenuhi fairy doors kelupaan ditengok. Russborugh House ini merupakan rumah terpanjang di Irlandia dengan gaya Palladian yang dibangun 275 tahun yang lalu. Rumah yang super besar ini menghadap gunung Wicklow dan Blessington Lakes. Wicklow mountain terkenal sebagai tempat shooting film PS. I Love You, sementara Blessington Lakes yang juga tempat shooting film yang sama dan juga Braveheart, merupakan sebuah desa yang ditenggelamkan untuk menyediakan air minum bagi warga Dublin.

Rumahnya kepanjangan jadi hanya bisa difoto tengahnya saja.

Ada tiga keluarga yang pernah tinggal di rumah ini. Yang pertama keluarga Earls of Milltown (pada tahun 1740 – 1930), lalu rumah tersebut dibeli oleh keluarga Colonel & Maeb Daly (1931- 1951) seharga 9000 pound sterling. Lalu tahun 1952, Sir Alfred & Lady Beit yang punya bisnis berlian di Afrika Selatan membeli rumah ini. Mereka tinggal di rumah ini hingga tahun 2005, ketika ajal menjemput. Rumah ini sendiri sekarang dibuka untuk umum dan biaya pemeliharaannya didapatkan melalui The Alfred Beit Foundation.

Rumah yang memiliki 9 kamar tidur ini dibangun dengan batu granit lokal selama 10 tahun. Sementara langit-langit rumah ini sendiri dibangun selama 14 tahun. Langit-langit di rumah ini memang luar biasa kerennya dan hasil ukir-ukiran. Salah satu langit-langitnya bisa dilihat disini:

Ukir-ukiran dari langit-langit yang bulat seperti kubah ini desain untuk ruangan musik yang dilengkapi dengan dua buah piano yang kayunya pun didesain secara khusus. Uniknya, langit-langit ini didesain untuk bisa menciptakan gema suara yang tepat ketika penyanyi berdiri di tengah ruangan. Pemandu kami kemarin mempraktekkan hal tersebut, dan saya pun terbengong-bengong tak habis pikir bagaimana bisa mereka menciptakan hal tersebut.

Ruang makan super mewah. Piringnya dilukis hadiah dari Prince Wales (entah Prince Wales tahun keberapa), sementara di tengah-tengah keramiknya hadiah dari Madame Du Barry (dan ada logo sang Madame). Konon, sir Alfred Beit tertarik beli rumah ini karena lihat perapian mewah tersebut di sebuah majalah.

Rumah ini dilengkapi dengan dua wings, sisi barat dan sisi timur. Pada jamannya dulu, sayap-sayap ini digunakan untuk para pelayan. Satu sisi untuk pelayan pria dan satu sisi untuk pelayan perempuan. Pelayan pria sendiri lebih sering melayani, sementara pelayan perempuan harus membuang mukanya ketika bertemu dengan tuan rumah.

Sama seperti rumah-rumah orang kaya pada umumnya, rumah ini dihiasi dengan banyak tas Hermes lukisan. Nah salah satu ruang favorit saya adalah drawing room yang dilengkapi dengan empat lukisan karya pelukis Perancis, Claude Joseph Vernet. Lukisan berjudul, ‘Morning’, ‘Midday’, ‘Sunset’, dan ‘Night’ ini secara khusus dilukis pada sekitar tahun 1750an dan sudah berada di rumah ini selama 260 tahun terakhir.

Salah satu sudut di reading room. Di ujung, di bawah sebuah lukisan terdapat pintu yang tersembunyi. Can you spot it?

Dua hal menarik yang saya temukan disini adalah kursi tamu yang digunakan pada saat penobatan Raja George VI (Ini raja yang difilmkan di King’s Speech). Rupanya, pada saat penobatan Raja Inggris itu kursinya bisa dibawa pulang saudara-saudara. Selain itu ada juga satu set alat untuk mempelajari serangga. Alat tersebut rupanya merupakan hadiah pengantin untuk Marie Antoinette. Rupanya, Marie Antoinette itu suka mempelajari tentang serangga. Bagi saya ini menarik karena Marie Antoinette sering digambarkan sebagai perempuan yang kurang cerdas.

Perpustakaan dengan aneka rupa koleksi buku-bukunya. Konon, ruangan ini dulunya dipenuhi dengan lukisan. Pada jamannya lukisan itu menjadi simbol kekayaan sebuah keluarga.

Rumah ini sendiri sudah bolak-balik mengalami kecurian lukisan dan lukisan-lukisan yang dicuri memang bisa diambil kembali. Banyak dari lukisan tersebut kemudian didonasikan ke Galeri Nasional Irlandia. Nah, nampaknya saya harus kembali ke Galeri Nasional untuk mencari satu persatu lukisan hasil curian tersbut.

Peratan melihat serangga yang jadi hadiah perkawinan Marie Antoinette. Di atas alat ini (tak tampak di foto) ada topi yang khusus di buatkan untuk anjing! Horang kaya, anjing pun dikasih topi khusus.

Yang menyedihkan, yayasan yang berkewajiban mencari dana untuk rumah ini setiap tahunnya selalu defisit sekitar setengah juta dolar. Nampaknya, tiket masuk sebesar 12 Euro per orang, acara tahunan Russborough by candlelight serta sumbangan dari pencinta seni tak bisa mendongkrak pemasukan rumah ini. Akibatnya, beberapa lukisan dari rumah ini terpaksa dilelang dan publik Irlandia pun sudah bolak-balik ribut tapi pemerintahnya tak juga mau mendengarkan.

Salah satu sudut yang dipenuhi dengan plaster ukiran.

Oh ya Russborough by candlelight ini merupakan event tahunan dimana semua lilin-lilin dinyalakan dan kita bisa melihat sendiri betapa megahnya rumah ini di malam hari. Saya sangat ingin kembali ke rumah tersebut pada saat acara ini, karena penasaran dengan sebuah jam dinding. Jam dinding di rumah ini semuanya berasal dari Perancis dan ada sebuah jam (mungkin lebih tepatnya semacam termometer) yang khusus menunjukkan cuaca. Kemarin saat saya berkunjung, “jam” tersebut menunjukkan beau temps. Konon, jam ini memang terlihat lebih indah ketika ada lilin-lilin di bawahnya.

Suvenir: kursi. Ini bisa jadi inspirasi buat orang kaya di Indonesia. Kalau kawinan, kasih saja kursi sebagai suvenir. Biar macam raja ratu Inggris lah.

Sayangnya, tur mengelilingi Russborough House ini hanya selama satu jam saja. Bagi saya, tur tersebut tak cukup. Jika diperkenankan saya bisa menghabiskan seharian untuk memeloti semua benda-benda seni berharga yang tak ternilai harganya. Selain itu, saya juga pengen bertemu dengan hantu yang tinggal di rumah tersebut. Hantu tersebut konon sering berpindah-pindah dari kamar nomor satu hingga nomor sembilan. Jadi penasaran.

Bagaimana akhir pekan kalian?

xx,
Tjetje

Cerita menarik tentang rumah ini juga bisa ditengok di sini sementara galerinya bisa ditengok di sini.

Game of Thrones dan Irlandia Utara

Jika Irlandia terkenal dengan romantisme dan keindahan à la P.S I Love you (Braveheart, Star Wars dan sederet film lainnya) Irlandia Utara lebih dikenal sebagai rumahnya Game of Thrones. Kendati tak menggemari Game of Thrones (karena banyaknya kekerasan di dalam seri ini) kami nekat mengikuti tur khusus Game of Thrones karena tak bisa menolak iming-iming mengunjungi sudut-sudut cantik di Irlandia Utara. Seperti dark hedges ini:

IMG_7934

Deretan pohon-pohon beech ini ditanam oleh keluarga Stuart pada abad ke 18. Pada saat itu, pohon-pohon ini ditujukan untuk memukai para tamu yang akan melewati pintu masuk mansion mereka yang bergaya Georgia. Mansion ini sendiri diberi nama Gracehill House yang sayangnya tidak kami kunjungi. Sudut yang pernah dipakai shooting ini menjadi tempat favorit para turis, akibatnya jalanan ini dipenuhi turis-turis yang selfie di tengah jalan, sementara kendaraan yang akan lewat harus merayap. Coba saja kalau tempat ini ada di Indonesia, dipastikan diujung-ujung jalan ada anak-anak muda membawa tempat sampah, meminta uang kontribusi serelanya. Sementara disini: GRATIS.

Kenekatan kami dan juga Aling (celeb twitter yang dipopulerkan oleh ceritaeka.com dengan hashtag #JodohUntukAling)  mengakibatkan kami tak nyambung dengan tempat-tempat yang kami kunjungi. Tapi ya bodo amat, yang penting lokasi-lokasi yang kami kunjungi cantik walaupun agak muram durja, karena cuaca yang kurang bagus. Saking muramnya, perhentian pertama tempat Ned Stark mengeksekusi entah siapa yang dieksekusi, terpaksa dilewati karena kabut yang terlalu tebal.

Tur seharian yang dipatok seharga lebih dari 50 Euro ini dipandu oleh salah satu pemain figuran Game of Thrones yang sedang libur shooting. Kendati libur shooting, ia tetap memanjangkan janggutnya, karena janggut ini adalah aset yang berharga. Menariknya, di salah satu tempat kami bertemu dengan pemain figuran lain yang juga berjanggut panjang. Saya menduga-duga, semua pria berjanggut di Irlandia Utara adalah figuran Game of Thrones.

IMG_7941 Andrew, guide kami menunjukkan scene dimana dia jadi pemain figuran

Selain dibawa mengunjungi dark hedges, kami juga dibawa mengunjungi rope bridge. Bagi orang yang takut ketinggian seperti saya, jembatan ini jadi satu tantangan tersendiri, apalagi cuaca yang tak jelas dan berangin, rasanya badan seperti akan tersapu angin. Ternyata jembatannya tak terlalu mengerikan, yang mengerikan justru turun dari tangga menuju jembatan tersebut.

Ada batasan maksimal 8 orang yang diperkenankan untuk menyeberang bersamaan, dan tentunya tak boleh ambil selfie di jembatan ini. Nekat selfie bisa kena semprit petugas, tapi sayangnya petugas hanya nyemprit aja. Akibatnya banyak orang yang masih tetap ambil selfie dan menghambat puluhan orang lain yang akan menyeberang. Btw, di bawah jembatan ini juga dikenal sebagai kuburan kamera dan hp. Banyak orang yang kameranya jatuh dan tak terselamatkan lagi.

Belfast -1

Karena ikut tur, waktu kami untuk keliling tak begitu banyak. Jalan pun harus cepat-cepat dan tentunya tak bisa mengambil 1000 selfie #BuatApaCoba.  Saat keluar dari area ini, dua orang dari rombongan kami, termasuk satu orang Indonesia terpaksa ditinggal ke pub lokal untuk makan siang, karena mereka terlambat muncul kembali. Mereka tentu saja dijemput kembali.

Belfast -4

Makan siang tak termasuk dalam harga tur, masih harus rogoh kocek sekitar 8 – 10 pounds untuk pub food. Pub food itu makanan-makanan seperti fish and chips, guinness stew atau chicken goujon. Harga yang ditawarkan sendiri harga normal, tak ada pemalakan seperti di Indonesia. Seusai makan siang, kami dibawa kembali ke area rope bridge, tapi ke sisi yang berlawanan. Rupanya, ada tiga titik yang digunakan untuk shooting GoT. Salah satunya Larrybane yang menjadi lokasi camp King Renly Baratheon’s camp. Lokasi ini sendiri sekarang menjadi lapangan parkir kendaraan-kendaraan turis yang ke rope bridge.

Belfast -3

Dari sini, kami dibawa ke Ballintoy Harbour. Serunya, kami semua diperkenankan untuk menggunakan kostum-kostum sambil terus dijelaskan cerita-cerita dibalik pembuatan GoT dan dipertontonkan cuplikan-cuplikan GoT yang diambil di tempat tersebut. Sayangnya tak semua orang kebagian kostum, apalagi mereka-mereka yang bertubuh besar.

Kendati tempat ini sudah terkenal sebagai tempat shooting GoT, bahkan oleh pemerintah lokal diberi banyak papan-papan yang menjelaskan adegan yang diambil, jalan-jalan di wilayah ini dengan kostum tetap membuat kami jadi bahan tontonan. #KibasRambutBerasaArtis

Nah kalau ini lokasi tempat pembabtisan Theon. Cakep ya?

Belfast

Selain mengunjungi tempat di atas, kami juga diajak menuju Dunluce castle. Sayangnya kami hanya dibawa melihat dari jauh sambil dijelaskan bagaiaman CGI merubah Dunluce Castle. Bonus tambahan di tour ini adalah jalan-jalan ke Giant Causeway, yang di dalam bahasa Irish dikenal sebagai Clochán an Aifir or Clochán na bhFomhórach. Aduh jangan tanya bagaimana melafalkan kata tersebut. Giant Causeway sendiri merupakan area dengan 40 ribu basalt columns. Bebatuan dengan bentuk hexagon yang terbentuk dari proses pendinginan lava basaltik.

Dengan kondisi yang dingin, berangin serta gerimis, area ini jadi sangat licin. Beberapa petugas berjaga untuk mengamankan orang-orang yang nekat naik ke bagian atas. Seperti biasa, peluit jadi modal untuk mengingatkan mereka. Tapi tak selamanya sistem ini berhasil, banyak juga yang masih nekat naik-naik ke atas.

Saya kemudian ngobrol dengan petugas, menanyakan berapa orang yang jatuh dan mati di Giant Causeway. Tak ada angka yang disebutkan petugas. Tapi yang jelas, banyak kejadian jatuh terpleset atau tersapu ombak karena KEBODOHAN. Obsesi selfie nampaknya menjadi salah satu alasan mereka mengalami kecelakaan. Kalau sudah begitu, pencarian harus dilakukan dengan mengerahkan helikopter serta kapal. Menariknya, menurut sang petugas fotografer atau penghobi foto menjadi salah satu kelompok yang paling susah diberitahu dan paling nekat.

Di akhir perjalanan, saya naik bis kembali ke tempat parkir, disini bis dipatok dengan harga 1 pounds. Untuk yang tak mau naik bis bisa jalan mendaki.

Selamat berakhir pekan kawan-kawan. Apa rencana kalian akhir pekan ini?

Angkutan Umum di Dublin & Irlandia

Saya menerima beberapa email dari pembaca Blog ini yang menanyakan dengan detail sistem transportasi di Dublin maupun di Irlandia. Nah jika di postingan saya sebelumnya saya ngomel karena banyak pembaca yang gak riset, kebanyakan yang nanya tentang sistem transport biasanya sudah riset tapi sedikit bingung jadi akan saya coba bantu melalui postingan super panjang ini.

Leap Card

Leap Card merupakan kartu yang berfungsi untuk mempermudah proses pembayaran transportasi dan membuat harga tiket lebih murah beberapa persen. Kartu kecil ini bisa didapatkan di toko kelontong, atau bisa dipesan secara daring. Untuk turis yang mendarat di Dublin, kartu ini juga bisa didapatkan di toko kelontong di terminal kedatangan bandara. Penambahkan saldo sendiri dapat dilakukan di toko kelontong atau di mesin-mesin penjual tiket tram.

Dublin Bus

Bis kota berwarna kuning yang dilengkapi wifi ini merupakan andalan Dublin dan tak beroperasi secara sembarangan. Ia hanya datang pada jam-jam tertentu seusai jadwal dan hanya berhenti pada perhentian yang ditentukan. Jadwal hari kerja dan akhir pekan pun tak sama. Halte bis ini diberi nomor dan pada sebagian kecil halte terdapat jadwal bis yang berhenti di halte tersebut, serta perkiraan ketibaan. Sebagian besar halte bis hanya berupa tiang-tiang tanpa informasi apapun. Makanya melakukan riset dan mencatat jadwal kedatangan bis sangat penting. Mereka yang menggunakan telepon genggam juga bisa mengunduh aplikasi Dublin Bus.

Bayar bis sendiri bisa dilakukan dengan uang koin dan harus pas. Koin tersebut dimasukkan ke dalam wadah di depan pengemudi. Jika uang tak pas, akan ada tanda terima untuk mengambil kembalian di tempat tertentu. Pengguna Leap Card bisa menempelkan kartunya di mesin yang terletak di sebelah kanan pintu masuk dan membayar ongkos paling mahal atau menyebutkan tujuan (untuk jarak pendek) dan menempelkan kartu di mesin di depan pengemudi.

Kebanyakan bis memiliki informasi berupa layar serta suara yang memandu halte-halte yang dituju, tetapi banyak juga bis yang tak memberikan informasi. Biasanya, saya mengakali dengan membuka google map atau mengkomunikasikan pada pengemudi. Oh ya untuk menghentikan bis cukup memencet tombol-tombol merah di dalam bis dan ketika keluar jangan lupa bilang terimakasih pada pengemudi. #IrishBanget

Bis Antar Kota (Bus Éireann atau AirCoach)

Ada beberapa bis untuk ke luar kota tapi dua bis ini yang paling sering saya gunakan. Tiket-tiket bis bisa dibeli secara daring dan tiket tak perlu dicetak, cukup dengan menunjukkan telepon genggam saja. Pembelian daring ini sangat saya sarankan karena pemegang tiket daring lebih diprioritaskan dan bisa memotong antrian. Selain itu, harga tiket akan sedikit lebih murah jika dipesan jauh-jauh hari.

Jika Dublin bis bisa terlambat, bis antar kota relatif tepat waktu. Jika jadwal keberangkatan pukul 4 berarti bis akan tutup pintu pada pukul 4 (atau bahkan empat kurang satu menit) dan pemegang tiket daring sekalipun tak akan diperkenankan naik. Enaknya, penumpang bisa mengubah jadwal seenaknya dan pergi pada bis selanjutnya pada hari yang sama. Perlu dicatat, tak ada kondektur untuk bis-bis ini, jadi tas harus dinaikkan dan diturunkan sendiri.

DART dan Kereta Api

Kereta Api di Irlandia melayani perjalanan jauh, tak hanya di Republik Irlandia, tetapi hingga Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Inggris. Sementara DATR, yang artinya Dublin Area Rapid Transit, merupakan kereta komuter di sekitaran Selatan dan Utara Dublin. Kereta ini tak hanya beroperasi di sekitar Dublin saja, tapi juga hingga County Wicklow. County ini terkenal sebagai tempat shooting film PS. I Love you.

Jika tiket kereta api bisa dibeli di stasiun ataupun secara online, tiket DATR hanya bisa dibeli di stasiun atau menggunakan Leap Card (dengan menempelkannya ke pintu masuk menuju kereta dan menempelkan lagi pada saat keluar). Membeli tiket kereta secara daring SANGAT saya sarankan, karena harga tiket kereta akan menjadi lebih mahal, bahkan mencekik, ketika dibeli mendadak. Catatan penting bagi turis-turis supaya tak keliru, stasiun kereta api yang besar di Irlandia ada dua, Heuston (untuk wilayah selatan, barat dan juga barat daya) serta Conolly.

Taksi

Tak seperti di Jakarta, tak banyak taksi yang lewat di Dublin, kecuali di pusat kota. Mencari taksi lebih mudah ke tempat-tempat dimana pengemudi taksi nongkrong menunggu penumpang. Tarif taksi sendiri relatif mahal, apalagi pada saat jam pulang dugem. Semakin banyak penumpang juga akan semakan mahal, karena ada biaya tambahan. Dari pusat kota ke bandara misalnya berkisar 25 hingga 30 Euro. Di Irlandia sendiri UberX merupakan taksi umum yang menggunakan aplikasi ini. Soal keamanan taksi, duh gak usah dibahas lah, kebanyakan aman kok, tapi tetap ada saja yang gak aman dan supirnya kurang ajar (saya kebetulan sudah punya banyak pengalaman buruk dengan pengemudi taksi).

Luas (Tram)

Luas merupakan tram dalam kota Dublin yang terbagi menjadi dua, jalur merah dan jalur hijau. Jalur merah beroperasi dari The Point hingga Tallaght, sementara jalur hijau beroperasi dari St. Stephen’s Green hingga Sandyford. Lucunya, kedua jalur tram ini tak tersambung sehingga penumpang yang akan berpindah harus berjalan kaki dulu sejauh 1.4 km [Update 2019: Luas dari dua jalur ini sudah disambungkan].

Luas System

Tiket Luas, yang rata-rata harganya 2.6 hingga 3 euro ini bisa dibeli melalui mesin-mesin yang tersedia di setiap halte dan pembayaran dapat dilakukan dengan uang kertas, koin ataupun kartu. Selain tiket per perjalanan, ada juga opsi tiket harian, mingguan, atau bahkan tiket bulanan. Tak ada  yang mengecek tiket di dalam tram, tapi jika ada pemeriksaan secara acak, penumpang tanpa tiket bisa didenda sebesar 45 hingga 100 Euro.

Semoga postingan panjang ini bisa membantu mereka yang akan berjalan-jalan di sekitaran Dublin dan Irlandia. Jika ada yang perlu ditanyakan, jangan segan untuk mengirimi saya email atau meninggalkan komentar. Tapi jangan kaget juga kalau sayanya nyolot karena jawabannya sudah ada di postingan ini.

Kamu, pengguna transportasi umum atau kendaraan pribadi?

Xx,
Tjetje

PS: postingan ini tak diupdate secara rutin, jadi informasi di postingan ini mungkin saya berubah.

Ketika Matahari Menyapu Irlandia

Akhir-akhir ini saya memang tak begitu rajin menulis lagi. Selain disibukkan dengan pekerjaan, dari pekerjaan rumah tangga sampai pekerjaan lainnya saya juga sibuk menikmati matahari. Sedikit sapuan matahari di Irlandia saja sudah membuat saya geret-geret kursi ke halaman belakang untuk berjemur. Matahari 18 derajat saya rasanya sudah berkah indah, dan kalau saja ada mbah dukun di negeri  ini, sudah saya kirim jampi-jampi supaya sang surya mau lengket dengan Irlandia. Saya tak sendirian, ribuan atau bahkan jutaan orang Irlandia kalau lihat matahari memang bawaannya pengen berjemur dan berjemur bisa dilakukan dimana-mana, dari di taman hingga di luar pub, seperti yang dilakukan para pubgoers ini.

Kendati matahari hanya menyapa Irlandia sesaat saja, teras-teras restauran dan pub bisa dipastikan dipenuhi orang-orang yang nongkrong untuk menikmati makanan dan minuman. Saking hausnya dengan matahari, akhir pekan kemarin saya melihat beberapa orang yang berjemur di sebuah parkiran di County Wicklow. Tak tanggung-tanggung, salah seorang di antara mereka bahkan buka baju, di parkiran. Jadi kalau kemudian kalian melihat turis-turis asing piknik di lapangan bola di Ubud sana, jangan heran. Mereka memang bawaannya pengen gelar tikar dan selonjoran kalau lihat matahari dan rumput.

Dan bagian kanal ini pun siap diisi air supaya kapal bisa berpindah ke sisi yang lebih tinggi (tak terlihat, karena ada di balik pintu yang belum dibuka)

Bagi orang tropis seperti saya, matahari panjang ini, matahari terbit pada pukul 5 pagi dan tenggelam pada pukul 9.30 malam, memberikan energi luar biasa. Saya bawaannya pengen jalan terus dan tak bisa tinggal di rumah. Maka tak heran jika saya pun terlalu sibuk menjelajahi Irlandia. Beberapa minggu lalu, saya dibawa ke sebuah perjalanan kejutan menaiki barge, kapal kecil, menyusuri canal di Sallins, County Kildare. Yang menarik, kami merasakan bagaimana pintu kanal dibuka dan dibanjiri air, hingga kemudian kapal kami bisa naik ke bagian kanal yang lebih tinggi. Dalam perjalanan pulang, kami melewati pintu yang sama, tetapi kali ini kapal kami harus diam selama kurang dari lima menit, menunggu air surut, sehingga kapal kami bisa turun ke bagian kanal yang lebih rendah. Gak kebayang? Mungkin gambar ini bisa memberikan bayangan.

Pemandangan di sekitar kanal itu sangat cantik, bisa ditengok di instagram saya @binibule dengan hashtag #JelajahIrlandia.

Kapal kecil yang kami naiki membuat bebek liar terbang ketakutan.

Masih berhubungan dengan air, kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Danau Blessington di County Wicklow. Danau buatan cantik ini menjadi bagian tak terpisahkan dari film PS I Love You. Beberapa adegan dari film Braveheart juga di ambil di wilayah ini. Danau yang aslinya bernama Poulaphouca ini  “terlihat biasa-biasa” saja dengan latar belakang pegunungan Wicklow, tapi konon jika air sedang rendah, kita bisa melihat bagian atas sebuah gereja yang terendam di bawah danau ini. Danau ini sendiri dibuat, dengan cara merendam sebuah desa, pada sekitar 1930-an untuk menampung air dan menyediakan listrik bagi Dublin.

Tak hanya menikmati air, saya juga menikmati hutan kecil di Irlandia. Baru-baru ini kami menelusuri hutan kecil di rumah terpanjang dan tercantik di Irlandia yang bernama Russborough House. Sekali lagi gara-gara matahari, saya lebih tertarik untuk duduk-duduk berjemur di bawah matahari bersama para sapi dan domba ketimbang masuk ke bagian dalam rumah. Tapi saya janji akan kembali, membawa mama saya melihat bagian dalam rumah ini dan tentunya mencoba menyusuri labirin di bagian belakang rumah ini. (Ssst..bagian ini pasti dibaca mama saya dan pasti ditagih).

Oh btw, di dalam hutan saya menemukan pintu-pintu dari rumah para peri, fairy doors, begitu orang Irlandia menyebutnya. Imajinasi anak-anak di Irlandia memang ditumbuhkan dengan kebohongan-kebohongan indah, salah satunya ya dengan peri ini. Rumah-rumah yang memiliki anak biasanya dihiasi dengan pintu peri ini yang diletakkan di bawah tangga. Di hutan di dekat Russborough House ini, pintu-pintu indah ini diletakkan di berbagai bagian pohon. Anak-anak kecil pun bisa membeli peta seharga 3 Euro dan mencari pintu-pintu yang tersebar. Sebuah aktivitas yang lebih menyenangkan ketimbang berkutat di depan gawai menonton youtube. Saya pun tak kalah senangnya dan mencoba menggedor sebuah pintu untuk minta nomor lotere. Sayangnya, saya terlalu pendek sehingga tak bisa meraih pintu tersebut.

Dear peri-peri Irlandia, bagi nomor lotere dong

Perjalanan menjelajah Irlandia masih belum usia, masih banyak sudut-sudut negeri cantik nan mungil ini yang akan saya lihat. Akhir pekan besok misalnya, saya sudah berencana akan ke Virginia. Bukan Virginia di Amerika sana, tapi Virginia versi Irlandia. Tunggu foto-fotonya di Instagram dengan hashtag #JelajahIrlandia ya.

Jadi apa kabar matahari di tempat kalian tinggal, masih menyengat?

xx,
Tjetje

Menyusuri Jejak Titanic di Belfast

Beberapa orang yang saya kenal mengatakan bahwa museum Titanic itu jelek, tak ada apa-apanya. Tapi saya bersikukuh ingin mengunjungi museum ini, supaya si Aling, turis Indonesia yang lagi di Irlandia ini bisa menemukan cinta, seperti Jack menemukan Rose di atas kapal Titanic.

Berlian abal-abal yang bisa ditemukan di toko suvenir di Museum Titanic. Foto milik Aling, sang turis Indonesia

Kami memilih hari yang salah ke Museum ini, karena hari itu ada Belfast marathon dan jalanan ditutup. Sementara mencari taksi di Belfast itu tak mudah, harus memesan lewat telepon. Alhasil, kami harus berjalan cukup jauh dari perhentian bis. Tak jauh dari museum ini saya melihat papan petunjuk yang bertuliskan “Titanic Museum, 1 m”. Wah girangnya saya karena tinggal semeter lagi. Saking girangnya, saya gak mikir ngapain juga repot-repot pasang petunjuk jika tinggal satu meter lagi. Sampai kemudian suami berkata bahwa itu satu miles, alias 1609 meter lagi. Ah beginilah kalau satu pulau menggunakan dua satuan yang berbeda.

Museum megah ini mematok biaya masuk sebesar 17.50 poundsterling, sementara headset disewakan sebesar 2.50 pounds. Pemesanan bisa dilakukan secara daring ataupun mengantri di loket yang pada saat itu tak terlalu padat. Soal headset, ternyata  semua informasi yang ada di headset tersedia dalam bentuk tulisan asalkan kita tak malas membaca.

IMG_8042

Yang mengesalkan, saat akan naik ke tempat pameran, kami diwajibkan untuk antri dan berfoto terlebih dahulu di studio dengan latar belakang Titanic. Foto yang bisa diambil di akhir tur ini tentunya bukan barang gratisan dan tak murah. Bagi saya, pemaksaan untuk untuk berfoto terlebih dahulu sungguh buang-buang waktu, apalagi ketika harus menunggu belasan orang lain diambil fotonya satu persatu.

Museum ini sendiri dibagi menjadi beberapa lantai. Pameran di lantai pertama, bercerita tentang bagaimana kondisi ekonomi Belfast saat itu dan mengapa industri perkapalan berkembang. Secara singkat, industri perkapalan selain berkembang untuk menyokong perekonomian juga banyak menyokong imigran yang pada saat itu mengadu nasib ke negeri Paman Sam. Nah menariknya, penghasilan terbesar dari kapal-kapal ini bukan dari para orang kaya yang menyewa kamar-kamar ekslusif, tetapi justru dari penumpang kelas ekonomi, seperti Jack itu.

IMG_8007

Peluncuran Titanic yang bikin heboh satu kota Belfast

Selain menceritakan kondisi ekonomi, diceritakan juga bagaimana proses pembangunan Titanic saat itu. Yang menyedihkan, para buruh yang membangun kapal ini selain dibayar dengan upah tak layak juga tak dipikirkan keselamatannya. Para pekerja ini bekerja di atas scaffolding tanpa pengamanan, persis seperti para buruh bangunan di Indonesia yang menari-nari di atas bilah-bilah bambu sembari tertepa angin. Sama persis dengan di Indonesia, kasus pekerja yang meninggal karena jatuh dari ketinggian tidaklah banyak. Untuk merasakan betapa tingginya scaffolding ini, pengunjung juga disediakan replika scaffolding. Tentu saja tak setinggi aslinya, hanya seperempatnya saja. Para pengunjung juga diberi kesempatan menuruni ketinggian untuk melihat dan merasakan suasana kerja pada saat itu. Turunnya menggunakan kereta gantung yang bisa memuat empat penumpang.

Di salah satu sudut museum juga diperlihatkan kamar-kamar untuk penumpang dari kelas-kelas yang berbeda. Jika penumpang kelas utama mendapatkan kamar mandinya sendiri penumpang kelas terendah harus berbagi kamar mandi, konon hanya ada 2 bath tub untuk 700 penumpang. Air yang digunakan untuk mandi pun air asin. Tak hanya itu, ada ruang 3 dimensi yang membawa pengunjung menyusuri masa lalu dan melihat bebera sudut Titanic. Megah sekali.

Seperti kita tahu, Titanic berakhir naas. Lebih dari 1500 orang yang terdiri dari awak kapal dan penumpangnya tewas di balut dinginnya laut Atlantik Utara. Yang lebih mengenaskan, keluarga yang ditinggal tak mendapatkan kompensasi layak dari perusahaan. Bahkan para pemain musik yang bermain musik hingga detik-detik terakhir tenggelamnya kapal ini harus membayar kompensasi kepada perusahaan atas hilangnya seragam. Sadis banget.

IMG_8016

Pesan terakhir dari Titanic

Dari ngobrol-ngobrol dengan petugas yang terobsesi dengan Titanic, pada saat investigasi ada seorang guru yang selamat yang mengatakan Titanic terbelah dua. Tapi pengakuan tersebut tak pernah diindahkan dan White Star Line mengklaim bahwa kejadian ini merupakan kecelakaan yang tak terhindarkan. Akibatnya, keluarga korban tak bisa menuntut banyak kompensasi. Selain itu mereka juga dipaksa menandatangani surat pernyataan tak akan menuntut. Jadi ketika ada teknologi yang membawa manusia melihat ke kedalaman 3800 meter untuk melihat Titanic yang terbelah (dan di museum ini kita bisa melihat rekamannya) mereka sudah tak bisa menuntut lagi. Parahnya, orang-orang kaya yang naik Titanic mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas kehilangan barang-barang bawaan mereka yang mungkin jauh lebih berharga dari nyawa penumpang kelas ekonomi. Salah satu barang bawaan yang selamat dari tragedi ini adalah berlian merah muda dari Tiffany, bukan kalung berlian biru milik Ross.

IMG_7995

SS Nomadic, kapal buatan White Star Line yang jadi kapal pengumpan penumpang ke Titanic

Di seberang museum ini terdapat satu kapal kecil, namanya SS Nomadic. Kapal kecil ini merupakan kapal pengumpan yang bertugas untuk mengantar penumpang menuju Titanic dan merupakan kapal terakhir buatan While Line Star yang masih tertinggal. Setelah sempat terbelangkai di Sungai Rheine di Perancis, kapal ini kembali pulang ke Belfast pada tahun 2006. Bagian dalamnya kemudian direstorasi dan kapal ini pun dibuka untuk umum. Harga tiket yang saya sebut di atas sudah termasuk harga tiket masuk ke dalam kapal ini.

IMG_8036

Samson and Goliath; lifting crane yang mencolok untuk membangun kapal.

Satu hal penting yang perlu dilakukan jika berada di museum ini adalah naik wee train seharga 5 pounds. Kereta ini membawa kita menuju beberapa titik penting dari Titanic, dari mulai dry dock dimana Titanic dibangun, hingga hingga Samson and Goliath, landmark kota Belfast berwarna kuning yang cukup mencolok. Berada di komplek Titanic tanpa melihat  landmark ini rasanya seperti makan sayur tanpa garam, kurang  sempurna!

Bagaimana, berminat melihat mengunjungi Belfast?